logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chapter 17

Suara bising orang-orang sedang berbicara Altair yang sudah sadar mendengarkan suara mereka meringkuk di sebuah peti kayu dengan ukuran yang tidak besar dan membuat badan Altair terhimpit.
“Kapan dia akan datang?” tanya seorang anggota bandit yang tengah mengacungkan tombak ke arah Altair berjaga agar supaya dia tidak lari.
“Mereka masih di jalan.” jawab yang lain.
Altair berusaha pelan-pelan melepaskan ikatan tangannya yang berada di belakang benda yang mengikat tangan Altair terasa dingin meraba pola dan lubang kunci.
Altair mencoba mengeluarkan Mana untuk membuka besi tebal yang berisikan manik-manik dengan memusatkan Mana di seluruh tangan untuk membuka celah pola di lubang namun, usahanya sia-sia.
Manik yang mengikat tangannya menyerap sedikit demi sedikit Mana miliknya.
Terdengar suara orang-orang dan pintu besi digerakkan. Altair gelisah karena orang yang masih menghunuskan tombaknya tidak bergerak sedikitpun dari sana.
“Kau sudah bangun?” tanya pria itu sambil melihat ke dalam peti dia berdiri sambil menusuk-nusukkan ujung tombak ke arah Altair.
Altair menatapnya dengan tajam.
Seorang pria bangsawan datang bersama seorang wanita yang terlihat seperti wanita simpanannya mereka berbicara dengan ketua bandit.
“Hey, keluarkan dia dari sana!” perintah pria bangsawaan itu.
Altair yang tengah meringkuk diperlakukan kasar untuk keluar mereka mengaitkan rantai besi di pergelangan tangannya.
Ruangan bawah tanah mereka memiliki alat untuk menyiksa, dari cambuk, tali besi yang dikelilingi dengan duri-duri kecil, rantai dengan bola beban dan lainnya.
Seorang pria sedang berdiri melihat Altair dengan pakaian yang mewah dan rapi membuatnya terlihat mencolok daripada orang-orang yang ada disana. Di belakang pria berdiri juga seorang wanita dengan pakaian mewah sedang memegangi kipas menutupi wajahnya.
“Bukan orang ini yang aku cari,” ujarnya sambil menunjuk ke arah Altair.
“Kami yakin sudah menangkap orang sesuai yang kau perintahkan,” ucap ketua bandit.
“Kami mengikutinya keluar masuk dari penginapan yang sama, memang aneh karena di tempat itu dia sering keluar masuk,”
“Semua anak buahku mengintai dan mengawasi tidak terlihat jelas karena terkadang dia menggunakan jubah dan menutupi wajahnya,” ucapnya lagi.
“Aku tidak akan membayar kalian jika kalian salah menangkap orang,” teriak pria itu sambil menunjuk lagi ke arah Altair yang sedang berlutut di hadapannya.
“Aku cukup rugi kalah bermain judi dengan orang yang aku cari, ” imbuhnya lagi.
“Hei!” teriak ketua bandit dengan keras.
“Anak-anak buahku sudah cukup kewalahan dan terluka lalu kau tidak ingin membayarnya!” bentak ketua bandit.
Merasa geram dengan sikap pria bangsawan yang dengan mudah menuduh dan meremehkan kerja keras mereka membuat Para bandit bersiap untuk menyerangnya.
Pria yang datang bersama beberapa pengawal juga tidak ingin kalah, mereka melindungi tuannya dengan memasang badan menghunuskan pedang.
Orang-orang di sana mulai panik dan marah bersiap akan menyerah satu sama lain.
Altair tidak mengindahkan mereka, dia hanya mengingat bahwa mereka sedang mengincar dirinya hanya karena kalah berjudi. Altair melihat ke arah mereka dan benar, pria itu adalah bangsawan yang kalah berjudi dengannya, padahal dia menggunakan batu Mana dan menggoda Altair dengan 3 wanita sekaligus.
Altair yang saat itu bermain judi sangat kewalahan menahan gejolak dalam dirinya ingin menyergap wanita-wanita itu saat berada di sampingnya dan membawa mereka untuk tidur bersama.
Altair masih bisa mentolerir penggunaan batu Mana namun, cukup sulit baginya untuk menahan gairah terhadap wanita.
Mengingat kejadian itu Altair tertawa, mereka yang mendengar suara tawa Altair sontak menoleh ke arahnya, emosi mereka yang meluap membuat bangsawan itu menghampiri Altair dan menamparnya.
Kepala Altair terasa pusing menerima pukulan merasa diri lemah namun, Altair tidak menyerah untuk bisa melarikan diri. Setelah mendekati Altair, bangsawan tersebut meneliti seperti mengenali wajah Altair.
“Kau adalah anak dari keluarga Duke Leon Onder de,” bisiknya ke telinga Altair.
Altair yang mendengar penuturannya merasa kesal dan marah melihat ke arah bangsawan itu kemudian dia berdiri dan mengatakan, “Benar dialah yang mencuri semua uangku.” ujarnya kepada ketua bandit.
Kemudian bangsawan itu mengeluarkan sebuah sapu tangan dari saku baju miliknya dan mengikat mulut Altair agar tidak membuat onar.
“Kau jangan coba-coba membuat masalah,” bisik bangsawaan itu kepada Altair lagi, lalu dia pergi berjalan mendekati ketua bandit.
Mereka terlihat tengah melakukan negosiasi sesuai kesepakatan yang terjadi dan bangsawan itu menggunakan jasa para bandit dari luar kekaisaran yang mereka tinggal di gurun pasir.
Bangsawaan itu tahu bahwa untuk harga seorang penerus Pengendali Mana sangat menjanjikan dia bisa mendapatkan banyak uang jika keluarga Onder de mau menukarkannya dengan harga yang mahal.
Bangsawan dan ketua bandit pergi meninggalkan ruangan untuk melanjutkan pembicaraan mereka tersisa hanya para penjaga yang mengawasi setiap gerak-gerik Altair.
Setelah menuai kesepakatan tidak begitu lama bangsawan beserta para prajuritnya keluar dan memerintahkan mereka untuk membawa Altair dibawa keluar dari ruangan itu.
Altair dikawal oleh 4 orang dimana setiap sisinya bersiap siaga jika Altair mencoba untuk melarikan diri, melewati tangga kayu yang sempit mengarah ke sebuah ruangan yang tampak seperti rumah biasa beserta perabotannya.
Setelah keluar Altair diikat kembali dengan kuat menggunakan tali dan naik menunggangi kuda. Bangsawan beserta wanita simpanan masuk kereta kuda dan mereka pergi meninggalkan rumah sendirian yang berada di hutan rimbun.
Altair tidak bisa melakukan perlawanan karena dijaga dengan sangat ketat sehingga tidak ada celah baginya untuk lari.
Di dalam kereta...
“Kenapa kau membawanya?” tanya wanita yang sedang bersandar manja di bahu pundak bangsawaan itu.
“Bukankah kau tadi bilang mereka menangkap orang yang salah?” tanyanya lagi.
“Dia adalah keturunan Onder de, Pengendali Mana Sihir. Jika aku bisa membuat pertukaran dengan keluarganya aku bisa meminta uang yang sangat banyak dari mereka,” jawabnya dengan senang.
“Ohooo... benarkah?” ujar wanita simpanan itu dengan girang.
“Kalau gitu nanti belanjakan untuk aku, ya sayang?” lirihnya di dekat telinga bangsawan.
Mereka tertawa senang di dalam kereta di perjalanan Altair berusaha mencari celah untuk lari dari sana namun, usahanya sia-sia perasaan Altair sudah mulai tidak nyaman.
Melihat tembok besar yang sangat familiar berada di depan matanya. Bangsawaan itu turun dari kereta yang dia tumpangi berjalan menuju pos penjagaan untuk membuka gerbang agar mereka semua bisa masuk ke dalam.
Tidak menunggu waktu yang lama mereka masuk setelah pintu gerbang terbuka melewati taman serta kebun yang luas terdapat beberapa pelayan yang sedang merawat kebun bunga serta pertanian keluarga Onder de.
Setelah sampai di mansion milik Onder de bangsawan beserta wanita itu turun dari kereta kuda, mereka berjalan menuju rumah kaca yang berisikan bunga-bunga indah milik istri Duke Leon.
“Selamat siang Duchess Margaretta,” ucap wanita simpanan bangsawan itu.
“Selamat siang nyonya Philia,” jawab istri Duke.
Istri Duke yang di saat itu sedang melakukan perjamuan minum teh dengan wanita bangsawan lainnya berdiri untuk menyambut tamu yang tidak diundang itu dan seorang pria yang datang ke acara perkumpulan yang berisikan wanita.
Putri tertua Margaretha, Liliana sedang sibuk meminum teh miliknya tanpa sedikit pun tertarik dengan kedatangan kedua orang itu.
“Salam Duchess, saya datang kesini ingin bertemu dengan Duke Leon yang Agung untuk bernegosiasi,” ujar bangsawan itu diikuti dengan gerakan salam.
“Duke Leon sedang berada di menara, jika kau ingin membicarakan sesuatu datanglah ke tempat yang sudah disediakan,” jawab Duchess Margaretta.
“Saya hanya bangsawan biasa yang tinggal jauh di dalam ibu kota Rhodes,” ujarnya lagi.
“Tidak layak kah seseorang yang sudah datang dari jauh masih harus menemui orang yang hebat di tempat yang jauh juga.” imbuhnya dengan licik.
Orang-orang yang berada di pesta mulai berbisik tentang perilaku bangsawan tersebut dan juga ada beberapa orang yang menyayangkan perilaku Duchess Margaretta yang tidak menghormati keinginan tamu.
Bangsawan yang licik itu tersenyum karena berhasil memprovokasi situasi disana dia tidak ingin mengambil resiko terlalu jauh untuk masuk ke kediaman Onder de, karena bisa saja mereka akan menuduh dan memenjarakan karena membawa Altair ke rumahnya.
Bangsawan itu ingin mengambil aman karena dia hanya membawa pengawal segelintir orang, sedangkan Onder de pasti memiliki 1000 pasukan lebih yang sedang berjaga.
Melihat reaksi tamu-tamu undangannya membuat Duchess Margaretha menyerah dan menyuruh salah satu pelayan laki-laki untuk memanggil Duke Leon untuk segera menemuinya.
Memerintahkan pelayan wanita untuk mengambilkan dua buah kursi untuk bangsawan serta selingkuhannya itu.
Para tamu bangsawan Duchess Margaretta menggeser tempat duduk mereka berjauhan dengan tamu yang tidak diundang itu karena mereka tidak ingin terlibat masalah terutama status wanita simpanan milik bangsawan itu.


Bình Luận Sách (153)

  • avatar
    15Heranim

    Suka banget sama ceritanya. Bikin emosiku gak karuan..Semangat! Mari mampir juga ke ceritaku ^^

    17/01/2022

      4
  • avatar
    Ssraah

    saya sangat menyukai cerita ini, mempunyai jalan cerita yang menarik dan tata bahasa yang rapi dan mudah dimengerti.

    21/12/2021

      0
  • avatar
    Yesmi Anita

    lima ribu DM 5.000

    3d

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất