logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 9 Vidio Viral Mantan Bapak Mertua

Plak
Sebuah tamparan mendarat dipipi Pak Warto.
"Tega sekali kamu Pak," kata Bu Siti sambil terisak tubuhnya lemas hingga merosot jatuh kelantai.
"Mendingan Bapak pergi dari sini, bawa baju Bapak." usir Fatma.
"Tolong maafkan Bapak Bu, Bapak nggak tahu kalau akan menyebar vidio itu. Bapak juga tidak tahu siapa yang merekamnya." kata Pak Warto.
"Sudah cukup Bapak pergi sekarang." teriak Bu Siti.
Bu Siti masuk kedalam rumah mengambil semua baju Pak Warto dan melemparnya ke teras.
"Bawa pakaian kamu," teriak Bu Siti.
Pak Warto memunguti bajunya lalu membawanya.
"Maafkan Bapak,Bu." kata Pak Warto berjalan menjauhi rumah yang selama ini dia tinggali bersama keluarganya.
Fatma seketika panik ketika digrup RT dan beberapa Grup arisanembahas vidio viral Pak Warto.
"Bapak pergi meninggalkan aib," kata Fatma kesal. "Semua grup whatsapp menggunjingkan keluarga kita Bu." kata Fatma.
Bu Zuli datang,"Udah lihat buktinya kan? Tadi aja ngotot katanya Pak Warto setia." kata Bu Zuli.
"Bisa diam nggak," teriak Fatma. "Apa kamu yang bikin vidio ini." tuduh Fatma.
"Jangan asal menuduh ya," kata Bu Zuku tidak terima.
"Sudah kalian berdua diam." teriak Bu Siti.
"Itu akibatnya kalau ngeyel kena malu sendiri." kata Bu Zuli lalu pergi.
Fatma dan Bu Siti masuk kerumah mereka terpuruk atas kejadian ini.
****
Kantor Pak Samsul seketika gempar dengan berita sebuah vidio.
"Udah tua kok banyak tingkah." kata seorang karyawan. 
"Ada apa ini ramai sekali?" tanya Amalia.
"Nih lihat Mbak," kata karyawan tadi sambil menunjukkan sebuah vidio.
"Ya ampun, udah tua loh itu prianya." kata Amalia.
Mutia datang karena tadi baru saja keluar, melihat keramaian dia langsung mendekati Amalia.
"Ada apa? Kelihatannya tadi ramai sekali." tanya Mutia.
"Itu ada vidio mesum seorang Bapak dengan janda." jawab Amalia.
"Ini aku dikirimin vidionya sama Nana tadi." kata Amalia menunjukkan sebuah vidio.
Mutia tampak kaget, vidio mantan Bapak mertuanya viral.
"Gila banget nih Bapak-bapak," komentar Amalia.
"Udah nggak dapat jatah dari istrinya mungkin." kata Tia.
"Sok tahu kamu Tia," kata Amalia.
"Nyatanya sampai kerumah janda begitu, pasti kan kurang jatah dari istrinya." kata Tia.
"Benar juga sih Tia," kata Amalia. 
Mereka melanjutkan pekerjaan sampai waktu pulang tiba.
****
Sesampainya dirumah Bu Salma heboh dia langsung menghampiri Pak Samsul.
"Pa udah lihat vidio viral yang lelaki tua mesum itu belum?" tanya Bu Salma.
"Udah lah Ma, amit-amit bikin malu keluarganya." jawab Pak Samsul sembari duduk diruang tengah.
"Mama tahu nggak siapa lelaki itu?" tanya Mutia.
"Ya nggak tahu lah Tia," jawab Bu Slma.
"Dia itu suaminya Bu Siti Bapaknya Fatma." kata Mutia.
"Jadi dia mantan Bapak mertua kamu?" tanya Bu Salma.
"Iya, dulu dia emang sering gitu dikabarkan selingkuh tapi baru kali ini yang sampai heboh." jawab Mutia.
"Astagfirullah punya orang tua kayak gitu, bikin malu keluarga." kata Pak Samsul.
"Orang miskin tapi kok bertingkah." kata Bu Salma.
"Papa mau mandi dulu Ma, udah bau asem." kata Pak Samsul masuk kedalam kamar.
"Keluarga Bu Siti emang keluarga nggak benar Tia." kata Bu Salma.
"Iya Ma, kalau udah gini kan dia malu." kata Mutia.
"Aku jadi Bu Siti udah nggak berani kemana-mana saking malunya sama semua orang." kata Bu Salma.
"Tia mandi dulu Ma, ngobrolnya dilanjut nanti." kata Mutia lalu masuk kedalam kamar.
"Dunia sudah edan," omel Bu Salma.
Sambil menunggu Pak Samsul dan Mutia selesai mandi Bu Salma membuat teh hangat untuk teman mereka mengobrol.
****
Fatma terpaksa mencari rumah sendirian karena Bu Siti tidak ingin keluar rumah.
"Fatma aku ikut prihatin ya atas peristiwa yang menimpa keluarga kamu." kata Bu zaenab.
"Bu rumah Ibu dijual harga berapa? Teman saya cari rumah." tanya Fatma mengalihkan pembicaraan.
"300 juta Fat, kamu tahukan rumahku kan besar dan luas. Masih ada tanah kosong juga dibelakang." kata Bu Zaenab.
"Nego lah Bu 250 juta saja," kata Fatma.
"Janganlah kalau 250 juta, belom boleh Fatma." Kata Bu Zaenab.
"Bentar ya Bu, saya telfon yang cari rumah dulu." kata Fatma.
Lalu Fatma menelfon Mutia,"Halo Tia, ini aku Mbak Fatma. Ini ada rumah tapi mintanya mahal 350juta." kata Fatma sengaja menaikkan harga.
"Coba nanti Vc ya, saya mau lihat rumahnya. Kenapa mahal sekali." kata Mutia.
"Iya bentar lagi aku Vc." kata Fatma.
Setelah itu  Fatma Vc Tia, Tia melihat-lihat rumahnya.
"Bagus sih ada tanah kosong juga, coba deh ditawar. Nanti juga aku akan diskusi sama Mama." kata Tia.
Setelah itu Fatma pulang karena Mutia belum memberikan keputusan.
Fatma kerumah Ibu Siti,"Sudahlah Bu, anggap saja tidak ada apa-apa." kata Fatma.
"Tidak semudah itu Fat, Bapakmu bikin malu Ibu. Mau ditaruh mana muka Ibu?" tanya Bu Siti sedih.
"Bapak aja yang ngelakuin nggak tahu malu kok Bu. Ngapain juga kita repot mikirin vidio itu? Cuma bikin otak sakit." kata Fatma.
"Benar juga sih katamu, gimana tadi lihat rumah Bu Zaenab?" tanya Bu Siti.
"Tia sih suka rumahnya tapi belum ngasih keputusan." jawab Fatma.
"Minta berapa Bu Zaenab?" tanya Bu Siti.
"Minta 300juta Bu, tapi emang tanahnya kan luas." kata Fatma.
"Mahal juga ya," kata Bu Siti. "Kita harus dapat untung dari rumah itu loh Fat." kata Bu Siti.
"Pasti Bu, serahkan saja pada Fatma. Ibu terima beres saja ya biar Fatma yang atur." kata Fatma.
"Baiklah Ibu percayakan sama kamu." kata Bu Siti.
Tiba-tiba Ulum datang, "Dek kamu disini?" tanya Ulum.
"Iya ada apa Mas?" tanya Fatma.
"Itu dirumah ada orang cari kamu, katanya kamu punya hutang sama dia." kata Ulum.
"Siapa sih? Fatma pulang dulu Bu." pamit Fatma lalu pulang bersama suaminya.
"Orangnya marah karena bulan lalu udah nggak nyicil." kata Ulum.
Sesampainya dirumah terlihat Bu Vina berdiri didepan rumah Fatma.
"Eh Bu Vina, maaf bu uangnya belum ada." kata Fatma.
"Terus kapan? Kamu ini lain kali aku nggak mau kasih pinjaman sama kamu lagi." kata Bu Vina.
"Saya usahakan bulan depan double Bu." kata Fatma.
Bu Vina tidak menjawab lalu pergi begitu saja.
"Kamu hutang uang berapa?" tanya Ulum.
"5 juta mas, buat kita makan sehari-hari. Makanya kamu cari kerja." kata Fatma sedih. "Gara-gara kamu nggak kerja aku jadi harus berhutang ke Bu Vina." tambah Fatma.
"Maafkan Mas Fat, Mas akan usahakan ya." kata Ulum.
"Jangan cuma ngomong doang Mas buktikan." kata Fatma marah lalu masuk kedalam rumah.
"Jangan marah lah Fat, Mas kan udah berusaha." kata Ulum
Fatma hanya diam saja, dia sudah capek harus berdebat dengan suaminya. Dia berusaha kuat walaupun sebenarnya dia merasa sedih.
Melihat istrinya terdiam Ulum ikut diam saja. Dia takut jika nanti bicara malah menyinggung perasaannya.
****
Bu Salma diruang keluarga bersama Pak Samsul dan Mutia.
"Ma tadi Fatma nelfon katanya udah dapat rumah ini fotonya." kata Mutia sambil memperlihatkan ponselnya.
Bu Salma melihat beberapa foto yang ditunjukkan oleh Mutia.
"Gimana kamu suka nggak?" tanya Bu Salma.
"Suka Bu Fatma bilang harganya 350 juta." kata Mutia.
"Mahal amat sih, ditawar aja 250 juta." kata Bu Salma.
"Itu dibelakang masih ada tanahnya Ma, masih luas bisa buat bangunan lagi." kata Mutia.
"Oh begitu, ya sudah kamu tawar saja dulu. Atau kalau perlu kita kesana besok." kata Bu Salma.
"Besok saya ada rapat Ma, habis makan siang rapat lagi." kata Mutia.
"Ya udah biar besok aku yang kesana saja." kata Bu Salma.
"Ibu hati-hati ya kalau kesana." kata Mutia khawatir.
"Tenang aja lah kamu," jawab Bu Salma.
Mereka lalu ngobrol tentang kerjaan kantor.
"Kemarin pas Fatma pertama kesini dia minta kerjaan buat suaminya. Kenapa nggak kamu jadikan sopir pribadi aja dia?" tanya Bu Salma.
"Benar juga sih Ma," jawab Mutia tersenyum. senang.
****
Fatma melihat suaminya duduk seorang diri didepan televisi. Fatma dan Ulum sudah 5 tahun berubah tangga tetapi belum dikaruniai seorang anak. 
"Tv kalau nggak ditonton dimatikan saja jadi lelaki harus tahu berhemat." kata Fatma sambil mematikan televisi.
Ulum hanya diam saja tidak berani menanggapi perkataan Fatma. Dia menyadari selama Dia menganggur sikap Fatma banyak berubah.
"Aku mau pergi," kata Fatma.
"Kemana? Ini kan sudah mau magrib?" tanya Ulum.
"Bukan urusan kamu," jawab Fatma lalu pergi dengan membawa sepeda motor.
"Nasib kok kayak gini, ada uang disayang nggak ada uang ditendang." kata Ulum.
Sampai adzan magrib Fatma belum juga pulang. Tiba-tiba ponsel Ulum berdering,
"Assalamualaikum apa benar ini dengan Bapak Ulum?" tanya Mutia dari seberang sana.
"Iya benar, ini dengan siapa ya?" tanya Ulum karena dia tidak merasa memberikan nomornya ke siapapun kecuali dolanan pekerjaan. Apa mungkin panggilan interview? Batin Ulum.
"Saya Tia, apa Bapak Ulum bersedia bekerja dengan saya?" tanya Mutia.
"Maaf kalau boleh tahu kerja dibagian apa ya Mbak?" tanya Ulum penasaran.
"Bapak Ulum besok datang saja ke Perusahaan A ya. Bilang ingin bertemu Ibu Tia nanti saya jelaskan." kata Mutia.
"Baik Bu," jawab Ulum senang.
"Baik saya tunggu kedatangan Bapak." kata Mutia lalu menutup telfonnya.
"Asyik akhirnya aku dapat kerjaan perusahaan A itu kan perusahaan terkenal." kata Ulum girang.
Fatma yang sedari tadi didepan pintu memandang aneh suaminya.
"Dapat lotre kok senang sekali?" tanya Fatma.
"Abang ada panggilan kerja dek di perusahaan A." kata Ulum.
"Itu kan perusahaan Bu Salma, yang memanggil kerja siapa namanya Mas?" tanya Fatma penasaran.
"Namanya Tia,Dek." jawab Ulum.
"Benar itu kemarin aku minta Tia memberimu kerjaan. Akhirnya dipanggil juga kamu Mas." kata Fatma senang.
"Siapa dia dek, kok kamu kenal?" tanya Ulum.
"Dia bosnya suami tante Silvi." jawab Fatma.
"Mas kamu harus pintar cari hati itu si Tia loh biar kamu dikasih kerjaan yang bagus." kata Fatma. "Kita harus baikin dia biar hidup kita enak." kata Fatma lagi.
"Iya dek pasti itu," kata Ulum merasa senang akhirnya Fatma bisa ngobrol santai dengan dia.
"Fatma...," panggil seseorang.
Fatma keluar rumah ternyata janda Novi selingkuhan Bapaknya yang datang.
"Janda gatal ngapain kamu kesini." kata Fatma.
"Bapak kamu kemana? aku cariin dia dirumah Ibumu nggak ada katanya udah diusir." kata Novi.
"Mana aku tahu, tampung saja tuh Bapak dirumah kamu. Dia kan kekasihmu, biar nggak jadi gelandangan." kata Fatma.
"Ogah malu aku, dia sudah bikin aku malu. Ngapain juga dia merekam dan menyebarkan vidio itu." kata Novi.
"Itu bukan Bapak yang merekam tapi orang lain. Jelas aja Bapak ada dalam vidio bersama kamu kok. makannya kalau punya pacar cukup satu biar nggak ada yang iri." kata Fatma. "Itu pasti ulah pacar kamu yang lain." tuduh Fatma.
"Biarin aja aku kan janda cantik, nggak kaya kamu punya suami tapi nggak bisa bikin kamu cantik." kata Novi tidak mau kalah.
"Novi jaga mulutmu," bentak Fatma.
"Mbak Novi lebih baik pulang jangan bikin keributan disini." kata Ulum.
"Eh lelaki pengangguran, modalin tuh istri kamu biar cantik." kata Novi.
"Mas Ulum nggak pengangguran, dia besok sudah dipanggil kerja di perusahaan A. Kamu tahu kan itu perusahaan terkenal. Nanti kalau mas Ulum sudah kerja aku akan saingan kamu." kata Fatma.
"Ngimpi kali, paling juga dia jadi OB." kata Novi.
"Jangan meremehkan suami saya kamu." bentak Fatma. "Apa mau aku sobek mulut kamu biar tahu rasa." tambah Fatma penuh amarah.
"Mbak Novi tolong segera pulang!" perintah Ulum.
"Dasar pengangguran," kata Novi sambil berjalan  pergi.
Beberapa menit kemudian Bu Siti datang.
"Fatma tadi Novi kesini?" tanya Bu Siti.
"Iya nanyain Bapak," kata Fatma.
"Nggak punya malu sekali dia itu." kata Bu Siti.
"Iya Bu ngatain Mas Ulum pengangguran lagi." kata Fatma. "Oh ya Bu Mas Ulum dipanggil kerja sama Tia anak Bu Salma." kata Fatma senang.
"Wah bagus dong, bagian apa Ulum kerjanya?" tanya Bu Siti.
"Belum tahu besok baru dikasih tahu Bu." kata Fatma.
"Akhirnya dia dapat kerjaan juga." kata Bu Siti. "Kalau nganggur terus entar kayak Bapakmu main kerumah janda." sambung Bu Siti.
"Ibu kok ngomong gitu sih," kata Fatma tidak terima.
"Sudah jangan marah," kata Bu Siti. "Ulum kemana kok nggak kelihatan?" tanya Bu siti.
"Dikamar Bu, nyiapin baju buat besok." jawab Fatma.
"Bagus deh, kirain keluyuran." kata Bu Siti.
"Novi merendahkan aku katanya aku nggak dimodalin suami. Awas aja nanti kalau aku sudah punya uang banyak akan aku buat dia mati kutu." kata Fatma kesal.
"Iya benar kalau perlu buat dia minta maaf sama kamu." kata Bu Siti.
Tiba-tiba ponsel Bu Siti berdering dari nomor Pak Warto.
"Ngapain Bapak kamu nelfon?" tanya Bu Siti.
"Mana aku tahu Bu," jawab Fatma.
"Malas angkat ah," kata Bu Siti.
Namun nomor Pak Warto masih sah nelfon hingga 5x panggilan. Karena Bu Siti penasaran akhirnya diangkat.
"Bapak ngapain nelfon saya?" tanya Bu Siti dengan nada kesal.
"Maaf Bu ini suami Ibu kecelakaan, kami dari pihak rumah sakit ingin Ibu datang kerumah sakit B." kata Seseorang diseberang sana.
"Apa Bapak kecelakaan?" tanya Bu Siti kaget.
Mendengar ucapan Bu Siti, Fatma dan Ulum kaget.

Bình Luận Sách (259)

  • avatar
    RidwanDeden

    good job

    09/08

      0
  • avatar
    MulianiFitri

    👍🏻

    28/07

      0
  • avatar
    HusnaDamia

    best

    28/07

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất