logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 8 Dia seram

Jamet menceritakan kejadian menyeramkan yang dialaminya tadi malam. Seusai melihat penampakan itu, Jamet tidak berani tidur di kos, dia memilih untuk menginap di kos Irwan yang jaraknya tak jauh dari kos.
" Sumpah gue syok berat lihat penampakan menyeramkan itu! " serunya memandang semua teman satu kelasnya yang turut mendengarkan ceritanya.
" Wah... kalau gini caranya kita semua bakalan dihantui arwah penasarannya Beno, dong? " ucap salah seorang temannya bernama Resti. Resti gadis berparas cantik yang menjadi idola di kelasnya. Kalau cowok
yang menjadi idola kelas adalah Beno. Tapi sekarang sudah pergi jauh untuk selama-lamanya.
" Tenang Resti, kan, ada Babang Jamet, " jawab Jamet sambil mengelus-elus rambutnya yang kribo.
Resti hanya terbahak. " Bisa aja lo, Jamet! "
" Apaan? Tadi malam aja lo takut gitu! " sergah Irwan. "Kayak gitu kok mau melindungi Resti, " cibir Irwan sambil tertawa.
" Jangan buka kartu dong, Bro! " protes Jamet merasa dipermalukan di hadapan Resti, orang yang sudah lama ingin dia dekati, tapi Jamet tak berani karena dia sadar diri dia tak setampan cowok-cowok yang pernah mendekati Resti.
" Oh, ya, penampakannya Beno gimana? " tanya Resti, penasaran.
" Pokoknya serem deh, Res, " jawab Jamet bergidik ngeri. Kembali bayangan wajah Beno yang menyeramkan itu muncul di dalam kepalanya. Jamet bergidik ngeri sendiri. Dia merasa ketakutan. Lalu, Jamet memutuskan untuk sementara waktu menginap di kos Irwan dulu. Semoga Irwan berkenan menampungnya untuk beberapa hari.
" Wan, gue numpang di kos dulu, ya? Masalah makan gampang, deh, gue mandiri, kok. Jadi, gue nggak terlalu nyusahin lo," ucap Jamet yang langsung mendapat anggukan dari Irwan.
" Makasih, Wan, lo emang teman terbaik gue pokoknya." Jamet menghampiri Irwan dan merangkul bahu temannya itu.
****
Suasana malam sudah datang, burung hantu sudah mulai berkicauan. Jamet dan Irwan tengah menyelesaikan tugas yang akan dikumpulkan besok pagi. Rasa kantuk mulai menghantui, tapi masih mereka tahan. Bagaimanapun mereka harus segera menyelesaikan tugas itu. Ya, mereka memang anak perantau yang berkomitmen. Mereka menetapkan target segera lulus tepat waktu, walaupun sekarang mereka masih semester lima.
"Wan, ini gimana? Gue nggak ngerti," tanya Jamet pada Irwan.
Irwan menjelaskan bagaimana cara menyelesaikan soal pada mata kuliah Matematika Diskrit. Jamet mengangguk mengerti. Tiba-tiba, Jamet ingin buang air kecil lalu pergi ke kamar mandi. Cowok itu keluar kos dan turun ke lantai dasar. Ya, kos Irwan berada di lantai dua. Jadi mau tidak mau, Jamet harus pergi ke lantai dasar untuk ke kamar mandi. Jamet membuka pintu dan masuk ke kamar mandi. Setelah selesai, cowok itu melangkahkan kaki tangga demi tangga menuju ke lantai dua. Sebelum menyentuh tangga terakhir, Jamet merasakan bulu kuduknya merinding. Dia memegangi tengkuknya, dan mengangkat bahu tak acuh.
Hanya perasaannya saja, pikirnya.
Jamet menghela napas dan membuka pintu. Terlihat Irwan tengah memberesi tugasnya.
"Udah selesai tugas lo? " tanya Jamet.
"Udah, Met. Gue tidur duluan, ya? Lo buruan selesaikan tugasnya." Irwan merebahkan tubuhnya di busa lalu memejamkan mata.
"Lah, gue ditinggal tidur? " Jamet menggelengkan kepala. Entah kenapa rasa takut mulai menghantunya kembali, tapi Jamet mencoba berpikir positif.
Setengah jam kemudian, Jamet sudah selesai mengerjakan tugas. Dia lalu menarik kedua tangannya ke depan untuk merengangkan otot-ototnya yang kaku.
Akhirnya, cowok itu membereskan kertas-kertas yang berserakan dan menaruhnya di meja belajar Irwan.
Jamet lalu tidur di sebelah Irwan. Matanya tak bisa terpejam sama sekali. Entah kenapa, dia tidak bisa tidur. Cowok itu akhirnya mencoba membaca doa agar bisa tidur. Nihil. Sudah puluhan kali dia membaca doa, tapi dia tak kunjung terlelap.
" Kenapa gue nggak bisa tidur? " Jamet mengacak-acak rambutnya. Jamet menghela napas, mencoba menetralkan pikiran.
Suara pintu terketuk dengan lumayan keras, ha itu membuat Jamet semakin takut. Ketakutannya beralasan, dia takut kalau orang yang mengetuk pintu bukan manusia tetapi arwah Beno yang masih gentayangan.
Suara ketukan pintu tak kunjung berhenti. Irwan pun tampak nyenyak dalam tidurnya. Jamet semakin ketakutan. Dia memilih untuk menutupi tubuh dengan selimut.

"Buka pintunya, woy! " Terdengar suara dari luar, Jamet yang belum tertidur pun menyadari kalau suara itu bukan arwah Beno melainkan suara Nuno.
Dengan cepat, Jamet melepas selimut lalu membuka pintu.
" Lama amat lo buka pintu! " seru Nuno terlihat kesal. Bagaimana tidak kesal, sedari tadi dia mengetuk pintu tak ada yang merespons sama sekali. Nuno langsung nyelonong masuk ke dalam kos Irwan.

" Gue kira lo arwahnya Beno, " ucap Jamet sembarangan, membuat Nuno mendecak sebal.
" Lo itu terlalu parnoan jadi orang!" Nano menjitak kepala Jamet lumayan kencang. Jamet hanya terdiam saat Nuno menjitak kepalanya.
"Lo jangan bilang gitu deh, No! " seru Jamet tak mau kalah. "Dihantuin tahu rasa lo! "
" Jadi lo doain gue dihantuin? " Nuno mengerucutkan bibir.
Jamet garuk-garuk kepala. " Biar lo percaya sama perkataan gue! "
Ponsel Nuno dan Jamet berdering bersamaan. Terlihat ada notifikasi dari WhatsApp.
Vina : Guys, tadi gue habis dihantuin sama arwahnya Beno!
Mata Nuno dan Jamet saling pandang setelah membaca pesan dari Vina.
" Apa gue bilang? Lo nggak percaya, sih, sama gue! " ucap Jamet merasa menang. Dia membusungkan dadanya dengan sombong.
"Kalian berisik banget, sih! " seru Irwan terbangun dari tidurnya.
"Jamet, nih, Wan! "
"Nuno, nih, Wan! "
Mereka saling menyalahkan satu sama lain, tidak ada yang mau mengalah. Sampai-sampai Irwan memukul kedua temannya itu menggunakan bantal tepat di kepala.
" Sakit tahu, Wan! " protes Nuno dan Jamet bersamaan.
"Makanya diem, jangan berisik! " Irwan kembali tertidur dengan posisi terlungkup.
" Ngomong-ngmong lo ngapain ke sini malam-malam gini? Ini udah agak malam, lho! "
" Gue takut di kos sendirian. Hehe."
"Dasar lo. Kos Irwan mana muat buat kita bertiga, mending lo pulang, " tunjuk Jamet ke arah pintu sebagai tanda dia mengusir Nuno.
Nuno menghembuskan napas kasar. Akhirnya, cowok itu memilih kembali ke kosnya. Sebelum pergi, Nuno sempat menasihati Jamet supaya berhati-hati lagi.
" Oke, gue bakal jaga diri, " ucap Jamet tadi.
Jamet kembali memejamlan mata. Baru beberapa menit terlelap, cowok itu sudah bermimpi kejadian Beno yang terjun dari gedung. Jamet segera bangun dari tidurnya.
" Hmmm... kenapa, sih, dia selalu datang dan ganggu gue? Salah gue apa sama lo, Ben? " Jamet hanya bisa menggelengkan kepala dan mencoba tertidur.

Bình Luận Sách (417)

  • avatar
    MoeSITI NUR SARAH BATRISYIA BINTI RIDHWAN TONG

    thankyou author , alur cerita menarik , plot twist dia memang power lah 😭💗

    11/08/2022

      0
  • avatar
    NouviraErry

    ya menarik x ngwri

    22d

      0
  • avatar
    Gorengan88Sambalpedas1989

    bagus banget

    24d

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất