logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 3 Persimpangan gelar

Diruangan yang hening dan sunyi, terdapat dua orang lelaki yang berbeda kegiatan. Mereka diam tanpa berbicara, membuat beberapa suara nyamuk terdengar begitu jelas.
Karna tak tahan didiamkan oleh temannya itu, terpaksa dirinya harus memulai pembicaraan ini. Walaupun yang akan dia bahas sedikit menyinggung.
"Kenapa dirimu itu menjadi seperti ini Gray, setiap hari kau melamun dan membuat ku dihukum tiap hari," ujarnya, ia menghadap ke belakang untuk menemui sosok temannya.
"Kau yang salah."
"Dan sebaiknya kau selesaikan hukumanmu terlebih dahulu, baru mengajakku berbicara." lanjutnya.
Ia masih menatap luar jendela dengan lurus, menghayati semua masalah yang sudah menimpa dirinya lalu.
Akhirnya Andra membalikkan tubuhnya semula, menghadap ke papan tulis dan melanjutkan hukuman Andra yang belum usai.
Andra, dihukum karna perbuatan tadi yang mencoba membodohi gurunya. Dan dia di hukum untuk menulis 'aku salah' di papan tulis dengan penuh.
Ruangan ini hening karna cuman mereka yang berada, semua murid di kelas ini pergi untuk istirahat entah itu digunakan untuk makan ataupun mengobrol.
Mereka tidak diperbolehkan masuk sebelum Andra menyelesaikan hukuman, agar itu anak bisa merasakan bagaimana waktu istirahat terpotong oleh perbuatannya sendiri.
"Sudah selesai?" Tanya Grayen, sungguh ia bosan yang harus menemani sahabatnya itu untuk melaksanakan hukuman.
Andra yang mendengarnya, secara tidak mempercepat tugasnya.
"Belum, tinggal sedikit," ucapnya sembari menulis satu kalimat lagi di papan.
"Nah, sudah selesai. Ayo kita pergi," ucapnya yang sudah yakin telah selesai.
Ia memundurkan dirinya sedikit, tapi masih menghadap ke papan tulis. Disana ia bisa lihat, tulisan yang acak-acakan, dan tidak teratur barisan.
Coba papan ini hilang, mungkin nanti aku bisa memakan bakso secara tenang. Batinnya didalam diri sendiri.
Kau sungguh membuat energi tangan ku ini habis secara sia-sia. Batinnya seolah menyalahkan papan didepannya ini.
"Sudah lah, jangan menyalahkan papan yang tidak berdosa. Ayo kita turun!"
Sebuah tepukan dibahunya mampu membuat dia sadar, ia juga tidak ada gunannya menyalahkan papan itu. Hukuman, tetaplah hukuman.
"Huh! Yaudah ayok kita turun!" perintah Andra, ia sudah sangat jengkel jika mengingat hukumannya itu. Ia lelah, dihukum terus. Apalagi Rista pasti mengomelinya lagi.
---
"Oh, iya Gray. Bagaimana dengan kabar kedeketanmu dengan Riko?" pemuda itu bertanya disela-sela makan berlangsung.
"Buruk!" Ucapnya sambil mengambil minum air mineral lalu meneguknya secara pelan. Setelah itu mendesis pelan.
Mereka beranjak pergi dari tempat semula, tempat yang beberapa menit dikunjungi. Kantin. Yah, mereka berapa menit lalu menghabiskan istirahatnya dengan disana, tapi masih untung karna saat ini masih tersisa sedikit lagi untuk masuk kelas, jadwal siang hari ini.
Grayen dan Andra berjalan secara beriringan, Andra menoleh ke Grayen beberapa detik lalu menghadap ke depan kembali, ia sedikit tersenyum licik.
"Ada masalah apa lagi kau, sehingga setiap bulan bermusuhan dengan Riko? Pada waktu belum bertanding Kabadi kau masih aman saja, tapi selesai bertanding hilang rasa persahabatan." ucap Andra panjang lebar, ia sudah cukup mengerti bagaimana masalah Riko dan Grayen saat ini.
"Mau bagaimana lagi, tidak ada yang mau mengalah. Baik aku maupun dia. Jadi jangan salahkan ego kami kalau tak terkendali."
Grayen dan Riko memang terkenal di kampusnya dengan julukan murid yang terpintar, selain pintar yang dimiliki mereka. Mereka juga ahli dalam bidang olahraga, sehingga jika ditarung dalam permainan dan berbeda tim. Tidak ada yang mau mengalah. Dan ,ya. Mereka sama-sama memilik body yang bisa dibilang UuWowoW!.
"Grayen, aku mau ke lapangan Kabadi. Menemui Riko dan sahabat-sahabat kita, kau harus ikut!" ucapa Andra
"Tidak, bisa! Aku muak dengan Riko."
"Ayolah, sebentar saja. Apalagi kau dengan dia akan dijadikan satu tim, jadi tidak ada lagi yang namanya pertengkaran."
Pemuda itu hanya mengangguk, memeri jawaban hanya dari pergerakan. Kalau dia 'setuju'.
Setelah beberapa menit, mereka sampai ditujuan yang sudah dipikirkan. Lapangan Kabadi.
Mereka berjalan gontai menulusuri setiap ruangan, sehingga tak berada jauh dari tempat mereka berdiri terlihat segerombolan sedang berlatih bermain Kabadi, lantas mereka menghampirinya.
"Hai!" teriak Andra, ia meninggalkan Grayen dengan berlari kecil ke arah pusat.
Segerombolan pun menoleh ke belakang, karna rasa penasaran. Dan mereka mendapati seorang yang tidak asing baginya, Andra dan si sial itu Grayen.
"Kenapa dia ikut?" pemuda kekar itu menyampingkan kepalanya sedikit untuk memperjelas penglihatannya, "Kau yang memaksanya?" tanyanya.
"Sesekali, aku tak mau persahabatan kita hancur hanya karna perebutan pemenang." Andra menatap sendu Kepada Riko. "Sudahlah, jangan mengusirnya." ia memohon.
"Jangan tunjukan wajah melas mu itu ke lelaki buruk seperti dia!" ia menoleh ke dia, lalu menghadap ke awal."Aku tak mau kau begitu, hanya karna diriku!"

Bình Luận Sách (51)

  • avatar
    EfrianIrjon

    cerita ini sangat menarik dan baik dengan cara berbicara antara satu dan yang lain intonasi yang sangat jelas baik dan komunikasi yang sangat baik saya tertarik dengan cerita yang anda buat dan rekan yang lain disatu sisi saya kira cerita ini tidak menarik ternyata malah sebaliknya cerita ini adik tidak singkat padat jelas dan memiliki sifat yang lembut dan berkualitas dan memiliki kreteria masing masing dari semua pemain yg ada dicerita sayang sangat puas dengan cerita ini terimakasih..

    18/02/2022

      9
  • avatar
    LakambeaIndrawaty

    🙏🙏🙏👍

    26/07

      0
  • avatar
    AsrafAmirul

    sangat best cerita ni

    08/07

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất