logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 51 I Miss You Like Crazy

Suasana terasa hening di sebuah ruangan yang tidak terlalu besar ini. Hanya sebuah ranjang single dan lemari kayu berukuran kecil yang ada di sana. Juga dua kursi rotan yang berada di sebelah kiri pintu masuk.
Setelah memohon dengan sungguh-sungguh, akhirnya Farzan diizinkan untuk mengantarkan Nadzifa pulang ke ruko tempat butiknya berada. Di ruko ini juga, gadis itu menghabiskan masa remaja sebelum bisa membeli apartemen dengan jerih payah sendiri.
“Tadi katanya mau ngomong,” ketus Nadzifa memecah keheningan.
“Aku minta maaf, Zi,” ucap Farzan setelah menarik napas panjang.
“Udah aku maafin,” balas Nadzifa tersenyum singkat, “cuma mau minta maaf aja? Kenapa nggak bilang di rumah sakit?”
Farzan menggelengkan kepala seraya menggeser kursi rotan tersebut, agar bisa menghadap Nadzifa. “Aku nggak mau minta maaf aja, Zi. Tapi ….”
Kedua alis Nadzifa terangkat menanti Farzan meneruskan perkataannya.
“Tapi mau jujur tentang perasaan aku sama—”
“Kalau mau jujur tentang perasaan kamu ke Kak Arini mending nggak usah. Tanpa dikatakan, aku bisa lihat kok,” sela Nadzifa.
“Bukan itu, Zi. Bisa dengerin dulu nggak aku ngomong?” protes Farzan masih terdengar lembut.
Nadzifa menyandarkan punggung di kursi rotan sembari menatap ke arah tempat tidurnya. “Ya udah kamu ngomong aja, aku dengerin.”
Farzan kembali menarik napas dalam sebelum berbicara. Dia menatap lekat wajah yang sangat dirindukan itu dari samping.
“Pada awalnya alasanku ajak kamu nikah, karena Mas Brandon takut kalau aku jadi orang ketiga dalam rumah tangganya,” kata Farzan kembali mengenang bagaimana Brandon memberi ultimatum kepadanya hampir dua tahun silam.
“Emang kenyataannya kamu cinta sama Kak Arini, ‘kan?” desis Nadzifa menahan sesak di dada.
Farzan mengangguk membenarkan perkataan Nadzifa. Tidak ada lagi yang harus ditutupi sekarang. Dia harus jujur menceritakan semua kepada gadis itu.
“Dulu, Zi. Tapi aku tahu perasaan itu nggak akan pernah terbalas.” Farzan hening sebentar sebelum kembali berucap, “Semua berubah setelah aku kenal kamu lebih dekat.”
Gadis itu mengalihkan pandangan kepada Farzan yang menatapnya serius.
“Niat awal kita nikah memang untuk mewujudkan permintaan Mas Brandon dan almarhumah Mama kamu, ‘kan?”
Nadzifa mengangguk pelan. Dia tidak menampik apa yang dikatakan Farzan, karena memang kenyataannya seperti itu.
“Tapi seiring berjalan waktu, niatku berubah, Zi.”
Netra hitam lebar ini membesar seketika. Nadzifa mengamati Farzan dengan saksama.
“Aku ingin membangun rumah tangga sama kamu, murni karena perasaan yang tumbuh di hatiku,” ungkap Farzan dengan dada yang ingin meledak. Perasaannya sekarang tumpah ruang, sehingga harus diluapkan ke luar.
“Aku … jatuh cinta sama kamu, Zi,” sambungnya mengutarakan perasaan yang terpendam.
Bulir bening turun satu per satu di pipi Nadzifa. Ada kelegaan di hati mendengar ungkapan cinta yang diucapkan Farzan barusan. Selama ini, pria itu tidak pernah mengatakan kalimat cinta kepadanya.
“Kamu nggak tahu apa yang aku rasakan sebulan ini.” Farzan menarik napas yang terasa sesak. “Aku pengin cari kamu, tapi nggak bisa. Aku bolak-balik Sukabumi, rumah dan kantor jadi belum bisa temui kamu.”
“I miss you like crazy, Zi,” lirih Farzan kemudian.
Nadzifa memejamkan mata ketika air mata terus menetes di pipi tirusnya. Tak peduli bulir bening tersebut membasahi pinggir kerudung yang dikenakan, ia membiarkannya mengalir begitu saja.
“Aku minta maaf, karena butuh waktu lama untuk temui kamu dan jelasin semuanya. Aku minta maaf karena udah bikin kamu kecewa dan sakiti perasaan kamu,” sesal Farzan memandang gadis itu. Ingin sekali menyeka air mata di pipinya, tapi ditahan. Andai Nadzifa saat ini tidak berkerudung, sudah pasti tanpa berpikir panjang, ia akan melakukannya.
“Berhenti minta maaf, Zan!” pekik Nadzifa tertahan, “kamu bikin aku jadi orang jahat.”
“Kok gitu? Aku yang jahat, Zi. Bukan kamu,” balas Farzan keberatan.
Nadzifa menggelengkan kepala dengan cepat. “Aku yang jahat, Zan,” cicitnya dengan tubuh semakin bergetar.
Gadis itu menangis sejadi-jadinya sehingga ingus sudah meluber ke mana-mana. Dengan cekatan Farzan mengeluarkan sapu tangan dari saku celana, lalu menyerahkannya kepada Nadzifa.
“Makasih,” desis Nadzifa kemudian membuang lendir yang menyesakkan hidung.
Setelah menenangkan diri, Nadzifa kembali bersuara. “Sama halnya sama kamu. Aku juga rahasiakan sesuatu. Alasan lain kenapa aku deketin kamu dan akhirnya setuju nikah sama kamu.”
Farzan melihat mata hitam lebar itu bergantian. Tampak keseriusan bercampur sesal dari cara Nadzifa menatap.
“Awalnya, aku deketin kamu karena kamu adalah adik Brandon Harun,” cetus Nadzifa mengatakan yang sejujurnya.
“Kamu … suka sama Mas Brandon?” duga Farzan cemburu.
Nadzifa menahan senyum ketika melihat raut cemburu Farzan. Kepalanya kemudian menggeleng cepat. “Aku nggak suka suami orang. Apalagi Mas Brandon cinta banget sama Kak Arini.”
“Trus apa dong?” Farzan jadi penasaran.
“Makanya dengerin dulu. Sekarang giliran kamu yang diam,” risik Nadzifa dengan wajah mengerucut. Ternyata gadis itu memang tidak berubah sama sekali, meski sudah mengenakan kerudung.
Farzan menutup bibirnya rapat, agar tidak menyela cerita Nadzifa.
“Kamu masih ingat nggak sama cerita Tanteku yang meninggal karena bunuh diri?”
Pria itu mengangguk cepat.
“Tante Indah sempat dekat sama Mas Brandon dulu. Waktu masih kerja di TravelAnda,” beber gadis itu kemudian menceritakan secara detail. Mulai dari rencana untuk membalas perbuatan Brandon, hingga akhirnya tahu kalau bukan pria itu orang yang menghamili tantenya. Dia juga menceritakan bantuan yang ditawarkan oleh Brandon untuk mencari tahu pria yang tidak bertanggung jawab itu.
“Astaghfirullah. Kenapa kamu mikir Mas Brandon yang lakukan?” tanggap Farzan setelah mendengarkan cerita Nadzifa.
“Ya, setahu aku, Tante Indah cuma dekat sama Mas Brandon. Kamu tahu sendiri gimana memori anak umur sepuluh tahun, ‘kan?” Nadzifa beralasan.
Farzan menarik napas berat ketika melihat ke arah lantai marmer berwarna krem. Pandangannya naik lagi menatap Nadzifa.
“Sekarang kita impas ya?” ujar pria itu kemudian.
“Kamu nggak marah?” selidik Nadzifa takut-takut.
Kepala Farzan bergerak ke kiri dan kanan. “Ngapain marah? Toh niat aku juga salah.”
Nadzifa tertawa pelan menyadari kekonyolan pikirannya.
“Kenapa kamu menghilang selama itu, Zi? Sampai chat nggak dibalas dan teleponku juga nggak dijawab.” Farzan memiringkan kepala, agar bisa mengejar wajah Nadzifa yang menunduk.
“Aku merasa kecelakaan Mas Brandon ada hubungannya dengan pria yang menghamili Tante Indah. Makanya aku nggak berani ketemu sama kamu lagi, sebelum memastikan semuanya,” paparnya jujur.
“Kenapa kamu mikir gitu?”
“Karena sebelum kecelakaan, Mas Brandon sempat kirim pesan. Katanya hasil laporan penyelidikan akan dikirim malam hari pada hari kejadian.” Nadzifa melihat kedua tangan yang saling bertautan di atas kedua paha.
“Trus kamu cari Mas Brandon sampai akhirnya ketemu?”
Kepala yang ditutupi kerudung bermotif bunga itu mengangguk. “Ternyata bukan orang itu.”
“Mas Brandon itu kecelakaan karena ngantuk, Zi. Nggak mungkin dicelakai. Dia nggak punya musuh loh,” terang Farzan.
Tilikan netra hitam lebar itu bergerak ke arah Farzan. Dia menatap sendu pria itu dengan hati luluh lantak.
“Berarti kita beneran impas ya?” Nadzifa mencoba mengalihkan pembicaraan.
“Iya.”
“Syukurlah.” Nadzifa bernapas lega sekarang. Dia tidak perlu bersembunyi lagi seperti sebelumnya. Apalagi sekarang Brandon sudah ditemukan.
“Eh, belum deh.” Farzan tersenyum di sudut bibir.
“Lha katanya tadi udah. Gimana sih?” sungut Nadzifa cemberut.
Inilah yang paling dirindukan Farzan dari gadis itu. Sifat kekanak-kanakkan yang selalu membuatnya gemas sendiri.
“Kamu udah tahu perasaanku, tapi aku belum tahu perasaanmu.” Farzan memajukan wajah ke depan dengan menopang dagu di atas paha. “Apa kamu merasakan hal yang sama denganku?”
Bersambung....

Bình Luận Sách (82)

  • avatar
    Yuliana Virgo

    menarik

    31/05/2023

      1
  • avatar
    Joezeus Maria Catalanoto

    leen,novelmu buagus smua nih. nungguin trus novel barumu yg lain. udah ku baca berulang" ttep aja bgus. kok lama bgt gak ada novel bru drimu sih.

    22/12/2022

      1
  • avatar
    Sugiarto

    bgs

    05/12/2022

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất