logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 2 Kerisauan yang Datang

Lelaki itu berlari secepat mungkin, terlihat dari gerak-geriknya tampak sedang mencari seseorang. Sepertinya dia akan berlari kearah pohon besar yang tak jauh dari sekolahnya.
Setelah beberapa menit ia berhenti tepat yang dipikirkan. Terlihat dari belakang pohon yang dilihatnya, terdapat seseorang perempuan yang duduk serta memegang sebuah kotak kecil bewarna merah.
Lantas dia menghampiri perempuan itu.
"Mia!" panggilnya.
Ternyata panggilannya tersebut membuat perempuat itu terkejut. Dia berdiri dan menatap lelaki didepannya.
"Grayen."
"iya, aku. Kenapa kau mengajakku untuk bertemu disini?" tanya nya cepat karna dirinya tak sabar. Dia ingin tau dimana tempat pertama mereka berkencan. Sungguh Grayen tampak tak sabaran.
Mia diam tidak berbicara apapun, dirinya masih bingung darimana ia akan memulai pembicaran yang akan dia bahas. Ia tidak tega untuk mengatakan hal pahit ini, ia takut Grayen akan kecewa.
Terdiamnya Mia membuat Grayen kebingungan, dia menarik nafas panjang dan memegang bahu gadisnya itu pelan dan..
"Apa yang ingin kau katakan? Katakan saja, tidak perlu takut, aku akan selalu di dekatmu." ucapnya membuat Mia sedikit tenang, lalu dirinya melepas pelan tangan Grayen.
"Grayen setelah kita lulus aku mau kuliah."Ucapnya pelan.
"Oh kuliah, iya aku tau. Kita akan kuliah ditempat yang sama. Aku pikir kau akan mengajakku berkencan." ucapnya tenang.
Ada sedikit kecewa dalam hatinya, tapi ia tak apa. Yang penting dirinya dan Mia tetap bersama, itu saja sudah cukup baginya.
Grayen juga tak bisa membayangkan betapa bahagia nya dia kuliah ditempat yang sama dan bisa berada didekat Mia setiap saat, menjaganya dan melindunginya selalu.
Ah, aku tak sabar menunggu waktu itu.
"Aku akan kuliah di Sain Teresa." ucap Mia, yang membuat hati Grayen terluka.
"Sain Teresa? Kamu mau ninggalin aku? Kamu mau pisah sama aku? Jelaskan Mia?!"
Grayen berbicara sedikit membentak.
"Iya Gray, aku mau menuntut ilmu lebih dalam lagi. Dan ingin mencapai cita-cita ku selama ini."
Tuturnya dengan sedikit sedih.
"Apa kamu tidak bisa menolak? Kita bisa kuliah di Phisiriliota. Kamu tahu kuliah di Teresa mahal, disana tempat elit. Aku mana sanggup Mia..." Jelas Grayen yang sudah penuh dengan air mata yang membasai pipi.
Sain Teresa, kampus yang elit. Dan tak jarang orang yang kuliah disana tidak menjadi orang yang sukses. Sebenarnya dia juga menginginkan kuliah ditempat itu, sangat ingin apalagi kekasihnya juga menginginkan begitu.
Tapi lagi-lagi karna masalah ekonomi membuat dirinya harus berpikir dua kali untuk kuliah di Sain Teresa.
Orang tuanya yang hanya sebagai penjahit dan penghasilan yang lumayan cukup, hanya bisa menguliahkan dirinya di Pishoriliota. Karna disana, tempat satu-satunya yang murah dikota sini.
"Aku tidak tau lagi, Gray. Papa ku memaksaku. Dan aku juga menginginkan nya."
"Dan...kau mau meninggalkan
ku?"
Grayen benar-benar tak sanggup jika dirinya harus berpisah yang sudah menjadi belahan jiwanya.
Grayen memegang jemari Mia dengan lembut. Agar Mia bisa mengubah keputusannya.
"Maafkan, aku. Aku tak bisa mengubah keputusanku."
Mia mengambil sesuatu kotak kecil bewarna merah dan memberinya kepada Gray. Lelaki yang sudah menemaninya sejak dulu.
"Ini adalah foto-foto kenangan kita, aku mengembalikan ke kamu agar bisa menjadi kenangan. Dan aku juga tidak mau kalau aku terus memikirkannya lagi. Maaf." itu adalah ucapan terakhirnya.
Ia langsung pergi meningglkan Gray, yang sudah penuh tangisan mengalir dipipinya.
"Mia!" Gray memanggil dengan keras, tapi sepertinya dia sudah tak memikirkannya lagi.
Gray membuka pelan isi kotak yang diberikannya tadi. Terlihat banyak foto mereka berdua yang penuh dengan canda tawa. Ia mengambil satu gambar dari kotak itu. Memandangnya penuh kesedihan, sehingga tidak sadar air matanya jatuh menetes ke foto.
"Jadi, kuharap kalian besok bisa tepat waktu"
Suara yang sangat keras, mampu membuat salah satu mahasiswa yang berada di deretan tengah tapi tempat duduknya paling belakang, ia terdasar dalam lamunan. Ia menegakkan kepala dan kembali menghadap ke depan kembali.
Walaupun ia tidak tau apa yang di jelaskan, ia hanya tau kalau besok harus datang ke kampus lebih pagi. Entah untuk tujuan apa.
Karna waktu penjelasan dosen terbuang karna pria itu menggunakan waktunya untuk memikirkan masa itu. Masa dimana pertama kali merasakan sakit yang ter'amat sakit.
"Ya...kau memikirkan dia lagi?" suara yang begitu pelan menganggu dirinya untuk memfokuskan ke dosen. Walaupun ia tau, tidak ada gunanya.
"Diamlah, jangan menggangguku Andra. Sudah berapa kali kau kena korban dosen itu?" tanya balik.
Andra, teman masa Sma. Ia dan dirinya sudah duduk sebangku sejak saat itu. Andra juga lumayan bodoh dan dia juga tipe orang yang mudah percaya.
Andra menghadap ke depan kembali. "Mungkin masih dua kali. Dan yang banyak itu siswi didepan ku ini. Sayang dia menjadi korban perilaku. Hahaha." Andra berusaha mempelankan suara dan tawa nya sepelan mungkin. Tapi ia juga harus mengatur volume nya dengan benar, agar Grayen bisa mendengarnya.
"Makanya kau diam, apa kau tidak pusing mendengar dia mengomel." keluhnya.
Dia sangat pusing jika korban dari Andra mencoloteh tidak jelas, bukan cuman itu. Ia juga bersuara dengan keras. Padahal yang melakukan perbuatan salah adalah Andra, tapi dirinya kena semprot juga.
Sungguh, Menyebalkan.
Andra mengalihkan pandangannya ke teman sebangkunya itu, tanpa memperdulikan penjelasan tidak jelas didepan.
"Dia mengomel karna kau, jika kau tidak membuatku cemas. Pasti saat ini aku tidak mengajak mu berbicara!" ujarnya penuh penekanan.
Kini suara nya tidak terkontrol, membuat Grayen memijit pelipisnya. Sungguh, jika tidak berada di kelas ia pasti menghajarnya.
Ingin saja Grayen menjawabnya tapi sepertinya kalah cepat dengan dia.
"Andraaa!!!" ujar dosen sangat keras 'dia' yang dimaksud Grayen. Ia juga mengucapkan dengan membuang koin ditangannya dengan cepat.
Andra hanya bisa menutup mulutnya rapat serapat mungkin kalau bisa, dan karna kaget dirinya sedikit memiringkan tubuhnya ke arah Grayen. Setelah beberapa detik ia tidak merasakan mulutnya kemasukan koin, ia sesekali mengecapkan lidahnya untuk memastikan.
Tak lama dari pergerakan itu...
"Arghh." suatu suara yang mampu membuat orang disini tertuju ke asal suara.
Dia lagi? batin Andra sedikit mengerutkan keningnya.
Semua penghuni ruangan ini lantas berdiri, banyak dari mereka menghampirinya untuk melihat apa yang terjadi.
Dosen berjalan cepat, dan mengminggirkan semua orang yang menjadi penghalang.
" Rista kau ini, kenapa koin itu masuk ke mulutmu lagi. Kenapa kau tak mengelak?" tanya dosen saat sudah sampaim
Dosen kiler! Sudah sejak kapan kebiasaannya itu tidak menghilang, kebiasaan yang membawa dampak buruk.
"Memang ada gitu ya, siswinya kena korban ditanya dulu?" ucap salah satu siswi yang tak jauh dari dekatnya. Alias teman sebangku korban.
Dosen menoleh ke Andra yang sudah berjarak jauh darinya.
"Andra ini semua salah kau!" bentak nya.
"Bukan saya bapak, yang ngelempar siapa?"
"Saya." jawab dosen yang tidak sadar kalau dirinya dijebak.
"Bearti salah siapa?" tanya Andra lagi, yang sudah tidak kuat untuk menahan tawa. Betapa bodohnya kau dosen.
"Saya." lagi-lagi ia menjawab tanpa sadar.
"Ya bearti bapak yang salah. Hahahahahaha." tawa Andra pecah begitu keras.
"Kau!" ujar dosen penuh penekanan. Kenapa dirinya bodoh sekali, kenapa juga dia selalu mau saja dibodohi. Sungguh kau Andra ingin sekali aku menjempitmu di pintu.
"Bapak...bapak..bapak..bapak.....bapak..." teriak seluruh mahasiswa.
Entah ada angin apa semua penghuni sini malah mendukung Andra. Mereka berteriak sekeras-kerasnya membuat dosen kewalahan untuk menyuruh diam dan tanpa memikirkan korban.
Sangat keji!
Perempuan yang saat ini tengah kesakitan karna keselek koin, ingin sekali ia berteriak 'BODOH' ke semua orang yang ada disini. Bagaimana bisa dirinya kesakitan malah mereka bertarung suara. Sungguh malang sekali nasibnya.
"Aku pergi, kau menyusul." ucap Grayen sembari pergi dari sini. Ia sudah menebak kalau teman satu ini akan membuat dirinya ke masalah, bukan masalah etika. Tapi masalah fisik.
Dirinya sudah lelah terus menggendong setiap hari mengangkat korban darinya. Padahal bukan dirinya yang salah.
"Iya, pergilah. Aku mau mengerjai dulu ini bapak kiler." ucap Andra pelan, agar gurunya tidak mendengar. Ia sedikit memberi kebebasan kepada Grayen, dia juga kasihan terhadapnya karna selalu mendapat hukuman atas kesalahan dirinya.

Bình Luận Sách (51)

  • avatar
    EfrianIrjon

    cerita ini sangat menarik dan baik dengan cara berbicara antara satu dan yang lain intonasi yang sangat jelas baik dan komunikasi yang sangat baik saya tertarik dengan cerita yang anda buat dan rekan yang lain disatu sisi saya kira cerita ini tidak menarik ternyata malah sebaliknya cerita ini adik tidak singkat padat jelas dan memiliki sifat yang lembut dan berkualitas dan memiliki kreteria masing masing dari semua pemain yg ada dicerita sayang sangat puas dengan cerita ini terimakasih..

    18/02/2022

      9
  • avatar
    LakambeaIndrawaty

    🙏🙏🙏👍

    26/07

      0
  • avatar
    AsrafAmirul

    sangat best cerita ni

    08/07

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất