logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

10. Strugling to get to you

Saat Will sedang mengintai, seseorang tiba-tiba menepuk pundaknya. Detik itu juga Will hampir berteriak karena kaget. Rupanya itu adalah Sean yang hendak berkunjung ke rumah Hanna.
”Hei! Jika orang lain yang melihatmu, pasti mereka mengira kau adalah pencuri yang sedang mengintai calon korbanmu.” Sean mengikuti arah pandangan Will. 
Sean membelalakkan matanya dengan mulut terbuka lebar. Gadis yang dicintainya ada di depan sana dan Will sedang mengintainya. Sontak itu membuat Sean menjadi berang.
”Dasar mesum. Kau sedang mengintip kekasihku.” Sean menarik kerah baju Will yang membuat Will menengadah.
Begitu melihat rupa Will yang tersembunyi di bawah topinya, Sean menjadi salah tingkah. Ia mengenali Will Greyson. Tentu saja, siapa sih yang tidak mengenal seorang Will. Penyanyi yang hilir mudik di semua siaran televisi juga konsernya yang selalu sukses. Sebenarnya Sean salah satu penikmat lagu Will. Hanya Hanna saja yang kurang mengenali Will. Gadis itu seperti berada di dunia lain. Tidak menyukai musik mellow, ia lebih suka aliran rock dan metal.
”Kau Will Greyson? Maaf, aku tidak bermaksud menyakitimu.” 
Will menatap tajam Sean kemudian ia menepis tangan Sean yang masih menarik kerah kausnya. Ia mencibir dengan pandangan yang sinis. 
”Lain kali, perhatikan dulu sebelum bertindak.” Balas  Will dengan raut wajah yang kesal.
Sean tersenyum lebar, ”Aku suka semua lagu mu. Apalagi yang 'first love', seakan menyihir aku ikut dalam alunannya. Hmm, sedang apa kau di sini?”
Will mengalihkan pandangannya dan berbalik meninggalkan Sean. Tetapi pria itu menahan Will. 
”Kau sedang memperhatikan Hanna, bukan?”
Will mendengus jengkel, ”Itu bukan urusanmu. Sekarang lepaskan tanganmu yang kotor itu dari lenganku.” Will melirik lengannya yang ada dalam genggaman Sean.
Sean setengah tertawa mendengar ucapan Will, ”tangan kotor?” Sean memandangi telapak tangannya, lalu ia melirik Will dengan tatapan yang tajam.
”Maaf, Tuan Will Greyson yang angkuh, jika tanganku ini sebegitu najisnya bagi dirimu. Tapi, satu hal yang harus kau tahu, kau tidak bisa mendekati Hanna.”
Sudut bibir Will terangkat sebelah, meremehkan perkataan Sean.
”Mengapa tidak bisa?”
”Hanna bukan gadis yang gampang di taklukkan. Kau menyerah sajalah daripada harus sakit hati.”
Will menyipitkan matanya, seketika ia melebarkan pupil matanya karena terkejut. Ia baru menyadari Sean adalah pria yang mengejar Hanna waktu itu.
”Ah, bukankah kau pria yang dicampakkan gadis itu? Cih! Kau sangat menyedihkan. Menjatuhkan harga diri demi wanita gila itu.” Saat Will mengatakan itu, ia menatap Sean dengan tatapan mencemooh.
Hampir saja Sean melayangkan tinjunya. Ia merasa geram dengan pria angkuh itu. Tapi, Sean berhasil menahan kemarahannya. Ia malah memberikan senyuman yang dipaksa.
“Ya, aku memang menyedihkan. Apa kau pernah jatuh cinta? Sepertinya tidak. Kau mana mungkin bisa mengerti bagaimana rasanya mencintai seseorang.” Balas Sean sinis.
Tentu saja Will pernah merasakan jatuh cinta. Sean tidak tahu itu, Will jauh lebih menyedihkan dibandingkan dirinya. Mencintai seseorang dalam diam itu menyakitkan. Ia jauh lebih pecundang dibandingkan Sean. Tidak punya nyali mengungkapkan perasaannya. Jika bukan karena phobianya, ia tidak akan memendam semua itu sendirian. Sebenarnya Will iri dengan Sean yang leluasa bisa mengejar cintanya.
”Kita bukan teman, jadi aku tidak akan mengatakannya padamu. Menyingkirlah! Jangan halangi jalanku.”
Will segera berlalu tanpa menoleh, pandangannya lurus ke depan. Ia teringat akan dinner dengan Kimberley malam ini. Will harus bergegas menemui Kimberley. Telat sedikit saja, gadis itu akan mengacuhkannya berhari-hari.
Sean menertawakan dirinya sendiri. Ia tidak menyangka akan dipecundangi oleh Will Greyson. Rasa kagumnya seketika sirna.
'Ternyata pria itu sangat angkuh. Enak saja dia mengatakan tanganku ini kotor.'  Sean menggerutu.
Lalu Sean merapikan rambut hitamnya yang tertiup angin dan berdehem beberapa kali membersihkan tenggorokannya yang terasa gatal. Dengan penuh percaya diri, Sean melanjutkan langkahnya ke rumah Hanna.
Sementara itu, Kimberley Lim terduduk di ruang tamu dengan tangan terlipat di depan dada. Bola matanya tak jemu-jemu memandang arlojinya. Air mukanya terlihat masam. Sesekali ia berdiri dan mondar-mandir mengintip dari balik jendela. Ia menanti kedatangan Will Greyson. Sudah sepuluh menit Will terlambat. Kimberley tidak suka menunggu, baginya itu pekerjaan yang membosankan. 
Sejenak ia terdiam dengan bibir manyun. Meskipun sedang cemberut, ia tetap terlihat cantik. Ponselnya yang sedari tadi terletak di atas meja, ia ambil dengan lembut. Bola matanya menatap layar ponselnya. Tentu saja, ia sedang menunggu telepon dari Will.
Lalu sebuah ketukan terdengar dari pintu besar dan berukir itu. Sebastian, kepala pelayan Kimberley segera membukakan pintu. Sosok yang dinanti Kimberley berdiri di sana. Seketika raut wajah Kimberley yang tadi muram kembali cerah.
”Kenapa kau terlambat? Kau tahu, aku sudah menunggumu dari jam tujuh tadi.” Kimberley menatap tajam Will Greyson. 
Gadis manja itu orang yang paling tidak sabaran dalam menunggu. Tapi Will terlalu sabar menghadapi gadis itu. Jika bukan karena cinta, lalu apa lagi?
”Maaf, aku membuat mu menunggu. Tadi aku ada urusan.”
”Baiklah, kali ini aku memaafkanmu.” 
Lalu Kimberley berhamburan ke dalam pelukan Will. Seketika phobia Will bereaksi. Keringat dingin mulai membasahi tubuh Will, tangannya bergetar saat Kimberley menyentuhnya. Tanpa sadar Will mendorong Kimberley hingga tersungkur di lantai. 
Gadis itu begitu terkejut dengan tindakan Will. Wajahnya terlihat sangat kesal dan berubah merah menahan luapan emosi. Ia tidak menyangka Will akan mendorongnya. Biasanya selama ini, Will tidak pernah berbuat seperti itu kepada Kimberley. Dalam pikirannya, ia mengira-ngira apa yang terjadi.  
Dulu, saat mereka masih anak-anak, Will selalu menopangnya bila jatuh. Will akan selalu memegang tangannya sambil bermain. Tapi kini pria yang di depannya itu malah mendorongnya tanpa alasan. 
”Will, mengapa kau mendorong aku?” tanya Kimberley dengan mata melotot dan penuh tekad.
Will masih melawan rasa sesak yang menghimpit, ia mengabaikan pertanyaan Kimberley. Lalu Will berlari ke kamar mandi, perutnya terasa mual. Di depan cermin itu, Will berdiri memandang pantulan dirinya. Ia terlihat berantakan dan pucat pasi. Berkali-kali will membasuh wajahnya dengan air. 
'Will, kenapa kau mendorong Kimberley? Seharusnya aku tidak melakukan itu.' Will mengepalkan buku-buku jarinya.
Lima menit berlalu, Will baru bisa mengatasi kecemasannya. Ia menghirup napas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan segera. Lalu saat Will keluar dari kamar mandi, Kimberley duduk di sofa putih yang besar itu dengan tangan terlipat di depan dada. Wajahnya penuh amarah. Ia sedang menunggu penjelasan dari Will.
”Apa itu tadi? Mengapa kau mendorong aku, Will?” 
Will Greyson duduk di depan Kimberley. Ia bingung bagaimana ia akan menjelaskannya kepada gadis itu. Hatinya selalu mengatakan bahwa ia harus memberitahu Kimberley tentang sakitnya. Jadi di kemudian hari tidak akan terjadi hal seperti ini lagi.
”Maafkan aku, Kim. Aku tidak bermaksud mendorongmu. Itu reaksi spontanitas.” Will menatap Kimberley dengan penuh keyakinan.

Bình Luận Sách (241)

  • avatar
    Basarin Boy

    i love u

    6d

      0
  • avatar
    AirinNcess

    keren

    7d

      0
  • avatar
    P Asep Blp

    mamak

    22/06

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất