logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 21 Luar Biasa

”Ini bukan tepung,” Nadia menebak.
”Apakah itu..., narkoba?” aku terucap begitu saja, menebak karena sesuatu yang disembunyikan dan juga dirahasiakan. Aku jadi teringat waktu orang – orang di mobil yang aku ingin lihat tidak memperbolehkanku untuk mendekat.
Apakah ini benar – benar konspirasi.
”Mas Adnan, tolong rapikan lagi jangan sampai terlihat ada yang janggal. Aku akan membawa sedikit sampel.”
Penjelasan dari Nadia tadi cukup membuatku sadar bahwa ada yang sama – sama kami curigai. Akupun segera menutupi lubang kecil yang disobek tadi, ternyata di dalamnya terisi plastik-plastik kecil ukuran setengah kilo mungkin. Satu yang sobek tadi aku ambil plastiknya dan menutupinya dengan dibalik sehingga tak terlihat ada lubang.
Aku pun mulai khawatir dan meminta Nadia untuk segera pergi, Nadia mengerti kami naik ke atas dan menutup kembali pintu ke bawah seperti biasa. Aku pun menggeser kembali kotak yang menutupinya dan kami bergegas pergi. Takut jika ada yang segera datang dan memergoki kami.
Kami cukup cepat menyelinap lewat belakang, tak menemukan apapun. Kami melewati pepohonan bambu dan kembali ke desa dengan motorku.
Aku mengantar Nadia sampai rumah dan memintanya agar tidak melakukan apapun terlebih dahulu sebelum semuanya jelas. Tentang serbuk itu, aku minta dicek. Hari ini sudah siang, aku harus segera ke pabrik karena tugasku habis dhuhur.
Nadia mengucapkan terima kasih karena sudah mengantarnya hari ini. Aku pun tersenyum padanya dan bilang tak masalah.
Baru kali ini aku melihat Nadia tersenyum begitu indah, ah! Mungkin aku yang kepedean saja. Aku pulang dan mempersiapkan diri ke pabrik, hal ini tidak boleh bocor terlebih dahuu sebelum jelas bubuk apakah warna putih tersebut.
@ @ @
Hari pertamaku menjadi tangan kanan Bos Tama. Aku langsung merasa seperti bos betulan, begitu aku lewat banyak orang yang tersenyum dan menyapaku.
Gak biasanya tentunya, aku biasanya dicuekin begitu datang dan bersama timku langsung bekerja. Orang – orang akan biasa melihatku lewat dan tidak peduli, namun ketika sudah dilantik bos Tama kemarin, aku seolah menjadi orang berbeda.
Namun, aku tak ingin merasa dibedakan. Harusnya seperti biasa saja.
Aku jadi gugup begitu banyak orang dan pekerja yang menyapaku. Mungkin, itulah hukum di dunia ini. Jika kau menjadi lebih tinggi jabatannya, maka kamu akan lebih diperhatikan orang lain. Ah! Padahal itu hanya formalitas bukan, namun manusia selalu begitu. Pejabat diagungkan, begitu datang langsung dihormati.
Coba kalau tetangganya yang datang, paling hanya bertanya, kok gak mati – mati sih! Ya Allah, memang manusia itu kadang menghormati orang yang bisa memberinya keuntungan. Tapi, semoga saja mereka tak seperti itu, dan menganggapku sebagai orang biasa saja.
Aku menuju timku dulu yang selalu bekerja bersamaku. Aku menyapa mereka terutama Jono dan pak Ranu. Semuanya seperti biasa, aku menyalami mereka dan mereka malah tersenyum dan kembali mengucapkan selamat kepadaku.
Bahkan, si Jono menagih acara makan - makan denganku kapan harinya harus dijadwalkan. Aku pun mengiyakan mereka misal malam minggu jika tak keberatan aku siap untuk manggang bersama, bukankah mereka semua satu desa denganku. Maka, itu lebih mudah.
”Tapi kalau makan bareng nanti, jangan takut pada Setan lagi ya!” aku menggoda mereka semua, termasuk Jono.
Jono pun menatapku, ”Tentu saja mas Bos, kami tidak akan takut pada setan lagi, asalkan satu syarat mas Bos.”
”Apa saratnya Jono?” Dasar Jono, lucu seperti biasanya. Lugu.
”Syaratnya Bos, Setannya gak muncul dan nakutin, maka kami gak akan takut!”
Memang Jono, seperti biasanya lugu tapi melucu. Ada – ada saja, ya tentu saja semua orang tidak takut hantu kalau memang mereka gak nakut – nakutin kan?
Jono kembali menegurku, ”Oya mas Bos, bagaimana kalau nanti malam. Ini kan malam minggu, ayolah mas Bos!”
Aku menatap 30 orang di divisiku dulu tersebut, namun kini tugasku tentu berbeda, ”Baiklah, kalau begitu nanti malam kita manggang ayam bersama. Di rumahku ya, semuanya harus datang pukul 09.00 malam ya.”
Semua pun menyetujui hal itu, aku akan pulang sekitar jam 8 malam dan akan langsung pulang ke rumah.
Aku pamitan pada mereka, Jono pun meyakinkan agar nanti malam benar-benar makan malam bersama. Aku kembali mengiyakannya.
Aku langsung ke ruangan bos Tama. Sesampainya aku di ruang Bos Tama, dia menepuk pundakku dan berkata, ”Ayo aku ajari sebentar, setelah itu aku mau pulang untuk berkumpul bersama anak – anakku.”
Waduh! Langsung begitu, aku langsung ditinggal dan menggantikan bos Tama? Tapi, apa mau dikata, ini adalah tugas baruku. Aku harus berjuang agar pabrik disini dapat berjalan dengan baik dalam pengawasanku.
Aku pun manut saja, diajak bos Tama untuk menemui para supir yang membawa angkutan baik itu sawit atau singkong yang datang. Harga sudah ditetapkan, bos Tama hanya bilang untuk mengawasi sebentar dengan para pengecek barang. Lalu, bisa kembali ke ruangan atau disitu untuk melihat sampai selesai juga bisa.
Jika tim pengecek barang yang datang sudah melapor jumlah dan kekurangannya, maka tugas bos Tama membayarkan data yang masuk dan memberikan uang kepada supir atau pemilik barang di tempat ruang bos.
Beberapa hal sudah dilakukan oleh Bos Tama di depanku langsung, bos Tama bilang bahwa hal itulah yang paling utama aku kerjakan. Selain itu, aku kata bos Tama bisa memanggil para mandor dengan memencet tombol di ruangan itu untuk laporan tiap mandor dalam hari itu dan mengecek sebentar.
Itu saja, begitulah tugas bos Tama, selainnya bisa bersantai di ruangan bos jika mau. Kalau tidak, ya tentu saja berkeliling ke setiap tempat para pekerja maupun gudang, maupun pula di ruang depan dengan para pendatang yang akan menjual barangnya yaitu sawit atau singkon di ruang penimbangan.
Aku mengangguk tanda mulai mengerti, aku pun bertanya bisakah aku berkeliling ke semua tempat di pabrik untuk sesuatu yang aku perlukan. Bos Tama pun tidak melarang selama tugas penting selesai, dia bisa pergi kemana saja bagian apapun. Lalu, dia bisa meminta para pengecek agar menghubunginya jika memang barang datang dan dirinya sedang melihat hal lain di pabrik tersebut.
Cukup mudah dan dapat dipahami, Bos Tama pun langsung pamitan pulang karena dia ingin segera berkumpul dengan anak – anaknya di rumah.
Sebelum pergi, dia meyakinkanku bahwa aku adalah orang yang tepat. Menurutnya, aku adalah orang yang jujur dan juga pekerja yang tekun.
Aku pun akan berusaha memenuhi ekspetasi bos Tama padaku. Bos Tama pun pamitan dan menepuk pundakku sebelum naik ke mobil. Dia mengucapkan terima kasih padaku karena sudah menyelamatkan pabrik kemarin, juga sudah menjadi orang yang jujur selama ini. Terima kasih pula karena sudah mau menjadi wakil bos untuknya.
Katanya, dia sudah lama sekali mencari wakil baginya, dan baru kali ini bertemu dengan orang tepat, dan dia yakin akan hal itu.
Jadi begitu? Bos pergi, dan aku benar – benar dipercaya untuk mengatur pabrik sebesar itu? Ini sungguh hal yang luar biasa bagiku.

Bình Luận Sách (228)

  • avatar
    GunawanMia

    novelnya cukup baguss... bahasanya ringan dan menghibur..... 👍👍

    07/02/2022

      6
  • avatar
    yuliawati

    bagus cakpaibhh

    1d

      0
  • avatar
    MasudAli

    bagus banget ceritanya dan seram terimakasih untuk dukunganya

    5d

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất