logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

6. Dalam situasi ini

Selamat membaca!!
~~~
Seperti hal yang sudah mereka sepakati bersama. Anggasta maupun Renata sudah bersiap untuk pergi ke acara seminar.
Tapi ada hal yang tengah mereka ributkan saat ini, yaitu tentang cara pergi mereka. Anggasta sengaja membawa mobil miliknya agar bisa pergi bersama, tapi saat ini Renata tidak ingin pergi bersamanya. Dia lebih memilih untuk pergi bersama supirnya.
"Kenapa tidak pergi bersama? Aku sungguh tidak keberatan dengan itu." Anggasta masih mencoba untuk membujuk Renata agar pergi bersamanya.
"Aku hanya tidak ingin pergi bersamamu." jawab Renata.
Anggasta menatap Renata kesal. Dia sungguh tidak mengerti dengan gadis itu, apa salahnya coba untuk pergi bersama? Kenapa dia sangat keras kepala.
"Baiklah terserah, aku sudah benar-benar menyerah untuk bisa berteman denganmu." Anggasta langsung masuk kedalam mobilnya dan menunggu supir Renata tiba.
Jam sudah menunjukan pukul 8 tapi supir yang ditunggu belum datang sama sekali.
Anggasta membuang nafas kesal, hari ini dia pasti akan kena marah Kepala sekolah karena telat.
"Apa supirmu belum juga tiba?" tanya Anggasta.
Renata menoleh dan menggelang pelan. "Tunggu sebentar lagi."
Renata masih mencoba untuk tenang dan tidak panik. Tidak biasanya Pa Rahman telat seperti ini, dia dari tadi pagi sudah mengingatkan agar Pa Rahman datang tepat waktu, tapi kali ini dia benar-benar telat.
Renata langsung mengambil ponsel miliknya, dia mencoba untuk menghubungi Pa Rahman, tak lama panggilannya dijawab.
Dia berbincang sebentar sebelum memutuskan panggilan. Setelah menyimpan kembali ponselnya dia berjalan menuju mobil Anggsata.
"Pa Rahman tidak bisa datang karena mobilnya ada yang menambrak, jadi dia pergi untuk menyelesaikannya." ucap Renata pada Anggasta.
Anggasta langsung membuang nafas pelan. Dia kesal. "Baiklah, pergi denganku saja ini sudah telat."
Renata akhirnya memutuskan untuk masuk kedalam mobil Anggasta. Dia duduk dengan tenang tanpa berbicara apapun.
Mereka langsung pergi meninggalkan sekolah untuk menuju tempat Seminar.
Sepanjang perjalan Renata maupun Anggasta sama-sama terdiam. Anggasta lebih memilih untuk fokus menyetir, sementara Renata memilih untuk diam dan memandang jalanan. Suasana yang benar-benar canggung.
Setelah menempuh perjalan yang singkat, mereka akhirnya sudah tiba di gedung yang sudah disiapkan untuk acara seminar.
Anggasta dan Renata langsung turun dari mobil. Mereka sudah melihat banyak orang yang hadir disana tentunya dari berbagai sekolah.
Anggasta menoleh pada Renata yang masih berdiri didepan pintu mobil. Dia terlihat gugup dan cemas. Mau tak mau Anggasta yang sudah berjanji untuk menjaganya menghampiri Renata.
"Ayo."
"Tunggu sebentar, aku merasa takut. Ini pertama kalinya aku datang ketempat ramai seperti ini. Aku benar-benar tidak bisa."
Renata sungguh tidak sanggup. Ini pertama kalinya dia melakukan hal ini setelah 12 tahun lamanya, hari-hari yang dia lewati hanya sebatas pergi kesekolah, menemui psikoterapi lalu berdiam diri dirumah. Itu karena dia selalu menghindar dari tempat ramai.
Anggasta hanya menatap Renata lembut, dia tidak menyangka jika Renata akan setakut ini untuk pergi ketempat seperti ini.
"Tetap dekat denganku jika kamu merasa takut dan gugup, tidak akan ada sesuatu yang terjadi. Aku akan melindungimu."
Renata mencoba untuk mengatur nafasnya dan langsung berjalan mengikuti Anggasta yang sudah berjalan lebih dulu.
~~~
Anggasta masih mencari posisi duduk yang nyaman untuk mereka. Dia menoleh pada Renata yang masih berdiri dibelakangnya, gadis itu terlihat bingung dan juga gugup.
Anggasta ingin sekali tertawa melihat ekspresi Renata, ini sungguh seperti dirinya pergi dengan seorang gadis kecil yang tidak tau apa-apa.
Tapi dia cukup memahami masalah yang dihadapi Renata. Semua orang yang datang pada ibunya pasti memiliki penyakit ataupun kelainan serius, jadi dia berfikir mungkin Renata juga sedang dalam situasi seperti itu.
"Ayo duduk." Anggasta langsung menyuruh untuk Renata duduk. Dia kemudian mengambil sesuatu dari dalam tasnya.
"Ini minum, jangan terlau gugup ini hanya sebatas seminar, kita hanya perlu duduk dan mendengarkan."
Renata mengambik air yang diberikan Anggasta. "Terimakasih." ucapnya pelan.
Acara seminar langsung dilaksanakan begitu semuanya sudah siap. Anggasta maupun Renata sama-sama diam memperhatikan Narator yang sedang berbicara.
Sudah sekitar 20 menit berlalu, Anggasta mulai merasa bosan begitu juga dengan Renata, tapi mereka masih sama-sama mendengarkan.
"Aku ingin pergi ketoilet." Renata berbicara pelan pada Anggasta.
Anggasta menoleh. "Apa ingin aku temani?" tanyanya.
Renata menggelang pelan. "Aku bisa sendiri."
Mendengar itu Anggasta hanya mengangguk singkat dan memberi tahu agar hati-hati.
Renata langsung berdiri dan pergi mencari toilet.
Dia langsung masuk kedalam bilik toilet begitu menemukan sebuah toilet. Renata duduk diatas kloset, dia mengambil sebuah obat penenang dalam kantong baju seragamnya.
Jika boleh jujur dia sungguh tidak nyaman berada ditempat seperti ini, semua orang menatap dan berbicara tentangnya.
Dia bahkan bingung, kenapa semua orang mengetahui dirinya, padahal Renata sama sekali tidak mengenalnya.
Apa kalian tadi melihat Renata?
Renata? Siswi SMA Bakti itu bukan?
Iya, aku tadi melihatnya bersama ketua OSIS-nya.
Aku baru pertama kali melihatnya, dia cantik tapi sayang sikapnya terlalu dingin dan angkuh. Aku tidak suka.
Bukankah dia populer dikalangan Pria? Jika bukan karena pintar, dia bukan siapa-siapa. Sayang sekali, sekolah kita waktu itu kalah dalam Olimpiade.
Mungkin saja sifat aslinya tidak seperti itu, aku sudah mengenal beberapa orang sepertinya. Mereka hanya sebatas berpura-pura untuk menjadi populer.
Renata masih diam dibilik kamar mandi yang dia tempati, semua orang mengenalnya, mereka juga membicarakannya. Apa semua orang memang tidak menyukainya?
Dia meremas keras tangannya. Ada rasa takut dalam dirinya, dia sungguh tidak bisa berfikir jernih sekarang. Dia tidak sanggup untuk keluar dari kamar mandi.
Semua orang yang membicarakannya masih berada didalam toilet, mereka masih mencaci maki dirinya.
Renata mulai panik. Dia sudah merasa tertekan dan berusaha menahannya tapi rasanya tidak bisa, dia sudah tidak bisa mengendalikan dirinya.
Dia memotong sebuah bolpoin hingga terbelah menjadi dua. Dia menggunakan ujung polpoin yang runcing untuk menggores lengannya.
Darah segar mulai mengalir deras dipergelangan tangannya. Sungguh, dia ingin merasa tenang.
Apa menjadi berbeda dengan orang lain sangatlah salah? Kenapa orang-orang membicarakanku? Padahal aku tidak melakukan apapun, kenapa aku dibenci? Kenapa?
Aku sangatlah lelah, sungguh. Aku tidak ingin seperti ini. Aku benci dengan semuanya.
Renata menatap pergelangan tangannya yang masih mengeluarkan darah. Dia menangis sendu. Dia tidak ingin pergi kemanapun lagi, dia menyesal karena telah menyetujui ajakan Anggasta.
Brakk
Pintu toilet dibuka dengan paksa. Seseorang kini tengah menatapnya kaget, pandangannya beralih pada lengan gadis itu. Darahnya masih saja terus mengalir.
"RENATA!!
~~~

Bình Luận Sách (138)

  • avatar
    SariLinda

    bagus banget ini

    03/08

      0
  • avatar
    WijayaAngga

    Bagus ka, ada lanjutannya ga? atau cerita yang 11 12 ma ini bagus banget soalnya

    23/07

      0
  • avatar
    Abima aKeynan

    bgs

    11/06

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất