logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chapter 12

Pagi Pun tiba, Altair tengah bersiap-siap untuk pergi dari penginapannya semalam. Setelah kembali dari kasino. Altair langsung masuk ke dalam penginapan dan segera dia mengumpulkan darah ke dalam cawan.
Cawan itu terisi penuh oleh darah Altair dan langsung membuatnya lemas lalu tertidur. Sekarang Altair bangun dengan keadaan segar bugar setelah semua siap, Altair melihat ke arah cincin di jari telunjuknya. Di tengah lingkaran sudah terlihat berwarna merah penuh dengan darah Altair.
Merubah lagi menjadi sosok orang lain dengan kekuatan Mana di kalung lehernya.
“Sekarang waktunya,” ujar Altair dengan semangat.
“Semoga makhluk yang agung ini bisa membantuku keluar dari dunia ini,” ucap Altair sembari mencium cincin.
Altair pergi menuruni tangga penginapan, memesan makanan dan pergi ke pasar.
Altair pergi ke pasar untuk membeli bubuk batu Mana dan bubuk peri emas.
Selama Altair berada di ibu kota, dia melihat sendiri bagaimana rakyat Rhodes hidup dengan tenang dan aman. Altair juga mencari informasi tentang penduduk Rhodes, mengapa orang-orang disana sangat membenci pendatang yang masuk ke Rhodes.
Banyak hal yang membuat mereka kesal dari orang-orang diluar penduduk Rhodes diantaranya sering terjadi pemberontakan atau penyerangan yang dilakukan oleh penduduk luar karena mereka iri dan menginginkan kekuatan 5 Pengendali Mana, dimana 5 Pengendali Mana hanya dapat ditemukan di kerajaan Rhodes.
Menipu warga Rhodes saat melakukan transaksi, membuat keonaran bahkan desa Rhodes dan kekaisaran hampir menjadi lautan darah akibat pemberontakan yang dilakukan orang Rhodes yang dihasut untuk menggulingkan raja serta ingin merampas kekuatan yang hanya dimiliki kerajaan Rhodes.
Mendengar informasi yang diceritakan orang-orang di sana mengingatkan Altair dengan kasus kakek buyutnya 500 tahun yang lalu karena ulah pamannya.
Untuk itu jika kerajaan Rhodes atau Pengendali Mana melakukan diplomasi mereka akan mendatangi negara atau kerajaan tersebut langsung ke negara mereka tanpa mengundang orang luar masuk kekaisaran Rhodes.
Altair tiba di sebuah bangunan tua besar menurut informasi orang-orang, disana adalah tempat yang lengkap untuk membeli barang-barang langkah karena pemilik toko tersebut membeli barang-barang jualannya di pasar gelap.
Suara bel masuk berbunyi, di dalam nampak sepi tidak ada orang yang berbelanja sebab toko tersebut berada agak jauh dari pasar dan pusat ibu kota serta menjual barang-barang aneh sehingga hanya orang-orang yang membutuhkan sesuatu yang akan masuk ke sana.
Ada baju zirah lengkap, botol-botol kaca berisikan air dan hewan yang diawetkan, peralatan bertarung, tanduk rusa, bola sihir yang bahkan Altair sendiri ragu apakah itu masih berfungsi atau tidak.
“Selamat datang di tokoku,” sambut pemilik toko.
“Ada yang bisa aku bantu,” ucapnya lagi yang tengah membersihkan lemari kaca yang berisikan benda-benda aneh.
“Apakah paman menjual bubuk batu Mana dan bubuk peri emas?” tanya Altair.
“Hmmmm... ada,” jawabnya dengan sedikit ragu.
“Hanya saja...” ucapannya memotong diiringi tatapan menelitik Altair.
Pemilik toko menatap Altair seakan-akan bertanya untuk apa dirinya membutuhkan barang langkah dan sangat mahal itu, Altair yang merasakan tatapan tidak nyaman langsung membuka tudung jubahnya.
“Ya, ada tapi harganya sangat mahal,” ucap pemilik toko yang tersadar.
“Setiap 100 gram untuk bubuk peri emas 100 koin emas dan 120 untuk bubuk batu Mana,” jawabnya lagi.
“Mahal sekali,” jawab Altair yang langsung merespon.
“Anakku, barang-barang di sini adalah barang langkah yang hanya bisa ditemukan di satu tempat saja.” kata pemilik toko sambil menunjukkan barang-barang aneh yang berada di tokonya.
“Untuk mendapatkan barang tersebut orang-orang rela mengorbankan nyawa mereka untuk mendapatkannya.”
“Seperti bubuk batu Mana, bubuk ini hanya ada di kediaman keluarga Bedros.” saat pemilik toko mengambil botol kecil di dalam laci
“Dimana mereka yang mencarinya harus mendaki gunung dan bertemu dengan hewan buas, kediaman Bedros berada di gunung yang tinggi dan bersalju,” ucap pemilik toko sambil memberikan botol kecil yang ditutupi dengan kayu.
Di dalam ada bubuk batu Mana, Altair mengambil dan melihat bubuk di dalamnya, terlihat seperti serpihan kaca halus biasa.
“Tidak cukup untuk di pergunakan untuk pemanggilan nanti,” ucap Altair dalam hati.
“Baiklah paman,” sambil meletakkan kembali botol kaca kecil di atas etalase.
“Aku akan mengambil 1 kg untuk setiap bubuk,” jawab Altair sambil mengeluarkan sekantong koin emas yang cukup besar.
Pemilik toko terkejut dan segera mengambil kantong koin lalu menimbang-nimbang isi di tangannya.
“Ohoo... ternyata kau anak orang kaya rupanya,” ucap pemilik toko saat merasa yakin kantong tersebut memiliki sejumlah uang yang dia inginkan.
Pemilik toko pergi ke belakang gudang setelah meletakkan kantong yang berisi uang di atas meja pribadinya.
Tidak begitu lama pemilik toko datang dengan dua kantong besar berada di kedua pundak sedang dipikul.
“Periksa dulu,” ucapnya setelah meletakkan kedua kantong tersebut di hadapan Altair.
Altair membuka kedua kantong lalu menyentuh kedua bubuk, bubuk batu Mana terasa dingin jika di sentuhkan ke tangan kebalikan dari bubuk peri emas terasa sangat panas seperti meletakkan tangan di atas bara api.
Setelah yakin dengan barang yang dia beli, Altair mengikat kembali kantong-kantong miliknya itu.
“Terima kasih paman,” ujar Altair sambil membawa dua kantong di punggungnya.
“Sama-sama,” jawab pemilik toko dengan senang.
Altair pergi keluar toko dan berjalan menuju ke tengah hutan yang luas. Altair memilih tempat tersebut agar orang-orang tidak menaruh curiga karena bisa saja akan muncul cahaya aneh yang terang menyilaukan.
Altair mengeluarkan kedua bubuk dan mencampurkannya, tidak semua bubuk dia gunakan yang penting cukup untuk melakukan pemanggilan.
Setelah lingkaran sihir selesai dibuat dia berdiri di tengah lingkaran dan mengubah bentuk asli cincin yang digunakan. Setelah berbentuk cawan Altair merapalkan beberapa mantra yang sudah dihafalkan seperti di buku.
Sisi garis lingkaran mulai bergerak mengeluarkan cahaya putih dan kemerahan diikuti angin berhembus dengan kencang bergerak ke arah lingkaran sihir di mana Altair berdiri di tengah. Altair tetap merapalkan mantra dan berusaha fokus.
Saat merapalkan mantera dia mendengar suara bising orang berbicara, teriakan, tangisan, suara pertempuran dan lainnya. Membuat konsentrasi Altair sedikit goyah.
Cahaya sudah mendekati kaki dan badan Altair mengelilinginya dengan kuat terlihat dari kejauhan hanya cahaya putih yang berusaha menembus ke arah langit.
Badan Altair hampir tidak bisa menahan cahaya tersebut perlahan darah yang berada di cawan mulai berkurang sedikit demi sedikit Altair harus berjuang dengan keras agar darah yang berada di cawan habis untuk bisa memanggil makhluk magis.
Altair terus merapalkan mantra melihat cawan di darah itu sudah habis cahaya yang mengelilingi Altair bergantian mulai masuk memenuhi cawan yang kosong.
Seberapa banyak pun cahaya itu masuk, tidak nampak akan penuh setelah berusaha menahan tekanan dari cahaya tadi, sekarang Altair berusaha menahan beban berat yang berada di atas cawan.
Sedikit demi sedikit beban tersebut terasa berat membuat Altair terduduk ambruk. Mana yang dia miliki tidak berfungsi untuk menahan berat cawan.
Setelah selesai Altair terduduk diam nafasnya tersengal-sengal tidak ada yang muncul dari cawan yang dia pegang.
Altair melihat dan mencari sekeliling tidak ada sosok makhluk atau manusia di sekitarnya. Setelah sedikit memulihkan tenaganya Altair mulai berusaha berdiri mencari sosok yang mungkin menarik perhatiannya.


Bình Luận Sách (153)

  • avatar
    15Heranim

    Suka banget sama ceritanya. Bikin emosiku gak karuan..Semangat! Mari mampir juga ke ceritaku ^^

    17/01/2022

      4
  • avatar
    Ssraah

    saya sangat menyukai cerita ini, mempunyai jalan cerita yang menarik dan tata bahasa yang rapi dan mudah dimengerti.

    21/12/2021

      0
  • avatar
    Yesmi Anita

    lima ribu DM 5.000

    3d

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất