logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 10 Interogasi

Irwan memasuki kelas. Suasana kelas sudah ramai. Jamet tadi dia tinggal ke kelas terlebih dahulu karena sedang ke kamar mandi kampus. Mata Irwan tertuju ke salah seorang temannya yang bernama Sarwan. Irwan tahu Sarwan lumayan dekat dengan almarhum Beno. Untuk itu Irwan segera menghampirinya.
" Hai, Wan, " sapa Irwan melambaikan tangan ke arah Sarwan.
"Ada apa, Wan? Tumben lo ngajak ngobrol gue? " jawabnya sedikit cuek. Ya, Irwan paham kenapa Sarwan berkata seperti itu, sebab mereka berdua tidak terlalu akrab sejak awal kuliah.
" Gue boleh nanya sesuatu ke lo? " Irwan berkata tanpa basa-basi. Irwan bukan tipikal orang yang kebanyakan basa-basi untuk menanyakan segala hal, dia akan langsung masuk ke topik yang akan dibicarakan. Buat apa basa-basi hanya akan membuang waktu, pikir Irwan.
Sarwan mengangguk. Irwan langsung duduk di sebelahnya yang kebetulan kosong.
" Maaf nih sebelumnya kalau gue lancang, Wan, " ucap Irwan memandang lawan bicaranya. "Gue boleh nanya soal Beno? "
" Buat apa? "
" Nanya aja, kok, " jawab Irwan santai.
" Silakan aja," ucap Sarwan sembari tersenyum tulus.
" Selain lo, sahabat Beno yang lain itu siapa?" Irwan mengernyitkan dahi dan berharap Sarwan mau dimintai informasi. Ya, walaupun dia tidak tahu keperluan Irwan untuk menguak siapa pelaku yang membunuh Beno. Itu masih dugaan, tapi cowok itu yakin kalau Beno mati dibunuh dan sengaja ada yang mendorongnya dari lantai atas. Sementara itu hanya spekulasi Irwan saja.
"Toriq, Bro, " jawab Sarwan sambil menunduk. " Tapi gue, Beno dan dia udah nggak sahabatan lagi."
Mata Irwan membulat sempurna. "Kenapa? "
Sarwan terdiam.
" Sori kalau gue nanya lancang, gue cuma mau tahu aja, kok, tapi kalau nggak gue bersedia untuk ngomong, ya, nggak apa." Irwan berdiri dan menyambar tasnya yang ditaruhnya di atas meja. Sebelum Irwan melangkahkan kaki, Sarwan mengenggam tangan Irwan.
" Gue bakal cerita sesuatu, Wan, sama lo."
Sarwan ikut berdiri dan menarik tangan Irwan begitu saja menuju ke taman kampus.
" Jadi kenapa kalian udah nggak sahabatan? " tanya Irwan saat duduk di kursi yang ada di sana.
" Karena gue ikut kesel sama dia, Wan," ucapan Sarwan terhenti. " Dia itu selingkuh sama pacarnya Beno! "
Irwan mengangguk-angguk, tapi dia belum bisa menyimpulkan kalau bisa saja Toriq pelaku di balik semua ini. Bisa saja cowok bernama Toriq dendam pada Beno, karena Toriq berselingkuh dengan pacar Beno dan hal itu pasti menyebabkan konflik di antara mereka.
" Gue pernah lihat juga kalau Beno pernah ribut sama pacarnya ." Irwan menatap ke depan, mengingat kembali peristiwa yang dilihatnya beberapa minggu sebelum Beno meninggal. Saat itu, Irwan akan menuju kantin dia tak sengaja mendengar sebuah percekcokan antara Beno dan pacarnya. Sempat Beno mengetahui kehadiran Irwan di antara mereka, Beno tetap tidak peduli, cowok itu malah meneruskan pertengkaran itu dengan pacarnya. Sampai Irwan pergi dari situ, mereka tampak masih berdebat. Entah apa yang mereka debatkan. Setelah mendengar cerita dari Sarwan, Irwan semakin yakin pertengkaran itu disebabkan seperti apa yang dikatakan Sarwah---pacar Beno ketahuan selingkuh dengan Toriq.
" Ya mungkin yang lo lihat itu imbasnya, " jawab Sarwan singkat. " Gue juga nggak tahu semenjak kapan mereka selingkuh di belakang Beno, Wan. Siapa, sih, yang nggak sakit hati tahu orang yang dicintai main belakang? "
Irwan mengangguk. "Kemarin Thoriq pas di pemakaman Beno datang nggak? "
Sarwan menggeleng.
" Kalau pacarnya Beno? " tanya Irwan, lagi.
Kembali Sarwan menggeleng. " Ya, mungkin mereka merasa bersalah atas kematian Beno, " jawabnya. " Beno mati juga karena bunuh diri. "
Irwan menepuk-nepuk bahu Sarwan pelan. " Jangan menyimpulkan terlalu cepat, Wan! "
Sarwan mengernyitkan dahi, tak paham dengan apa yang dimaksud Irwan. " Maksud lo? "
Irwan tersenyum, kembali menepuk bahu Sarwan pelan. "Ayo masuk kelas, udah mau jam sepuluh, nih." Irwan melihat jam tangannya dan berjalan menuju kelas bersama Sarwan.
" Lo ke mana aja, sih? " tanya Nuno saat melihat Irwan menuju bangkunya.
" Gue tadi ke taman kampus sama Sarwan. Ada urusan dikit! " seru Irwan sambil melepas jaketnya.
" Ngapain? " Nuno mulai kepo.
Irwan mendecak sebal. "Udahlah, nanti lo juga tahu, kok. "
Nuno mengangguk.
Beberapa saat kemudian, dosen datang dan memulai kuliah. Irwan menjadi tidak fokus dengan materi yang disampaikan dosen.
Kembali pikirannya menerawang jauh dengan apa yang diucapkan Sarwan tadi.

" Karena gue ikut kesel sama dia, Wan," ucapan Sarwan terhenti. " Dia itu selingkuh sama pacarnya Beno! " Ucapan Sarwan masih teriang di kepalanya. Apa mungkin pacar Beno dan selingkuhannya itu yang tega mendorong Beno dari lantai atas? Entahlah. Irwan belum bisa menyimpulkan.
Penyelidikan juga semakin susah saat polisi sudah menutup kasus ini. Ditambah keluarga Beno yang menolak untuk jenazah diautopsi. Sidik jari pelaku pun tidak ditemukan di jenazah Beno.
" Pintar juga pelakunya, " gumam Irwan sambil mengetukkan jari tengah di kepala.
Dua jam kemudian, kuliah selesai dan dosen sudah meninggalkan kelas. Mahasiswa dan mahasiswi satu persatu meninggalkan kelas.
Di sana hanya tinggal Irwan, Nuno dan Jamet yang masih mencatat penjelasan dosen tadi.
" Gue udah selesai nyatetnya, " ucap Nuno mengemasi bukunya ke dalam tas, lalu mengendong tas.
" Gue juga udah," jawab Irwan dan Jamet bersamaan.
Akhirnya, ketiga remaja itu keluar kelas dan pulang ke kost Irwan yang tak jauh dari kampus.
" Lo tadi ngomong apaan sama Sarwan? " tanya Nuno sesampainya di kamar Irwan.
" Masalah Beno, " jawab Irwan singkat.
Cowok itu menyenderkan bahunya ke tembok sambil menatap Jamet dan Nuno bersamaan.
" Ada kabar apa lagi? " Kini Jamet yang menyahut.
Irwan memejamkan mata dan menceritakan semuanya. Ya, tentang retaknya hubungan antara Beno, pacarnya dan Thoriq.
" Jadi pacarnya Beno itu selingkuh sama yang namanya Thoriq? " Mulut Jamet mengangga sempurnya. Dia tidak percaya pacar Beno tega menghianati Beno. Setahu Jamet, selama ini hubungan mereka baik-baik saja.
Irwan mengangguk.
" Gue lihat hubungan mereka baik-baik saja, Wan," jawab Jamet.
" Kita kan nggak pernah tahu urusan orang gimana. Yang kelihatannya baik-baik aja belum tentu, Met." Irwan mengambil botol aqua dan menegaknya.
" Bener, tuh, kata Irwan," sahut Nuno.
" Jadi pelakunya bisa mereka berdua? " Jamet mulai menyimpulkan dari apa yang diceritakan Irwan.
" Gue belum bisa bilang iya, atau tidak. Kita belum punya banyak bukti." Irwan menghela napas.
Nuno dan Jamet mengangguk. Benar apa yang dikatakan Irwan, semuanya masih abu-abu.

Bình Luận Sách (417)

  • avatar
    MoeSITI NUR SARAH BATRISYIA BINTI RIDHWAN TONG

    thankyou author , alur cerita menarik , plot twist dia memang power lah 😭💗

    11/08/2022

      0
  • avatar
    NouviraErry

    ya menarik x ngwri

    22d

      0
  • avatar
    Gorengan88Sambalpedas1989

    bagus banget

    24d

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất