logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 4 Satu Kenyamanan

Erin adalah gadis yang begitu polos dulu. Dia menyukai seorang adik kelas yang selalu tersenyum ramah padanya. Entah sejak kapan bunga di dalam hati bermekaran, dia hanya tahu kalau Calvin telah menarik perhatiannya.
Erin memberanikan diri untuk menyatakan perasaan lebih dulu. Jawaban yang didapat adalah Calvin telah menjalin hubungan dengan orang lain. Sejak saat itu dia berusaha melenyapkan perasaannya.
Takdir berkata lain ketika dia melanjutkan pendidikan. Tidak seperti kisah asmara sebelumnya yang tragis, justru Erin mendapatkan kisah yang manis dengan teman sekelas. Dia cukup bahagia di dalam hubungan normalnya.
Kebahagiaan hanya berlangsung singkat karena kehadiran Calvin menjadi rintangan baru. Bukan semata karena hati Erin yang bebal karena belum bisa melupakan cinta pertamanya, tetapi juga karena Calvin yang tidak menyukai dirinya menjalin hubungan dengan orang lain.
Mungkin dari sini kisah cinta pertamanya akan bermula, pada Calvin yang mampu membuat dia merasakan pahit dan juga manis dalam menjalin hubungan. Jalinan itu berlangsung cukup lama, bertunas-tunas di hati Erin.
Kepopuleran Calvin adalah salah satu pemicu hubungan mereka mulai retak. Mulanya Erin menahan diri, meyakini bahwa cinta pertamanya bukan seseorang yang buruk. Namun, seiring waktu Erin tidak dapat menghindari kenyataan.
Bagi Calvin dekat dengan banyak teman perempuan adalah hal biasa, tetapi bagi Erin tidak begitu. Ada saat di mana dia tidak ingin menoleransi karena tidak dihargai. Jadi, mereka memutuskan untuk mengakhirinya.
Entah takdir apa yang membuat mereka dipertemukan lagi sebagai rekan satu tim. Sudah pasti akan ada banyak pertentangan di dalam jiwa karena Erin harus melihat orang yang telah menyakiti hatinya berulang kali.
"Mungkin Kau sudah lupa mengenai apa yang terjadi di masa lalu dan harus diingatkan kembali. Kau adalah seorang playboy di balik tampang baikmu itu, Calvin Taner."
Calvin melihat sekeliling di mana orang-orang memandangi mereka. Kemudian, dia menoleh pada Erin kembali. "Aku memang sangat buruk dan menyesalinya. Karena itu, aku begitu senang saat mengetahui kalau kita berada di perusahaan yang sama. Kau harus tahu kalau aku hampir putus asa mencarimu agar aku bisa meminta maaf padamu."
Setelah apa yang mereka lalui, bagaimana Erin bisa percaya?
"Aku tidak akan memaksamu untuk percaya." Calvin menebak arti dari raut wajah Erin dengan benar.
Keadaan bus yang aman saja tadinya mendadak berhenti dan membuat penumpang harus menahan diri agar tidak terjatuh. Erin yang gerakannya lambat untuk meraih pegangan hampir saja terjatuh kalau tidak segera ditahan oleh Calvin.
Pengemudi mengamati keadaan para penumpang yang baik-baik saja di bangkunya. "Maaf telah membuat Kalian semua khawatir. Tidak ada hal buruk yang terjadi. Saya akan mengemudi dengan perlahan untuk selanjutnya."
Sejurus kemudian, bus bergerak kembali dan suara keluhan penumpang kian memudar. Jika semua sudah kembali ke posisi semula, berbeda dengan Calvin yang masih menahan tubuh Erin agar tidak terjatuh, tidak ingin melepaskan.
***
Erin mematung di depan pintu apartemen, tidak dapat memahami diri sendiri. Kejadian di dalam bus telah membuat dia merasa sangat bersalah. Seharusnya dia tidak membiarkan Calvin mengikutinya atau seharusnya mereka tidak menaiki kendaraan yang sama.
Saat membuka pintu, Erin langsung terkejut mendapati sang suami tengah bersandar menyambut kepulangannya. Pria itu baru selesai mandi sepertinya karena masih menggunakan jubah handuk. Apalagi melihat gelas berisikan anggur merah membuat kesadaran Erin langsung sempurna!
"Apa karena aku tidak ada di rumah, jadi Kau bisa bebas melakukan apa yang Kau suka? Singkirkan wine itu dari tanganmu! Aku tidak pernah menyetujuimu untuk meminum alkohol!"
Erin merampas gelas itu untuk dibuang isinya ke dalam wastafel. Sedangkan Hansel yang tidak dapat mencegah, melihat tas istrinya tergeletak di lantai karena harus melangkah terburu pun memungutnya.
"Hansel! Kita harus bicara!" teriak Erin, beranjak dari dapur.
"Siapa pria bodoh yang terang-terangan melakukan hal itu saat dia sendiri tahu kalau istrinya tidak suka?"
"Kau orangnya! Hansel Meshach!"
Hansel membelai rambut sang istri dengan lembut. "Kau sudah pasti salah paham, Sayang."
Erin tetap memelotot dengan kedua belah tangan di pinggang. "Dan lihatlah, sekarang Kau mabuk di depanku!"
Hansel tertawa, menggantungkan tas di bahunya, lalu berkata, "Apa karena aku memanggilmu 'sayang', maka aku dikatakan mabuk? Sakya Erina, bahkan aku bisa mengeja namamu dengan baik."
Hansel memeluk istrinya, menghirup aroma yang begitu dia rindukan. "Aku tidak meminum wine, Erin. Itu hanya minuman berwarna yang diberi perisa,"—dia mengendus di ceruk leher yang tipis kainnya—"rasanya manis."
Erin memang tidak mencium bau menyengat apa pun, termasuk di tubuh suaminya. Dia baru sadar. Mungkin dia terlalu sensitif saat memikirkan hal yang begitu berat sampai-sampai tidak mengamati betul minuman yang dibuangnya.
"Apa itu benar?"
Hansel menarik diri untuk menjauh, lalu menunjuk bibir sendiri. "Kau bisa memeriksanya jika ingin."
Erin mengembuskan napas pendek, tidak ingin memperpanjang kemarahan yang tidak berarti. Dia berlalu menuju ruang tamu dan menghempaskan tubuhnya di sana.
"Jadi, untuk apa Kau meminumnya seperti seorang casanova di depanku?"
Hansel yang mengikuti tadinya juga ikut duduk. Dia memperlihatkan satu kantong kertas kecil di samping sofa yang digunakan untuk membawa hadiah. Di sana ada botol minuman yang telah menimbulkan kesalahpahaman di dalam rumah tangganya.
"Seorang teman memberikannya padaku. Aku tidak menyangka jika Kau akan pulang di saat aku sedang menikmatinya. Tapi apa benar aku terlihat seperti seorang casanova?"
Erin hanya mengintip isi dari kantong sebentar karena dia sudah mengerti kalau semua adalah salah paham. "Aku tidak benar-benar menganggapmu begitu. Pria casanova tidak dapat dipercaya. Mereka akan meniduri banyak wanita. Tapi tidak berlaku untukmu. Kau adalah pria paling baik yang pernah aku temui."
Hansel merona merah mukanya, tidak terpikirkan dirinya akan dipuji. "Terima kasih. Aku tidak akan bisa pindah ke lain hati jika setiap harinya Kau selalu membuatku jatuh cinta."
Mereka saling berpelukan, mengatasi rindu dengan kehangatan suhu tubuh masing-masing. Rasa cinta dari keduanya begitu besar dan tidak terpatahkan. Mungkin di dalam hubungan mereka selama ini tidak ada kesenangan semata, tetapi mereka berhasil melaluinya hingga berada di titik yang sekarang.
"Aku mencintaimu, Sakya Erina. Sungguh mencintaimu," ucap Hansel berulang kali.
Erin tersenyum lebar, nyaris tertawa. "Tanpa mengatakannya, aku sudah tahu karena bisa merasakan hasratmu yang begitu besar saat ini."
Hansel terkekeh, tidak membantah kalau dia memang sangat ingin menaklukkan istrinya. Dia sudah menunggu lama untuk kepulangan Erin. Memang dia yang telah menggoda istrinya di kantor tadi, tetapi justru tindakannya adalah jurang bagi dirinya sendiri.
"Kalau begitu,"—Hansel meraup tubuh istrinya untuk dibopong—"sudah seharusnya kita ke kamar agar dapat menundukkan gelora hasratku karena kalau tidak, aku akan menjadi sangat gila."
"Tunggu! Gelora?! Dari mana Kau mempelajari kata itu?" Erin terbahak.

Bình Luận Sách (113)

  • avatar
    BilqisAqila

    Hansel tersenyum jahil dan hal itu membuat Erin semakin naik saja hasratnya. senyuman yang selalu menawan hati dan memaksanya untuk merelakan diri tenggelam dalam mata terpejam, melanjutkan ciuman mereka yang sempat berhenti dengan gairah membara.. dari bait inilah saya senyum dan tertawa sendiri saat membaca

    16/07/2022

      0
  • avatar
    16serli

    bagus thor ceritanya sangat menarik

    26/06/2022

      0
  • avatar
    SyifaAskiya

    aplikasinya bagusss banget aku suka semoga barokah bagi ku

    06/04/2022

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất