logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

16. Aku benar-benar bingung

Selamat membaca!!
~~~
Anggasta masih terdiam di bangku miliknya. Pikirannya masih melayang tentang kejadian semalam, dia tidak tau apa yang sedang terjadi pada Renata malam itu. Sikapnya benar-benar aneh.
Pikirannya mulai bercampur tidak karuan.
Bisa iya, bisa bukan.
Itu adalah kata yang saat ini menjadi sebuah pertanyaan yang sangat membingungkan. Sudah jelas jika orang yang dilihatnya adalah Renata, tapi gadis itu tidak mengenali dirinya.
Apa mungkin dia memiliki saudari kembar?
Anggasta langsung terdiam, mungkin saja benar. Dia harus memastikan sendiri dan dan bertanya tentangnya.
Dia lantas berjalan keluar dari kelas untuk pergi menemui Renata, dia sangat penasaran dan tentunya dia harus mencari jawaban atas pertanyaan itu.
Anggasta sudah hampir sampai di depan kelas Renata, tapi dia sudah melihat Renata yang baru saja keluar dari kelasnya, Anggasta langsung mempercepat jalannya untuk menyusul Renata.
"Renata...," panggilnya.
Gadis itu menengok dan berhenti jalan.
"Aku baru saja akan menemuimu." Renata berucap setelah Anggasta sampai didepannya.
"Benarkah?"
Renata langsung menyodorkan sebuah tas pada Anggasta. "Ini aku kembalikan jaket yang aku pinjam darimu. Terimakasih."
Anggasta masih belum menerima tas yang disodorkan Renta. Dia masih menatap Renata.
Ini sungguh berbeda dari semalam, tatapannya yang dia tunjukan saat ini adalah tatapan yang biasa dia lihat. Berbeda sekali dengan semalam.
"Tidak ingin mengambilnya?" tanya Renata heran.
Anggasta langsung tersadar, dia lantas mengambilnya.
"Apa ada yang ingin dibicarakan? Jika tidak aku akan kembali kekelas."
Anggasta bingung, apa dia harus berbicara atau tidak. Jika dia bicara, apa Renata akan menjawab ucapannya.
Bahkan kali ini Renata bersikap seolah dia tidak pernah bertemu denganya tadi malam. Bukankah itu aneh?
"Ada apa?" tanya Renata sekali lagi.
"Ti–dak. Aku hanya ingin menyapa saja." Anggasta akhirnya mengurungkan niatnya untuk bertanya. Dia memutuskan untuk mencari tau sendiri tentang itu.
Renata hanya menatap heran Anggasta. "Baiklah aku harus kembali kedalam kelas."
Anggasta hanya menjawab dengan anggukan kecil, Renata sudah kembali masuk kedalam kelasnya, hanya tersisa dirinya yang masih setia berdiri sambil memikirkan bagaimana caranya untuk mengetahui apa yang terjadi pada Renata.
"Gasta!!!" Dia langsung tersadar saat seseorang memanggil namanya.
"Ada apa?"
"Ini, semua kelas sudah mengisi formulir untuk acara festival." ucapnya
Anggasta langsung mengambilnya. "Terimakasih, akan aku cek nanti."
Perempuan itu mengangguk dan pergi. Anggasta hanya membuang napas pelan sebelum dirinya kembali berjalan menuju kelas.
~~~
"Kenapa memilihku untuk menjadi model?" Andini mulai bertanya pada Renata saat gadis itu sudah kembali masuk kedalam kelas.
"Aku tidak ingin kesepian, aku juga tidak pernah melakukan ini." jawab Renata
Benar juga, dia baru menyadari jika ini pertama kalinya Renata menyetujui usulan semua siswa dikelas, selama ini dia tidak pernah mau melakukan apapun, bahkan untuk mengajaknya kerja kelompok saja dia selalu menolak.
"Kenapa kali ini kamu menyetujui usulan para siswa?" tanya Andini.
"Aku hanya ingin mencoba saja. Jadi aku mengajakmu karena kita dekat."
Mendengar itu Andini jelas sangat senang, dia tidak menyangka jika Renata sudah menganggapnya dekat. Dia sudah menerima dirinya menjadi teman.
"Baiklah, aku pasti akan tetap ada disisimu."
Entah kenapa jawaban dari Andini membuat Renata bungkam, dia seolah-olah sangat jahat padanya, dia hanya merasa apa yang saat ini dia lakukan pada Andini hanya sebatas kepura-puraan.
Dia seolah memanfaatkan Andini untuk menutupi semua. Renata benar-benar malu dengan ini semua, dia hanya mementingkan dirinya sendiri.
"Renata...," Baim teman kelas Renata memanggil dirinya.
Renata menoleh dan menatap Baim. "Ada mencarimu?"
Andini maupun Renata saling menatap. "Aku akan segera kembali." setelah itu Renata berdiri dan berjalan menuju pintu kelas.
Disana sudah ada satu Pria yang tengah menatapnya gugup, entah apa yang ingin dia bicarakan yang jelas Renata tidak kenal dengan pria yang ada dihadapannya saat ini.
"Ada apa?" Renata berbicara pelan namun terkesan dingin.
"Ada yang ingin aku bicarakan, bisakah kamu pergi denganku sebentar?" ucap Pria itu.
Renata hanya dia menatap sebelum menjawab ucapan pria ini. "Baiklah."
Renata berjalan mengikuti pria yang mengajaknya berbicara hingga mereka tiba di taman belakang sekolahnya, Renata hanya diam menunggu Pria ini berbicara.
"Um–aku sudah lama menyukaimu, apa mungkin kamu sudah memiliki pacar?" tanyanya gugup.
"Aku tidak punya."
Pria itu tersenyum senang mendengar jawaban Renata. "Jika begitu, apa kamu mau menjadi pacarku dan menjadi pasangan di acara prom night?"
Renata tidak menjawab ucapan pria yang ada dihadapannya ini. Dia benar-benar bingung, kenapa semua orang menyukai dirinya? Padahal jauh dari yang mereka ketahui hidup Renata sangatlah menderita, dia bersikap dingin pada orang lain, tidak pernah mau bergaul dengan orang-orang, lalu apa yang mereka sukai tentangnya.
Renata hanya bisa membuang nafasnya pelan. "Aku tidak akan pergi ke acara itu, carilah pasangan yang lebih baik dari pada aku. Hari-hari yang ku jalani sudah sulit, jadi aku memutuskan untuk tidak memiliki pacar untuk saat ini. Maaf."
Pria itu diam sambil memandang kecewa Renata, dia sudah lama menyukainya dan ini pertama kalinya dia memutuskan untuk mengungkapkan perasaannya, tapi dia malah mendapat penolakan dari Renata. Dia benar-benar kecewa dengan sikap Renata.
"Tapi–"
"Sekali lagi aku minta maaf." setelah itu Renata langsung pergi meninggalkan pria yang masih menatapnya kecewa dan marah.
Gadis itu sama persis dengan orang-orang yang bicarakan, dingin dan arogan. Tunggu saja, aku pasti akan membalasnya karena dia sudah menghancurkan hatiku. aku benar-benar menyesal telah menyukainya.
Pria itu langsung pergi meninggalkan taman belakang dengan perasaan marah.
Dia sudah memiliki rencana untuk membalas semua rasa sakitnya pada Renata karena telah menolak dirinya.
Renata sudah kembali masuk kedalam kelas, dia kembali duduk dibangkunya. Tiba-tiba Baim menghampiri dirinya.
"Ada urusan apa dengan dia?" tanyanya.
"Tidak ada apa-apa." jawab Renata pelan.
Baim hanya mengangguk pelan sambil menatap Renata. "Hati-hati dengan orang seperi dia, aku denger dia memiliki penyakit mental." Baim memberi saran sebelum dirinya kembali duduk dikursi.
Pria itu punya penyakit mental? Apa dia seperti dirinya? Apa mungkin selama ini disekolahnya banyak yang seperti dirinya, selalu menyembunyikan penyakit dan sifat aslinya demi bisa hidup normal seperti yang lain.
Renata baru menyadari itu, dia pikir tidak ada orang yang sepertinya.
***

Bình Luận Sách (138)

  • avatar
    SariLinda

    bagus banget ini

    03/08

      0
  • avatar
    WijayaAngga

    Bagus ka, ada lanjutannya ga? atau cerita yang 11 12 ma ini bagus banget soalnya

    23/07

      0
  • avatar
    Abima aKeynan

    bgs

    11/06

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất