logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

aku juga anakmu, bu!

aku juga anakmu, bu!

boenda cika


part 1

"Sandi! Jangan main di situ!" Teriak ibu pada adik ku.
Aku yang sedang bermain pun mendongak karna mendengar teriakan ibu. Sandi sedang bermain bersama ku di selokan depan rumah kami. Selokan kecil biasa kami menghayal sedang memancing ikan.
Ibu datang dan langsung menggendong adik ku masuk ke dalam rumah. Beliau bahkan tidak bicara sepatah katapun padaku. Aku pun hanya diam mematung di tempat ku berdiri saat ini.
Aku masuk ke dalam rumah setelah ibu tak terlihat lagi bayang nya. Aku diam mematung di ambang pintu kamar, melihat ibu yang sedang menasehati adik ku agar tak bermain di selokan. Tapi kenapa hanya Sandi? Bukankah tadi beliau juga melihat ku bermain di selokan bersama Sandi.
Aku Tania. Usia ku 9 tahun. Aku 2 bersaudara dari ayah dan ibuku. Tapi entah kenapa, aku merasa ibu tak pernah menganggap aku ini anaknya. Tapi ayah bilang, itu hanya perasaan ku saja. Ayah bilang, ibu sama-sama menyayangi kami.
Pagi ini, adalah hari pertama kami di liburkan karena wabah yang terjadi di negeri ini. Ibu adalah seorang buruh cuci di rumah tetangga kami yang paling mewah rumahnya. Ibu mengajak ku untuk membantu nya mencuci dan menyetrika. Sandi pun ikut bersama kami.
"Sandi main di sini saja ya. Jangan kemana-mana! Ibu mau mencuci dulu di dalam" pesan ibu pada Sandi yang di balas anggukan kepala adik ku itu.
"Tania. Kamu ambil baju di dalam kamar-kamar. Ibu ke belakang mau ambil jemuran kemarin"perintah ibu padaku begitu kami sudah di dalam rumah mewah itu.
Aku pun menuruti perintah ibu. Ku masuki tiap kamar di rumah besar ini dan mengambil baju yang berada di keranjang cucian kotor di dekat kamar mandi setiap kamar nya. Pemilik rumah ini namanya bu Joko. Orangnya sangat baik sekali. Sering aku di beri uang saku ketika akan pulang. Tentu saja tanpa sepengetahuan ibu. Karena ibu akan sangat marah begitu keluar dari rumah ini dan mengetahui nya.
Bila pagi begini, rumah mewah ini sangat sepi. Hanya ada bik Murni dan pak Dirman saja. Sedangkan bu Joko ada di toko baju nya, begitulah yang ku tahu.
"Bu, Tania sudah ambil semua baju nya"ucap ku sambil menunjukan keranjang penuh baju kotor.
"Langsung pisahkan sesuai warna bajunya Tania. Masak gitu aja harus selalu di ingatkan!" Bentak ibu padaku.
Seketika aku menunduk, tak berani menatap wajah ibu ku. Ibu selalu saja seperti itu. Padahal aku hanya memberitahu nya saja. Aku menuju kamar mandi belakang untuk menjalankan perintah ibu. Sedangkan ibu masih mengambil baju-baju dari jemuran.
Ibu datang ketika aku selelsai dengan perintahnya tadi. Langsung ibu menunaikan pekerjaan nya. Sementara aku, duduk di teras dapur sambil melihat adik ku Sandi bermain mobil-mobilan dengan riangnya.
Aku memandang Sandi dengan iri. Kenapa ibu sering kasar padaku? Padahal pada Sandi ibu tak pernah marah. Bahkan ketika Sandi salah sekalipun. Kenapa aku merasa bahwa ibu membenci ku. Tapi segera ku tepis rasa itu. Aku teringat akan nasihat ayah waktu itu.
"Mungkin ibu hanya lelah Tania. Makanya ibu tadi ngga sengaja marah-marah" nasihat ayah waktu itu sambil menemani ku tidur.
Ayah selalu menemani ku setiap malam sampai aku tertidur. Sedangkan ibu, beliau tidak pernah mau menemani ku tidur. Jangankan menemani tidur, makan saja aku selalu sendiri jika ayah tak di rumah.
"Neng. Sudah makan?" Tanya bik Murni membuat aku yang sedang melamun terkejut.
"Ech, bibik. Sudah bik tadi di rumah" jawab ku sambil menunduk.
Aku belum makan sebenarnya. Karena hari ini aku bangun kesiangan sedangkam ibu sudah mulai membereskan sisa makanan di meja makan. Ibu bahkan tidak menawari ku sarapan terlebih dahulu tadi. Tapi aku tidak mungkin berkata jujur. Ibu pasti marah bila sampai dia dengar aku berkata demikian.
"Yach! Padahal bik Murni sedang makan ini. Tapi sayang nya ngga habis" ucap bik Marni dengan muka kecewa.
"Ya sudah bik. Ngga papa Tania makan aja. Mubazir kalau di buang" ucap ku ceria.
Bik Marnu berlalu dari hadapan ku menuju meja makan. Ku tengok sekeliling berharap ibu tak segera selesai dengan pekerjaan nya. Karena jujur sebenarnya aku pun lapar.
"Ini. Mau bibik suapin sekalian tidak?" Tanya bik Marni sambil menyerahkan piring berisi nasi,sayur beserta lauknya.
"Tidak bik" ucap ku sambil tersenyum.
Aku pun makan di temani bik Marni. Aku sangat bersyukur, ketika aku selesai makan ibu belum selesai dengan cucian nya.
"Ibuuu........!!!!" Adik ku menangis kencang sambil memanggil ibu dari halaman tempatnya bermain.

Bình Luận Sách (70)

  • avatar
    RiahMariah

    mantap ❤️

    16d

      0
  • avatar
    ComunitiAfif

    tapi

    27/07

      0
  • avatar
    VitalokaBunga

    aku malas baca

    01/07

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất