logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 24 Penggerebekan

Kami mengendap dan tidak bersuara sama sekali. Aku melangkah di samping pojok, tepat di samping ruangan dapur yang memiliki ruangan rahasia bawah tanah di sampingnya.
Aku mendengar seperti ada suara berbicara di dalam, meski di balik tembok suara itu terdengar. Artinya, benar – benar ada orang di dalam rumah tua itu.
Jono selalu mengikuti apapun yang aku lakukan. Aku mengendap lagi lebih maju ke ruangan agak depan. Itu adalah ruang tengah, maju sedikit lagi adalah tepat di samping ruangan yang memiliki kamar bagus yang tadi siang aku datangi bersama Nadia.
Kini, aku tepat berada di ruang tengah, karena ada pembicaraan yang terdengar pasti ada orang dan bukan lagi setan. Aku yakin itu setelah kejadian tadi yang menimpa kami dalam pertarungan dengan setan jadi – jadian.
Aku mencoba berdiri, ada lubang jendela di atas, tapi aku tidak sampai. Aku kesulitan menguping pembicaraan di dalam meskipun lamat – lamat terdengar namun tidak jelas. Suara lirih di dekatku menepuk pundakku dan berkata agar naik ke punggungnya.
Benar saja, Jono langsung membungkuk. Aku pun perlahan naik ke pundaknya dan dia mengangkatku lebih keatas. Perlahan, Jono sudah tahu apa tugasnya. Aku pun menepuk pundak Jono pertanda sudah tepat mataku melihat sedikit celah dari jendela yang sudah lapuk itu.
Aku menamatkan mataku, dari lubang itu. Mataku benar – benar terbelalak dan rasanya seperti akan keluar saja. Itu adalah pak lurah Norman? Seorang tak dikenal berada di depan pak Norman dan tengah membawa sebuah senjata api?
Apa – apaan ini?
”Jadi, mau diapakan gadis itu?” lelaki yang memegang senjata api itu menatap lurah Dorman. Aku sendiri bingung dengan semua ini, gadis itu mau diapakan? Apakah itu adalah Nadia? Ini ada apa sebenarnya?
Hening sejenak, aku menelan ludahku sendiri perlahan dan sedang mengamati apa yang akan terjadi selanjutnya di ruangan itu. Beberapa detik kemudian, lurah Norman akhirnya buka suara.
”Terserah kalian, tapi setelah itu buang dan jangan sampai ada satupun saksi!” itulah yang keluar tiba – tiba dari lisan Lurah Norman.
Aku merasa gemerutukan jika Lurah yang selama ini kami hormati dan selalu kami sanjung ternyata melakukan hal memalukan, maka aku yang akan mematahkan gigi – giginya. Kakiku seolah gemetaran.
Jono jadi ikut bergoyang sedikit dan aku menjadi tidak seimbang, aku menepuk pundak Jono perlahan memberinya kode agar tenang.
”Baiklah, kami akan bersenang – senang dulu baru akan kami habisi gadis itu. Kamu tenang saja! Ha.. ha.. ha...” tawa lelaki bertopi itu sepertinya cukup keras, dari arah luar sepertinya juga masih terdengar kuat.
Namun, dia segera berhenti tertawa dan merasa jika mungkin tertawanya berlebihan sehingga dia menghentikannya sendiri.
”Baik, kami akan lakukan hal itu. Ingat Lurah, jaga bisnis kita baik – baik.”
Kalimat penutup itu sekaligus membuat si pemegang pistol dan bertopi itu berdiri dari tempat duduknya. Aku masih bertahan dan tidak membuat gerakan apapun, lelaki bertopi itu pindah ke belakang dan pak Norman masih duduk sebentar dan pindah ke depan. Dia mau ke kamar bagus tempat siang tadi aku melihatnya.
Di ruang belakang aku juga menamatkan mataku, dan seorang wanita tengah duduk diikat dan mulutnya disumpal dengan kain. Itu adalah, Nadia. Aku melihatnya sekilas meski tak menghadap kearahku namun baju yang dikenakannya seperti Nadia dari samping. Aku tak bisa melupakan wajah dari samping itu.
Lelaki yang memegang pistol terlihat sekilas lewat dan kemudian beberapa orang memegang tali Nadia dan melepaskannya. Mereka sepertinya mau bergerak kearah belakang, artinya mereka akan keluar.
Aku harus mencari cara sekarang, apapun yang terjadi Nadia harus diselamatkan.
Aku menepuk pundak dua kali kepada Jono, di menurunkan aku. Kami duduk bersama. Aku pun ada ide segera.
Jono aku minta menjadi umpan, dia berlari di jalanan dan melewati rumah tua sambil terus berteriak minta tolong dan katakan ada maling. Jono mengerti, dia juga sudah kuceritakan bahwa Nadia disekap di dalam. Tugas Jono mengalihkan perhatian.
Ketika rekan – rekan nanti datang, maka segera geruduk rumah tua itu, aku meyakinkan hal itu pada Jono. Saat teman dan masyarakat datang, maka mereka harus segera gerebek rumah tua itu. Jono pun mengerti dan mengambil langkah pelan bersiap kearah jalan.
Aku memberi kode padanya, mulai saja saat dia mencapai jalanan.
Aku mengambil jalur ke belakang rumah, mereka akan segera ke belakang untuk memindahkan Nadia. Saat mereka teralihkan maka aku juga harus segera bertindak. Aku sudah berada di belakang rumah tua itu, aku bersiap bersembunyi di belakang pohon yang besar di belakang rumah itu dan duduk di bawah.
”Maliiinnggg! Maliiinggg! Maliiinggg!”
Suara Jono, dan aku tahu dia sedang berlari di jalanan melewati rumah tua dan mengalihkan perhatian semua orang di rumah itu. Benar saja, pintu belakang itu terbuka dan bahkan terlihat agak dipaksa atau ditendang dari dalam.
Braak!
Sosok wanita berjilbab dipegangi dua orang dari sisi kanan dan kiri, mereka keluar dari pintu belakang agak terburu – buru. Pasti mereka sudah mendengar teriakan Jono di jalanan. Tiga orang berada di belakang Nadia dan mereka pun bersiap pergi.
Artinya, ada lima orang termasuk pria yang memegang senjata api yang tepat di belakang Nadia. Mereka terburu – buru dan meninggalkan arah pintu belakang dan sedang menuju arah lain ke arah barisan bambu. Mereka pun akan melewatiku.
”Cepat! Cepat! Bahaya kalau ketahuan!”
Pemimpin mereka yang berada di tengah masih saja memegang pistol dan mengarahkannya ke bawah. Untuk meringkus mereka, tidak ada waktu lagi kalau menunggu polisi atau warga desa. Aku harus merebut senjata itu dulu.
Tiga orang termasuk Nadia melewatiku, aku mengendap perlahan mengambil sisi yang berbeda agar mereka tidak menyadari kehadiranku. Tiga orang barisan terakhir segera melewatiku. Aku melihat pistol di tangan kanannya.
Tepat!
Bruk! Sraak!
Aku maju, tak peduli apapun. Aku merangsek dan tangan kiriku menyikut pria di samping kanan, dia jatuh. Aku memang menyingkirkan lelaki di sebelah paling kanan itu untuk mempermudah merebut senjata api milik bos mereka.
Aku mendapatkannya dengan kedua tanganku, pria pemegang pistol pun kaget karena aku langsung memegang pistol dan meraihnya dengan cepat. Pistol itu terpegang oleh kedua tanganku, dan.
Wussshhhh!
Segera aku membuangnya diantara rimbunnya barisan bambu. Lelaki pemegang pistol sangat kaget karena kehadiranku. Namun, begitu dia hendak memerintah dengan lisannya. Aku langsung mengarahkan tinjuku ke pipi kirinya
Bug!
Sekuat tenaga aku memukulnya, pria itu terjengkang ke kanan dan langsung jatuh. Dia meringis kesakitan. Tidak ada waktu untuk menganggap itu menang, aku pun langsung meraih yang lain dan mereka segera menyerangku dari berbagi sisi.
Satu orang masih memegangi Nadia, Nadia pun berbalik dan melihat kearahku. Seorang pria memegangi tangannya yang terikat. Seorang pria langsung mencoba menyerangku dari arah kiri, namun aku melompat dan menendang dengan berputar, pipinya jadi sasaran. Satunya lagi bersiap menyerangku namun saat dia maju, aku sudah duluan memukul perutnya dengan sekuat tenaga.
Dia mengaduh, pasti sangat sakit. Bos pemegang pistol masih bangkit dan meraih kayu, aku melihatnya dan dia hendak memukulku. Namun, aku melompat duluan kearahnya dan lutut kananku aku ayunkan tepat mengenai hidungnya.
Duag!
Aku terjatuh dan tepat menindih dadanya dengan kuat dan hidungnya pun terkena serangan lututku.
Kini aku berdiri lagi dan beralih pada seorang yang masih memegangi Nadia yang mulutnya masih tertutup kain.
”Lepaskan dia! Kamu akan dihukum tidak berat jika berbuat tidak berlebihan!”
Lelaki itu seolah tak peduli dan menggeleng perlahan. Aku bingung hendak melakukan apa sedangkan mata Nadia nampak berkaca. Mungkin dia sangat ketakutan.
”Lalu, apa permintaanmu!”
”Kamu menyerah dan patuhi kami! Menunduk!”
Suara keras penjahat itu membuatku tak berdaya. Aku pun tertunduk dengan kedua tanganku di belakang kepala. Aku melihatnya dan dia sudah memegang pisau lipat yang sudah mata pisaunya mengarah kearah Nadia.
”Aku sudah menyerah! Lepaskan gadis itu!”
Lelaki itu merasa belum puas, dia mendekat kearahku selangkah demi selangkah, ”Jangan pernah melawan sama sekali. Atau..., aku akan membuat wanita itu terluka!”
Lelaki penyandera itu semakin mendekat kearahku. Mataku menatap Nadia dan mencoba menenangkannya dengan tatapanku. Namun, Nadia seolah mengerti dan dia terlihat seperti tersenyum karena ada guratan di sekitar pipi yang terlihat.
”Diam disitu!” lelaki penyandera semakin dekat denganku.
Nadia memberi kode dengan matanya yang menatap tajam kearahku. Saat dekat dan tinggal dua meter dariku. Nadia mengangguk dan seolah dia akan melakukan sesuatu, aku bersiap dengan kuda-kudaku.
”Ahhhhhhh!”
Nyatanya, kaki Nadia ternyata menendang ke belakang dengan kakinya. Tepat mengenai senjata di bawah pusar milik lelaki penyandera. Saat itu, penjahat itu sepertinya mau melukaiku dengan pisau itu, namun kini dia langsung terkena serangan cepat dari Nadia. Pasti sangat sakit.
Saking sakitnya, pisau lelaki penyandera terlepas dan bahkan Nadia juga dilepaskannya. Kedua kakinya langsung memegang adik kecil di dalam celananya. Pasti sangat sakit.
Saat Nadia terlepas dari cekalan penyandera itu, dia berlari kearahku. Aku pun langsung berdiri dan memukul dagu lelaki penyandera sehingga dia terpental dan terdorong ke belakang dengan kuat dan membentur pohon.
Dia pun roboh dan pingsan. Para penjahat itu seolah tertidur dan mungkin benar – benar pingsan. Aku lemas dan terduduk begitu saja, tubuhku benar – benar lelah.
Hmmm.... hmm....
Suara tercekat dari Nadia. Aku berdiri lagi dan melepaskan ikatan mulut yang menyumpalnya dan ikatan pada kedua tangannya.
”Mas Adnan, terimakasih,” itu ucapan yang langsung keluar dari Nadia begitu aku melepaskan ikatannya, ”Kini, aku sudah tahu siapa dalang dari semua ini. Lurah Norman dia adalah...”
”Sudah Nadia. Aku sudah tahu, kini yang penting kamu selamat dan tidak ada apapun yang menimpamu. Soal lurah, aku juga sudah mengetahuinya.”
Suara ribut terdengar dari arah dalam rumah tua. Aku mengajak Nadia untuk kesana, mungkin para warga yang sudah aku beritahu sudah datang tepat waktu.
Aku pun menuntun Nadia ke dalam rumah tua. Aku menuntunnya, dan dia sedikit susah berjalan karena sudah lama diikat dalam duduknya.
Saat kami mencapai depan rumah tua peninggalan mbah Pati, maka benar saja, kami melihat puluhan orang datang termasuk pak Kusrin karena laporan dari yang lainnya.
Kami muncul, pak Kusrin langsung terburu – buru mendekati kami dan dia merangkul puterinya itu. Puterinya selamat, dia pun mengucapkan alhamdulillah.
”Ampuni kami!”
Suara wanita? Aku pun menyibak keramaian dan aku melihat bahwa seorang lelaki tengah tak memakai bajunya dan juga seorang janda mbak Murni yang juga seorang seniman musik di dekatnya. Mereka berdua digerebek di kamar dalam rumah tua milik mbah Pati.
Mereka kedapatan hendak melakukan tindakan keburukan.
Hari itu, semua menjadi jelas. Malam yang cukup menjadi bukti akan keserakahan orang lain. Beberapa detik kemudian barisan polisi pun langsung hadir dan mendapati lurah Norman sudah diikat bersama para timnya yang sudah aku kalahkan.
Mereka pun dibawa ke polsek.
Para warga sudah mulai pulang satu – persatu. Untuk bukti bubuk di lantai rahasia, polisi membawa satu kandi untuk dicek.
Kami semua menyetujuinya. Pak Lurah juga sudah diamankan beserta mbak Murni, nyatanya mereka sering melakukan hal kotor di kamar di rumah mbah Pati. Benar – benar keterlaluan.
Nadia pun pamitan padaku dan pulang bersama pak Kusrin. Aku pun akhirnya mulai melangkah pulang juga. Namun, saat aku menengok sebentar sebelum pulang ke rumah tua itu, nampaknya sekilas aku melihat ada orang yang lewat serba putih.
Jangan – jangan?
Ah sudahlah! Semoga engkau tenang disana wahai orang yang selalu baik pada siapapun, mbah Pati. Aku pun langsung meninggalkan rumah itu dan berharap bahwa segalanya menjadi baik di desaku setelah kejadian ini.

Bình Luận Sách (228)

  • avatar
    GunawanMia

    novelnya cukup baguss... bahasanya ringan dan menghibur..... 👍👍

    07/02/2022

      6
  • avatar
    yuliawati

    bagus cakpaibhh

    1d

      0
  • avatar
    MasudAli

    bagus banget ceritanya dan seram terimakasih untuk dukunganya

    5d

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất