logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 4 Trauma

Flashback
Aninda sangat menyukai kegiatan yang bersangkutan dengan renang bahkan menggilainya, sangat tergila-gila dengannya. Dengan penuh semangat dia melakukan kegiatan yang disenanginya ini. Perlahan namun pasti dia berhasil mencetak skor tercepatnya. Tahukah kalian di dunia ini prestasi dapat mempengaruhi orang lain bahkan menyesatkan mereka.
Aninda bersenandung kecil sembari menikmati ayunan kakinya di pinggir kolam. Saking fokusnya, dia tak menyadari seseorang mencampurkan sesuatu ke minumannya. Entahlah Aninda yang terlalu terbuai dengan kegiatannya atau orang itu yang terlalu lihai dengan tindakannya.
Setelah merasa puas dengan kegiatannya, Aninda pun meminum jusnya. Tak ada yang aneh memang.
"Ah segarnya... lanjut berenang ah" pekik Aninda riang.
Setelah 15 menit obat itu pun bereaksi. Tubuh Aninda menjadi kaku tak dapat digerakkan. Alhasil diapun kesulitan mempertahankan kesadarannya. Bagaimana tidak posisinya sekarang ini sedang berada di dalam kolam renang. Ditengah keputus asaannya malaikat datang menolongnya. Siapa dia... kalian akan tahu nanti saatnya tiba.
"Hei... bangunlah" ucapnya. Tak ada respon mengharuskan dirinya melakukan itu. Apa ya namanya. Hmm... ya memberikan nafas buatan kalau tidak salah.
"Ayo...bangunlah... bangun" ucapnya lagi.
Anindapun terbatuk dan mengeluarkan air yang sempat ditelannya tadi. Namun sayang keadaannya melemah, diapun jatuh pingsan.
"Ya malah pingsan lagi" omelnya.
"Lebih baik aku membawanya ke rumah sakit" batinnya.
15 menit kemudian diapun tiba di rumah sakit. Tak membutuhkan waktu lama, Aninda pun diambil alih oleh tim medis. Beberpa menit kemudian dokterpun menumuinya.
"Kamu tahu keluarganya, ada yang ingin saya sampaikan" ucap Farhan, dokter yang menangani Aninda.
"Saya tak tahu dok. Kami hanya teman satu sekolah. Dia satu tingakat dibawahku. Memangnya ada apa dok, apa kondisinya parah" tanyanya.
"Sebenarnya saya harus menyampaikan ini pada orang tua pasien. Berhubung kamu yang membawanya ke sini, baiklah kita bicara di ruanganku. Mari ikut saya" balas Farhan.
"Ada apa dok, kondisinya separah apa" tanyanya.
"Sepertinya ada yang sengaja mencelakainya. Kami menemukan jejak obat dalam tubuhnya,
sepertinya tercampur pada makanan ataupun minuman yang dikomsumsinya. Dan kamu tahu efek dari obat itu, obat itu akan membuat tubuhmu kaku tak bisa digerakkan dan jika tak mendapat pertolongan medis secepatnya.
Nyawanya akan melayang" terang Farhan.
"Apa mungkin karena jus yang diminumnya" gumamnya, namun dapat didengarkan Farhan.
"Maksud kamu apa" tanya Farhan.
"Jadi gini dokter. Saya melihat sisa jus Buah Naga didekatnya, apa mungkin itu penyebabnya dok. Ini juga aneh dok, karena setahu saya dia itu pintar berenang aneh
rasanya kalau dia tenggelam begitu saja. Namun setelah mendengar perkataan dokter, saya yakin minuman itu penyebabnya" balasnya.
"Kalau begitu dimana minuman itu" tanya Farhan.
"Ada di kolam renang sekolah dok, nanti saya ambilkan" balasnya.
Dia pun kembali ke sekolahnya, namun anehnya apa yang dimaksud tadi tidak ada di sana. Bahkan wadahnya pun tidak ada. Dengan langkah berat diapun kembali ke
rumah sakit.
"Jusnya mana" tanya Farhan.
"Tidak ada dok, sepertinya ada yang mengambilnya. Saya mencarinya kemana-mana tapi tak menemukannya. Bahkan sampai
ketempat sampah, namun gelas itu tidak ada" balasnya.
"Kalau seperti itu, dugaan kamu benar. Penyebabnya minuman itu. Pelakunya
sepertinya tak ingin diketahui, itu sebabnya dia membereskannya" ucap Farhan.
Sampai lupa, siapa nama pasienku ini tanya Farhan sembari menatap wajah Aninda.
"Hmm... Dia Aninda, lebih tepatnya Aninda Putri W" balasnya.
"Sepertinya tidak asing, dimana aku pernah mendengarnya" gumam Farhan.
"Ada apa dok" tanyanya.
"Tidak... ya sudah saya keluar dulu" balas Farhan, kemudian keluar dari ruangan rawat Aninda.
Diapun ditinggalkan sendiri bersama dengan Aninda. Perlahan namun pasti Aninda pun
membuka matanya. Tapi orang yang menolongnya telah pulang terlebih dahulu, karena orang tuanya menelpon. Aninda pun menjelajahi ruangan putih ini dengan matanya, namun pada saat ingatannya berputar bak
kaset rusak. Diapun teriak kesakitan...
"Akh... sakit, tolong aku sesak... tidak.... Akh..." teriaknya. Mendengar teriakan pasiennya Farhan pun segara ke kamar Aninda. Karena
posisinya sedang berada di kamar rawat yang berada tepat disamping kamar Aninda.
"Ada apa sus, ada apa dengannya" tanya Farhan.
"Tidak tahu dok, katanya dia kesakitan dan tak dapat bernafas. Ada apa sebenarnya dok. Ada apa dengannya" tanya Ani selaku suster yang merawat Aninda.
"Apa yang aku takutkan terjadi" batinnya.
"Suster Ani, tolong panggilkan Dr. Mirandah" ucap Farhan.
"Baik dokter" pamit Ani, kemudian memanggil dr. Mirandah.
Ruangan Mirandah
"Permisi Dr. Mirandah, apakah saya mengganggu waktu anda" tanya Ani.
"Ada apa suster Ani. Ada yang bisa saya bantu" balasnya.
"Dr. Farhan memanggil anda. Pasien kami mebutuhkan pertolongan anda dokter" ucap Ani.
Setelah itu keduanya pun bergegas ke kamar rawat Aninda.
"Ada apa dengannya dr. Farhan" tanya Mirandah.
"Sepertinya dia mengalami trauma yang hebat, tolong tangani dia" balas Farhan.
Farhan memberikan kebebasan kepada Dr. Mirandah. Dia memilih keluar, memberi keluasan pada Mirandah berbicara dengan Aninda. Tak lama kemudian Dr. Mirandah menemuinya.
"Sebenarnya apa yang terjadi dengannya" tanya Mirandah.
"Aku juga tak tahu cerita yang sebenarnya, yang pasti dia adalah korban dari pembunuhan berencana. Kemarin dia hampir mati tenggelam kalau tidak ditolong oleh temannya" balas Farhan.
"Kamu tahu Dr. Farhan, dia mengalami syndrom troumatik. Dan dia tak akan bisa lagi berenang sampai kapanpun. Karena alam bawah sadarnya mengatakana bahwa dirinya tidak pintar berenang dan takut melihat kolam renang. Jadi mustahil baginya, melewati semua itu" ucap Mirandah.
"Jadi kita harus bagaimana Dr. Mirandah. Kami tak bisa menghubungi orang tuanya, karena kami tak tahu siapa orang tuanya" balas Farhan.
"Semuanya baik-baik saja, asalkan dia dijauhkan dari penyebabnya trauma jika tidak dia akan mengalami guncangan yang sangat hebat. Itu bisa merasakan sakit yang hebat dan juga bisa menewaskan dirinya. Kamu tahu, akibat dari kambuhnya trauma itu. Dia akan mengalami syndrom panik yang menyebabkan dia kesulitan bernafas. Obat semahal apapun, tidak bisa menyembuhkan traumanya ini. Dan asal kamu tahu, dia akan melupakan peristiwa itu. Jadi aku sarankan, jangan pernah mengungkit kejadian itu lagi. Atau kita akan menghadapi situasi yang sangat aku khawatirkan" ucap Mirandah.
"Baiklah... aku akan bicara dengan laki-laki yang membawanya kemarin" balas Farhan.
"Kalau begitu, aku pamit. Permisi" ucap Mirandah.
"Terima kasih Dr. Mirandah" balas Farhan.
Farhan membatu melihat keadaan Aninda, batinnya pun mengucapkan banyak hal. Hingga terbersit diotaknya.
"Apakah kamu putri mereka. Sebaiknya aku hubungi saja keduanya" pikirnya.
Tak butuh waktu lama panggilannya pun tersambung.
"Hallo ini dengan siapa ya" balas Putri.
"Ini aku put... Farhan. Apa kamu mengenal gadis yang bernama Aninda Putri W, dia sekolah di xxxx" ucap Farhan.
"Ada apa dengannya Farhan" tanya Putri.
"Kamu mengenalnya" pancing Farhan.
"Iya aku mengenalnya. Apa yang terajadi padanya" balas Putri. Putri tidak pernah menyukai sifat sahabatnya yang satu ini.
"Lebih baik kalian datang ke rumah sakit tempat aku bekerja. Nanti aku akan jelaskan" ucapnya.
"Ok... kami akan pulang besok. Tolong jaga dia. Dia sangat berharga bagi kami" balas Putri.
Sambunganpun terputus...
"Ternyata benar yang aku pikirkan, mereka orang tuanya" batin Farhan.
Keesokan harinya, Putri dan Hansen datang menemui Farhan di ruangannya.
”Tolong jelaskan, apa tang terjadi padanya" ucap Hansen.
"Sebenarnya (mengalirlah cerita mengenai peristiwa tenggelamnya Aninda) seperti itu" balas Farhan.
"Apa dia baik-baik saja Farhan" tanya Putri.
"Ada hal yang ingin aku sampaikan, dia mengalami (mengalir cerita mengenai penyakit yang diderita Aninda). Sampai disini kalian paham, dengan situasi yang dialaminya" balas Farhan.
"Apa separah itu Farhan" tanya Hansen menitikkan air matanya disampingnya Putri sudah terisak-isak.
"Memangnya siapa dia" pancing Farhan.
"Dia anak kami, sebenarnya nama dia itu. Aninda Putri Wirasya" balas Hansen.
"Sudah aku duga. Dia mewarisi kecantikan Putri" ucap Farhan.
"Apa kami bisa bertemu dengannya" tanya Putri setelah tangisnya redah.
"Baiklah akan aku antarkan. Tenang dia berada di privat room" balas Farhan.
Sesampainya di sana, tangisan Putri pecah melihat kondisi putri semata wayangnya. Bibir pucat dengan mata panda yang menghiasi matanya, menambah kehancuran psikisnya.
"Aninda bagun sayang ini mama dan papa" lirih Putri.
Aninda pun membuka matanya, dia bingun dengan kondisi mamanya yang menangis haru di pelukan papanya.
"Mama kenapa menangis pa" tanyanya.
"Nggak apa-apa sayang, kami hanya merindukan kamu. Bagaimana kondisi kamu nak" balas Hansen.
"Aku baik-baik saja kok pa. Tapi aku bingung kok aku bisa ada di sini. Seingat aku kemarin di sekolah deh. Belajar sendirian di perpus" ucap Aninda.
"Eh...bangun-bangun aku sudah ada di ruangan ini. Aku kenapa pa" lanjutnya.
"Kamu hanya kelahan sayang, nggak usah dipikirkan" balas Hansen.
"Kapan aku pulang, bosen tahu disini terus. Aku sudah sehat kok. Lihat aku baik-baik saja. Apa lagi mama sama papa ada disini bersamaku" ucap Aninda.
"Dokter Farhan, boleh aku pulang sekarang" lanjutnya bertanya pada Farhan.
"Memangnya kamu sudah baikan, kalau iya kamu boleh pulang" balas Farhan.
"Udah dong dokter. Boleh pulang ya.. ya" rengeknya sambil menunjukkan wajahnya yang menggemaskan.
"Baiklah... kamu boleh pulang. Tapi habiskan dulu infusnya ya. Sore udah boleh pulang kok" balas Farhan.
"Oke deh dokter" ucap Aninda.
Dilain sisi...
"Sial dia masih hidup lagi. Susah banget sih, bunuh dia. Punya nyawa berapa sih anak mereka itu" batinnya.
Sejak pulang dari rumah sakit, Aninda bertingkah seperti biasanya. Tak ada yang berubah hanya saja dia melupakan peristiwa itu. Dan dunia seakan mendukungnya, tak ada yang membahas hal itu. Kan memang tak ada yang tahu, hanya ada satu orang yang menolongnya waktu itu. Bahkan sang sahabat pun tidak tahu mengenai hal itu, yang mereka tahu bahwa Aninda jatuh sakit karena kelelahan. Tapi ada yang aneh dengan sekolah itu, olahraga renangnya ditiadakan khusus bagi Aninda seorang. Klub renang memang masih ada, namun nama Aninda sudah tak terdaftar disana. Dan sahabatnya pun tak pernah bertanya, karena Aninda tidak mempermasalahkannya.
Back To
Awalnya sebelum kedatangan Aninda, juara pertama selalu dipegang oleh Diandra. Namun semuanya berubah setelah Aninda datang ke sekolah tersebut. Apa Diandra marah dan iri tentu saja tidak, kecewa ya hanya kecewa. Dan itu bukanlah penghalang untuk mereka bersahabat baik. Baiklah disini aku akan ceritakan sedikit tentang Diandra ya...

Bình Luận Sách (313)

  • avatar
    RintilAs

    baik

    5d

      0
  • avatar
    InnaMutmainna

    bagus

    7d

      0
  • avatar
    MlIkok

    bagus

    10d

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất