logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Part 3. Kenangan Malik Dan Aisyah (1/2)

Pondok pesantren Khaliyah, 7 tahun yang lalu
"Ais...." panggil Layla dari luar ruang kamar santriwati. Aisyah yang sekarang larut dalam lamunannya, tidak bergeming sedikitpun.
Melihat sahabat sedari kecilnya masih terdiam, Layla melangkah masuk ke ruang kamar santriwati. Aisyah yang masih larut dalam lamunannya tidak menyadari, kalau Layla sudah berdiri tepat di hadapannya.
"Ais...." panggil Layla, wanita yang terbalut dengan pakaian putih, bawahan rok abu-abu panjang, dan jilbab berwarna putih, yang sudah terpasang rapi di kepalanya itu dengan nada lembut sembari menepuk pundak Aisyah.
Seketika itu juga Aisyah langsung terkejut. Wanita itu dengan cepat mengusap satu butir air yang keluar dari pelupuk matanya.
"Kamu teh kenapa Ais?" tanya Layla dengan nada khawatir saat melihat teman sedari kecilnya melamun.
"Ti—tidak, Ais tidak apa-apa," jawab cepat Aisyah, dan langsung menyungging senyum manis di wajah putihnya.
"Kalau tidak kenapa-napa, kenapa Ais menangis?" tanya Layla sembari bergerak duduk di sisi kanan Aisyah.
Aisyah menyinggung senyum lebar. Gadis remaja yang sudah siap dengan pakaian putih, rok abu-abu, dan jilbab putih itu bergerak menggenggam tangan Layla.
"Ais tidak menangis. Hanya saja tadi ada debu masuk ke mata Ais," jawab Aisyah dengan nada yang dibuat biasa saja, walau hatinya sekarang tengah merasakan gundah gulana, 'maaf Layla. Masalah ini biar aku simpan sendiri,' lanjutnya dalam hati.
Layla yang mendengar itu menyungging senyum. Gadis remaja yang berusia 18 tahun itu membalas genggaman tangan Aisyah, "Kalau begitu cepatlah, kita akan menghabisi hari terakhir kita di pondok pesantren tercinta ini," ajak Layla dengan riangnya.
Aisyah yang melihat tingkah girang Layla menarik kedua sudut bibirnya, "Ayok atuh. Ais juga tidak sabar melihat pengumuman kelulusan kita," ujar Aisyah mencoba ikut bahagia.
Layla yang senang mendengar ucapan Aisyah, langsung bangkit, dan menarik kuat Aisyah agar ikut berdiri.. Spontan Aisyah yang di tarik, ikut berdiri, dan tanpa di duga sebuah tasbih berwarna merah jatuh dari pangkuannya.
"Layla— kenapa kau tidak bisa pelan-pelan," marah Aisyah, dan langsung bergerak memungut tasbih yang sangat-sangat berharga dalam hidupnya.
"Maaf," ujar singkat Layla dengan cengengesan, "tau lah barang yang istimewa," ejek Layla, dan membuat Aisyah malu.
"Cepat, kita sudah terlambat," ujar Aisyah sembari menundukkan kepala berjalan terlebih dulu.
"Ais tunggu!" Layla berteriak sembari kaki melangkah mengejar Aisyah yang berjalan cepat, "aku lupa mengatakan kalau dari tadi Rendra mencarimu," lanjutnya saat sudah berjalan di sisi Aisyah.
"Malik? Kenapa dia mencariku?" tanya bingung Aisyah membuat Layla terkekeh pelan.
"Kenapa bertanya padaku. Mungkin pacarmu itu lagi rindu. Apalagi setelah hari ini kalian pasti akan berjauhan," ejek Layla dengan terkekeh, membuat Aisyah memerah malu.
"Biasa aja atuh. Mana mungkin dia merindukan ak-...."
Perkataan Aisyah terhenti saat sebuah lengan kekar menariknya dari samping. Aisyah yang terkejut menoleh ke sisi kanannya berniat untuk memarahi Pria yang menyentuhnya itu.
Bukannya marah, tapi gadis remaja itu malah terdiam saat mata hitamnya bersitatap, dengan mata hitam sedikit kecoklatan milik seorang Pria yang sudah berhasil merebut hatinya.
"Layla gue pinjem temen lo sebentar," izin Malik dengan gaya sok cool, dan langsung menggeret Aisyah berjalan ke lorong menuju taman belakang ruang tidur santriwati.
"Lima menit, kurang dari lima menit akan aku tinggal Ais!" seru Layla dengan menyungging senyum, saat melihat tingkah malu-malu Aisyah.
Layla yang sudah di tinggal oleh Aisyah memilih duduk di kursi panjang berwarna putih, yang disediakan pihak pondok pesantren untuk para santri duduk.
Sementara di sisi lain, Malik masih senantiasa menggenggam erat lengan Aisyah, yang saat ini terbalut sebyah lengan panjang dari baju putihnya.
"Duduk," perintah Malik disertai nada lembut dari setiap perkataannya.
Aisyah yang mendengar perintah itu langsung mengikutinya, dan bergerak duduk di kursi panjang warna putih diikuti Malik yang juga duduj di sisi kanannya.
"Kenapa lama sekali sih?" tanya Malik lembut, membuat Aisyah menoleh ke arahnya.
"Maaf, apa Malik menunggu lama?" ujar Aisyah dengan menyungging senyum sangat manis. Kalian harus tau, senyum itulah yang membuat Malik jatuh cinta pada pandangan pertama. Malik semakin larut dalam cintanya saat dia semakin mengenal dekat Aisyah.
Mulai dari tutur katanya, sopan santunnya, dan tentu karena kebaikannya. Saat Pria itu sudah sangat mengenal Aisyah, di saat itu juga dia memutuskan untuk menjadikan Aisyah istrinya.
"Sebentar lagi Isyah. Tinggal beberapa tahun lagi," ujar lembut Malik dengan memancarkan tatapan teduh untuk wanita dambaannya.
"I...iya, tapi bukan beberapa tahun lagi. Tinggal beberapa jam lagi masa-masa SMA kita di pondok pesantren ini usai," balas Aisyah dengan memutus kontak matanya, dan memilih menatap tajam ke arah bunga-bunga yang bermekaran di depannya.
"Iya ... Setelah itu kita akan ke perguruan tinggi, dan setelah itu kita...." Malik menjeda ucapannya, "Isyah...." panggil Malik dan Aisyah langsung menoleh.
"Ada apa?" tanya bingung Aisyah dan membuat Malik menyungging senyum gemas untuk kekasihnya.
"Apa aku boleh menyentuhmu?" tanya Malik meminta izin. Padahal dulu, pria yang bernama lengkap Malik Putra Narendra itu tidak pernah meminta izin untuk menyentuh wanita. Tetapi, pengecualian untuk gadis yang ada di depannya itu.
Aisyah menundukkan kepala dan mulai menautkan telunjuk tangannya. Entah kenapa jika gadis itu gugup selalu saja bermain dengan telunjuk tangannya.
"Ki...kita bukan muhrim Malik. Maaf, aku tidak mengizinkanmu karena Abi melarangku bersentuhan jika bukan sesama jenis," sesal Aisyah dan membuat harapan Malik pupus.
Dari awal mengenal Aisyah. Milik sangat jarang bisa menyentuh kekasihnya itu. Belum lagi, karena didikan keras dari orang tuanya, membuat gadis itu bisa menjaga diri. Malik hanya bisa menyentuh tubuh Aisyah, jika memaksanya seperti yang dilakukannya tadi.
"Abimu tidak akan mengetahuinya Isyah," ujar Malik, membuat Aisyah bangkit dari duduknya, dan langsung menjaga jarak, "kamu mau pergi kemana Isyah?" tanya Malik dan ikut bangkit dari duduknya.
"Ma—maaf aku tidak bisa. Aku bukan wanita yang dengan suka rela nya di sentuh oleh Pria yang bukan muhrimnya," takut Aisyah dan melangkah mundur.
"Ak-...."
"Jika Malik tidak bisa menerima itu. Malik bisa mencari wan-...."
"Isyah!" Teriak Malik menggelegar di taman belakang ruang tidur santriwati itu, "jika aku tidak menerima hal itu. Aku sudah dari dulu meninggalkanmu, tapi buktinya selama dua tahun ini aku nyaman bersamamu."
"Tap-...."
"Berhenti bicara! Ucapanmu itu pasti akan membuatku sakit hati Isyah. Entahlah apa masalahmu? kenapa setiap kali kamu marah, kamu selalu mengatakan cari wanita lain lah, putusin aku lah, atau beginilah begitulah. Aku lelah mendengar itu Isyah."
Aisyah menundukkan kepala. Gadis itu kembali bergerak menautkan jari telunjuknya, "maafkan Isyah. Tetapi, kenapa Malik membentak Isyah seperti itu."
"Maaf Isyah, aku kehilangan kendali. Aku minta maaf," ujar Malik penuh sesal, tapi Aisyah masih saja menundukkan kepala.
"Isyah— angkat kepalamu," perintah Malik. Aisyah bergerak mengangkat kepalanya, dan dia langsung menunjukkan matanya yang berkaca-kaca.
Begitulah Aisyah. Dia wanita yang gampang mengeluarkan air mata jika mendapatkan bentakan. Memang benar gadis itu dididik dengan keras oleh orang tuanya, dan akibat dari didikannya itu, Aisyah mudah sekali mengeluarkan air mata.
Malik yang melihat sebutir air keluar dari pelupuk mata kekasihnya itu bergerak hendak menyekanya. Tetapi, dengan gerakan cepat Aisyah mundur beberapa langkah, dan langsung menghapus iar matanya.
"Ka...kalau Malik sudah selesai membentak Isyah. Bisakah Isyah pergi?" ujar Aisyah meminta izin.
"Isyah tolong dengarkan aku dulu. Jujur aku tidak bermaksud membentakmu seperti itu sayang," ujar lembut Malik, dan bergerak membingkai wajah Aisyah dengan kedua tangannya.
Namun, gerakannya terhenti saat Aisyah lagi-lagi melangkah mundur, "Tolong jangan menyentuhku Malik," pinta Aisyah, dan dengan cepat Malik menganggukkan kepala.
"Baiklah aku tidak akan menyentuhmu, tapi tolong jangan marah lagi padaku. Sungguh aku tidak bermaksud membentakmu."
"Isyah tidak marah, Isyah hanya terkejut Malik membentak Isyah," balas Aisyah, dan itu membuat Malik mengembuskan nafas lega.
"Jadi Isyah tidak marah padaku?" tanya Malik, dan langsung mendapatkan gelengan dari Aisyah, "kalau begitu, setelah pengumuman kelulusan selesai. Temui aku di ruang kelas. Ada sesuatu yang akan aku berikan padamu," ujar lembut Malik dengan tersenyum.
"Kalau begitu aku pergi dulu Isyah," pamitnya, dan langsung berjalan meninggalkan Aisyah.
Malik menghentikan langkahnya dan langsung berbalik, "Isyah!" teriak Malik dan membuat Asiyah memutar tubuhnya menghadap ke arahnya, "Aku mencintaimu!" Teriaknya lagi dan langsung berlari.
Aisyah, gadis berusia 18 tahun itu langsung bersemu merah saat mendengar ucapan cinta dari kekasihnya. Aisyah berjalan meninggalkan taman belakang dengan bibir yang tak hentinya menyunggung senyum.

Bình Luận Sách (124)

  • avatar
    Shazarina

    Cerita yang bagus sekali! Bisa dipelajari disini bahawa kita sebagai anak harus selalu jujur sama orangtua ✨

    18/01/2022

      1
  • avatar
    Alifmuhamad

    bagi yang mana liat dn ya kak untuk udah ngga ada ngga ada ngga ada ngga ada ngga ada ngga ada ngga ada ngga ada ngga ada ngga ada ngga ada ngga ada ngga ada ngga ada ngga ada yg tak pernah ada yg mau jadi lebih baik dari genus Onthophagus dan kingdom Animalia aku aku tak akan ada ngga ada yang tidak akan ada ngga ada yang tidak akan ada yang telah ditebang shan ada ada yang mana liat dn ya kak untuk udah ngga bisa DM ya kalo ada ngga ada yang tidak akan ada ngga ada yang tidak ada yang mana lia

    1d

      0
  • avatar
    Ony

    belajar mendalami arti sebuah cinta

    12d

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất