logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Bab 18

Argatha memasuki kelas. Melihat Ayana yang duduk sendirian sembari memainkan ponselnya.
Langkah Argatha perlahan mendekat, namun gadis itu tidak seperti biasanya. Biasanya, gadis itu sangat excited saat melihat kedatangan Argatha, tapi kali ini tidak. Ia hanya menoleh sebentar lalu menatap ponselnya kembali.
"Ay," ucap Argatha lembut.
"Hm."
"Lo marah sama gue?" tanya Argatha.
"Menurut Argatha?"
"Iya."
"Iya apa?"
"Lo marah sama gue."
"Nggak usah sotoy."
"Lo marah ya sama gue?"
"Nggak."
"Gue keterlaluan sama lo?" tanya Argatha.
"Gue minta maaf," ucap Argatha sembari memegang tangan Ayana.
Kedua mata Ayana tertuju pada luka yang berada di tangan Argatha. Dengan cepat ia meraih tangan pria itu. "Ini kenapa?" tanya Ayana khawatir.
Kedua sudut bibir Argatha mengembang, perlahan tangannya mengelus rambut Ayana dengan lembut. "Sekarang gue percaya kalau lo marah."
"Ih, tangan Argatha kenapa?" tanya Ayana.
Argatha tertawa kecil, ia sangat senang melihat wajah Ayana ketika sedang khawatir, sangat menggemaskan.
"Gue cuma jatuh aja, Ay" jawab Argatha enteng.
Kedua mata Ayana membulat saat mendengar ucapan pria itu. "Cuma? Argatha bilang cuma?"
"Iya, gue cuma jatuh aja di depan truk," jelas Argatha.
"Maksudnya?" tanya Ayana tidak mengerti.
"Kemarin, gue mau nyalip truk, tapi nggak bisa, gue malah jatuh di depannya," jawab Argatha.
Ayana memukul tubuh Argatha pelan. "Ih, kenapa kemarin Argatha bilang kalau baik-baik aja, kenapa nggak bilang kalau Argatha jatuh?"
"Gue nggak mau bikin lo tambah khawatir."
Tangan Argatha menggenggam tangan Ayana dengan erat. "Makasih Ay," ucap Argatha.
"Buat apa?"
"Buat rasa khawatir lo ke gue."
Detak jantung Ayana seperti berhenti. Oksigen di sekelilingnya seolah menghilang.
"Tahan, jangan baper," ucap Ayana dalam hati.
Argatha mengeluarkan sesuatu dari saku celananya, lalu menyodorkan sebuah tiket dihadapan Ayana.
"Ini apa?" tanya Ayana.
"Tiket pesawat," jawab Argatha enteng.
Ayana mendengus kesal saat mendengar jawaban Argatha yang nyeleneh. Kalau tidak mengingat kalau Argatha adalah pria yang ia cintai, mungkin ia sudah memukul kepala Argatha.
"Ih, Argatha bisa nggak sih jawab serius?" decak Ayana.
"Serius," ucap Argatha tak berdosa.
"Bukan gitu maksudnya."
"Lagian lo jelas-jelas udah lihat ini tiket nonton, masih aja nanya."
"Ya maksudnya kenapa dikasih ke Ayana?"
Kedua mata Argatha menatap Ayana lekat. Senyumnya pun tak lupa ia tunjukkan. "Gue mau ngajak lo nonton."
"Lo mau nggak nonton sama gue?"
Ayana merasakan jantungnya yang berdegup tidak beraturan, ia merasa bingung kenapa Argatha melakukan ini secara tiba-tiba.
"Gimana, lo mau nggak?"
Ayana menarik napas dan menghelanya pelan, mengontrol dirinya untuk tetap tenang. Ia mencoba untuk bersikap biasa saja seperti kemauan Argatha.
"Ayana nggak mau," tolak Ayana cepat.
Sebenarnya Ayana sangat ingin menonton dengan Argatha, karena ajakan Argatha adalah salah satu keajaiban yang mungkin tak akan terulang lagi.
"Kenapa?" tanya Argatha terkejut saat mendengar penolakan dari gadis itu.
Belum sempat Ayana menjawab, tiba-tiba Farah dan Arken masuk ke dalam kelas. Mereka berdua mematung sejenak di tengah pintu. Kedua sorot mata mereka melihat tangan Argatha yang menggenggam tangan Ayana. Begitu juga Argatha dan Ayana yang terkejut dengan kedatangan dua temannya itu.
"Kayaknya gue masuk di waktu yang salah," ucap Farah sembari menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Maaf udah ganggu," ucap Arken.
Ayana langsung melepaskan tangan Argatha. "Nggak ganggu kok," ucap Ayana pada Arken dan Farah yang belum beranjak dari tempat tadi.
Argatha menoleh ke Ayana, gadis itu langsung melepaskan tangan Argatha saat melihat kehadiran Arken.
"Ay, apa lo udah suka sama Arken? Sampai lo lepasin tangan gue saat ada dia, lo takut dia salah paham?" batin Argatha.
°°°°°
Sepanjang jam pelajaran, Argatha sama sekali tidak berbicara pada Ayana.
Ayana tak henti melihat ke arah Argatha, tampak resah saat melihat Argatha yang dingin dan bersikap tak peduli padanya.
Ayana merasa khawatir dan takut jika Argatha marah padanya karena ia sudah menolak ajakan pria itu.
Namun, rasa takut itu seketika hilang. Argatha menoleh, "Kenapa ngeliatin?"
Ayana dengan cepat membuang pandangan dari Argatha. "Si.. siapa yang ngeliatin?"
Argatha kembali menghadap papan tulis, enggan untuk memperpanjang.
Beberapa menit kemudian, Ayana mendekatkan dirinya pada Argatha. Ia memberanikan dirinya untuk membuka pembicaraan dengan pria itu. "Argatha kok diam aja sih?"
"Terus lo maunya gue gimana? Salto- salto girang?" tanya Argatha.
Ayana meneguk ludahnya, Ayana merasa Argatha benar-benar marah padanya.
Ayana berpikir keras, ia harus melakukan sesuatu agar Argatha tidak marah padanya, tapi apa ia harus menerima ajakan Argatha? Jujur, ia masih merasa sakit hati jika mengingat ucapan Argatha yang membuat hatinya ancur.
"Ayana mau nonton sama Argatha," ucap Ayana.
Ayana menatap Argatha dengan takut karena sedari tadi pria itu bersikap dingin. "Jangan marah ya sama Ayana," lirih Ayana.
"Telat. Tiketnya udah gue kasih ke Gaeun dan Azka."
Ayana menundukkan kepalanya, bibirnya membentuk lengkungan ke bawah.
Kedua sudut bibir Argatha menunjukkan senyum simpul, perlahan tangannya mengangkat dagu Ayana. "Nanti kita beli tiket baru di bioskop," ucap Argatha.
Bibir Ayana langsung mengembang, tanpa ragu ia dengan cepat menganggukkan kepalanya. "Kita jadi nonton?"
"Jadi," jawab Argatha tersenyum.
°°°°°
Ayana tidak henti-hentinya tersenyum. Ia segera memasukkan bukunya ke dalam tas.
"Mau pulang bareng nggak, Ay?" tanya Arken sembari menggendong tasnya.
Ayana menggelengkan kepalanya cepat. Ia langsung menoleh ke arah Argatha yang sedang bersandar di dinding sembari memasukkan tangannya di saku celana.
"Ayana mau pulang sama Argatha," jawab Ayana.
"Kenapa?"
"Apanya yang kenapa? Ayana nggak boleh pulang bareng gue?" tanya Argatha ketus.
Arken terdiam.
"Ayo kita pulang," ajak Ayana pada Argatha.
"Argatha, gue titip Ayana, jaga dia baik-baik," ucap Arken.
Argatha menghentikan langkahnya, menoleh ke arah Arken seraya menunjukkan senyum simpulnya. "Tanpa lo suruh, gue pasti akan jaga Ayana."
"Gue akan selalu menjaga apa yang seharusnya gue jaga."

Bình Luận Sách (252)

  • avatar
    Cunda Damayanti

    keren bgt sumpa

    10d

      0
  • avatar
    EN CHo Ng

    hi thank u

    16d

      0
  • avatar
    NgegameAlfat

    ini saya yang mau bicara ya tolong cerita ini sangat menyentuh hati dan prasaan hampir sama seperti yang kisah ku

    22/08

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất