logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

32. Pukulan telak

Selamat membaca!!
~~~
BRAKK
Anggasta langsung membuka pintu kelas dengan sangat kencang membuat seisi orang di dalam kelas terkejut bukan main.
Tapi dia tidak peduli dengan itu, saat ini dia hanya ingin menghajar orang yang sudah melukai Renata-nya. Dia tidak akan mengampuninya.
"Gasta, bicarakan baik-baik siapa tau itu salah paham." Erik berusaha membuat Anggasta tenang.
Dia takut akan terjadi sesuatu dengan mereka, karena Erik sangat tau jika Anggasta sudah sangat marah dia tidak akan bisa mengontrol emosinya sendiri.
Anggasta tidak memperdulikan ucapan Erik dia terus berjalan lurus menuju salah satu meja disana.
Dia menatap tajam Pria yang kini juga tengah menatap dirinya.
Tanpa basa-basi Anggasta langsung nenarik kerah bajunya.
Semua orang langsung terkejut melihat pemandangan ini. Erik saja sudah tidak bisa lagi menahannya, dia hanya bisa pasrah melihat Anggasta yang sudah seperti itu.
"Apa yang kau lakukan pada Renata?!" tanya Anggasta marah.
Baim terlihat sangat terkejut dengan berbuatan Anggasta yang tiba-tiba saja menarik kerah bajunya.
"Apa yang sedang kamu lakukan?" Baim balik bertanya sambil berusaha melepas cengkraman tangan Anggasta di bajunya.
"Kau yang selama ini mengirim dia pesan ancaman bukan?!" tanyanya lagi, kali ini Anggasta semakin mengeratkan cengkraman dibaju Baim.
"Apa yang kamu maksud? aku tidak pernah mengirim apapun pada Renata." jawab Baim tidak mau kalah.
"Apa kau juga yang menyuruh pria itu untuk menculik Renata? Apa kau juga sengaja membuat Renata celaka saat pelajaraan olahraga?"
Baim langsung menatap Anggasta, sedetik kemudian dia tiba-tiba saja tertawa dengan sangat kencang. Dan tentu saja reaksi itu membuat Anggasta bingung.
Baim berhenti tertawa dan menatap tajam Anggasta. "Ahh kau sudah mencari tau semua rupanya."
Benar. Setelah Erik memberitahu pada Anggasta bahwa pria yang Erik lihat tadi pagi adalah Baim, Anggasta langsung mencari tau semauanya. Dia tidak ingin bukti yang dia kumpulkan berakhir sia-sia hanya karena dia salah menuduh orang.
Dia mulai menghubungkan beberapa kejadian yang Renata alami. Dimulai saat Renata tiba-tiba menjadi seorang model untuk festival kelasnya, Anggasta langsung menemui Bima dan bertanya siapa yang memiliki ide ini, Bima memberi tahu jika ini ide Baim.
Kejadian kedua, saat Renata diculik dan disekap. Anggasta juga langsung menghubungi pria itu, meskipun diawal dia tidak mau mengaku tapi Anggasta memberi ancaman padanya dan akhirnya dia memberitahu jika dia disuruh oleh Baim.
Dan kejadian terakhir adalah saat Renata terkena lemparan bola, itu dilakukan oleh Baim sendiri.
Bukti yang dia pegang saat ini sudah sangat menunjukan jika Baimlah dalang dibalik ini semua. Dan tentu saja Anggasta tidak akan melepaskannya.
"Apa yang kau inginkan dari Renata?!" tanya Anggasta.
"Aku? Tentu saja kehancuran hidupnya, aku ingin melihat dia dan keluarganya benar-benar hancur."
Anggasta kembali mencengkram kerah baju Baim dengan sangat kuat, bahkan tangannya sudah sangat siap untuk melayangkan tinjuan pada Baim.
"Alasan. Beri aku alasan kenapa kamu melakukan ini?"
"Alasan? Umm..." Baim memberi jeda pada ucapannya. "karena dia dan keluarganya sudah menghancurkan kehidupan keluargaku. Dia membuat Ibuku mati dan membuat Ayahku membusuk dipenjara."
Anggasta menyerit bingung dengan ucapan Baim. Tunggu...
"Ya benar, aku anak dari orang yang 12 tahun menculik Renata. Jika bukan karena keluarga dia, aku dan keluargaku tidak akan sehancur ini, mereka menuduh Ayahku menggelap dana perusahaan. Mereka membuat Ayahku gila hingga menculik Renata, mereka membuat Ayahku hidup dipenjara selamanya."
Bughh
Anggasta langsung meninju wajah Baim tanpa aba-aba sehingga Baim jatuh tersungkur kelantai. Sudut bibirnya sudah mengeluarkan bercak darah.
Semua orang yang menyaksikan itu langsung ikut terkejut. Erik sangat panik dia benar-benar tidak bisa membuat Anggasta sadar. "Pisahkan mereka." perintah Erik. Tapi tidak ada satu pun dari mereka yang berani melakukan itu.,
Anggasta berjalan menuju Baim dan kembali memegang kerah baju pria itu.
"Kenapa kalian melakukan itu hanya padanya? Dia bahkan tidak memiliki dosa apapun saat itu, dia bahkan tidak tau mengenai apapun. Tapi kenapa dia yang harus menderita."
Baim kembali tertawa mendengar amarah Anggasta. "Aku tidak pernah menyangka jika kau akan sampai seperti itu hanya untuk menolong Renata.",
Bugh bugh,
Anggasta benar-benar sangat marah, dia sudah tidak bisa lagi menahan semuanya. "Jangan pernah menyebut nama dia dengan mulut kotormu itu. Kau bahkan tidak pantas untuk mengetahui nama itu."
Baim tidak melawan sama sekali karena dia sadar jika kemampuannya tidak sebanding dengan Anggasta. Wajahnya sudah sangat babak belur, bercak darah mulai keluar dari hidung serta sudut bibirnya. "Baiklah, pukul aku sepuasnya. Bahkan jika aku mati sekali pun mungkin nyawa gadis itu tidak akan pernah selamat." Baim melirik jam tangan miliknya. "Apa yang sedang adikku lakukan padanya saat ini?"
"Adik?" Anggasta mengulang ucapan Baim.
"Andini, dia adik kembarku."
Mendengar itu Anggasta langsung melepas cengkaraman dibaju Baim, dia langsung berdiri dan segera keluar dari kelas.
Nyawa Renata kali ini benar-benar terancam. Ini tidak boleh terjadi, dia harus menyelamatkannya.
"Gastaa!!!" Erik berlari mengejar Anggasta. Pria itu benar-benar sudah tidak bisa mengontrol emosinya.
"Apa yang sedang kamu lakukan hah? Kamu bahkan menghajar Baim habis-habisan hanya karena dia menyimpan sesuatu dimeja Renata."
Anggasta tidak memperdulikan ocehan Erik, dia terus mencari keberadaan Renata.
Merasa diabaikan, Erik langsung menarik lengan pria itu. "Aku tau kamu menyukainya, tapi jangan sampai melewati batas Anggasta!!" teriak Erik.
Anggasta menatap tajam Erik. "Jika tidak tau apa-apa sebaiknya diam dan jangan ikut campur, aku tidak peduli meskipun kamu temanku sekalipun jika kamu berusaha menghalangi, aku tidak akan segan untuk memukulmu." Ancam Anggatsa.
Erika benar-benar marah dengan ucapan Anggasta, dia sangat menyesal karena mendukung hubungan mereka. Anggasta menjadi pria yang sangat berbeda.
"Baiklah terserah, aku tidak akan peduli lagi padamu."
Anggasta langsung pergi meninggalkan Erik, kali ini dia benar-banar harus segera menemukan Renata.
"Gasta!!" meskipun Erik sangat marah, tapi dia tidak bisa membiarkan Anggasta kalap dan melewati batas, dia berlari menyusul pria itu.
***

Bình Luận Sách (138)

  • avatar
    SariLinda

    bagus banget ini

    03/08

      0
  • avatar
    WijayaAngga

    Bagus ka, ada lanjutannya ga? atau cerita yang 11 12 ma ini bagus banget soalnya

    23/07

      0
  • avatar
    Abima aKeynan

    bgs

    11/06

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất