logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 2 Terbongkar

Persahabatan yang di mulai dengan kebohongan adalah kesalahan Aninda. Saat waktunya tiba semua akan terbongkar dengan sendirinya. Hanya ketulusan yang akan memaafkannya. Sehari sebelum UN diadakan kebohongan yang tersimpan begitu rapi kini tercium baunya.
"An... Jujur deh sama aku. Aku tahu kamu menutupi sesuatu dariku" tanya Diandra.
"Apaan sih Di, nggak ada kok" balas Aninda.
"Jujur kali An, aku tidak akan marah sama kamu. Sebenarnya kamu putri pak Wirasya kan" tanya Diandra.
"Aku... Aku... Iya aku putri pak Wirasya" aku Aninda.
"Kenapa kamu nggak jujur sama aku sih An" ucap Diandra.
"Aku ingin belajar dengan damai, aku nggak mau kejadian di sekolah lama ku terulang kembali di sini" ungkap Aninda berupa kebohongan.
"Memangnya apa yang terjadi, coba cerita sama aku" ucap Diandra.
"Maafkan aku Put, aku belum siap cerita sama kamu" ucap Aninda.
"Ya sudah, tidak apa-apa. Aku ngerti ini privasi kamu. Seandainya kamu tidak kuat memendamnya lagi. Aku siap jadi pendengar yang baik buat kamu" balas Diandra.
"Makasih ya Di, kamu udah ngertiin aku" ucap Aninda.
"Iya sama-sama" balas Diandra.
"Di, aku mau bicara. Tamat nanti aku mau masuk pesantren. Orang tuaku sudah setuju. Kamu mau ikut" tanya Aninda.
"Alhamdulillah, aku dukung niat baik kamu. Tapi maaf aku nggak bisa" balas Diandra .
"Nggak apa-apa, tapi kita tetap bisa komunikasikan??? Mungkin tidak ya, karena menurut cerita yang aku baca sih kehidupan pesantren dibatasi. Benar nggak sih Di" tanya Aninda.
"Enggak tahu juga An, jalanin aja dulu. Dan sebagai permintaan maafku, ini ada surat, kamu buka setelah kita tak bertemu lagi. Janji" ucap Diandra.
"Aku janji, ya sudah ayo kita pulang" putusnya.
Keduanya pun berpisah di depan gerbang sekolah. Sampainya di kediaman Wirasya Aninda langsung membaringkan tubuhnya di kamar, tak lama kemudian dia pun terlelap dengan nyamannya.
"Maafkan aku Di, aku belum mampu memberitahukan kepada kamu alasan yang sesungguhnya penyebab aku merahasiakan jati diriku selama ini. Tunggu saja Diandra, setelah aku mendaptakan keberanian itu. Kamu orang pertama yang akan aku beri tahu" batin Aninda.
Jam menunjukkan pukul 8 malam, namun Aninda tak juga bangun dari tidurnya. Putri sang mama datang membangungkannya.
Aninda ayo bangun, sudah waktunya makan malam ucapnya, sembari mengguncang tubuh Aninda.
Tak ada respon dari putrinya, hingga dia berpikir untuk menjailinya...
"Kamu ya...’tolong ada kebakaran, bangun cepat" teriaknya.
”Ah... mama...papa... tolong aku belum mau mati teriak Aninda sembari mengelilingi kamarnya. Tawa Putri pun pecah, melihat tingkah lucu anak semata wayangnya. Tersadar sudah dikerjai oleh sang mama Aninda pun memberenggut kesal.
"Ish... mama. Jahat banget sih sama aku" kesal Aninda.
"Abis kamu susah dibangunin sayang. Ndak ada cara lain lagi deh. Nggak usah ngambek begitu, buruan siap-siap. Setelah itu turun makan" balas Putri.
"Iya mama" ucap Aninda.
Setelah mamanya turun, dia pun langsung berbenah diri. Aninda memakai piyama bergambar hello kitty berlengan panjang jangan lupa dengan kerudung segitiga yang selalu dikenakannya. Setelah siap diapun turun ke meja makan...
"Malam mama... malam papa" sapa Aninda.
"Malam sayang" jawab keduanya.
"Ayo makan dulu nak, mama sudah masakin kamu udang asam manis dan sayur asem kesukaan kamu loh" pancing Putri.
"Wih... enak dong ma" sambung Hansen.
"Aku jadi tambah selera dong ma, aku ambil sendiri ya" ucap Aninda.
"Iya... papa mama yang ambilkan. Jangan cemberut gitu dong" balas Putri.
Putri pun mengambilkan makanan sang suami tercinta setelahnya untuk diri sendiri. Kemudian makan dengan tenang dan diam. Hanya suara dentingan sendok dan piring yang menemani makan ketiganya. Setelah menghabiskan makanannya, Aninda berpamitan kembali ke kamarnya di lantai 2.
"Alhamdulillah kenyang... aku ke atas dulu ya ma...pa" pamit Aninda.
"Iya nak... ingat jangan begadang. Besok kamu sudah ujian nasionalkan" balas Hansen.
"Iya pa... Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh" salam Aninda.
"Waalaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh" balas kedua orang tuanya.
Aninda pun kembali ke kamarnya, bukannya istirahat. Dia memilih belajar untuk persiapan ujian besok. Biarpun otaknya cerdas belajar tetaplah rutinitas baginya. Diapun belajar 2 jam lamanya. Jam menunjukkan pukul 22.00 diapun menyelesaikan belajarnya dan memutuskan untuk tidur. Tak butuh waktu lama diapun terlelap dengan nyaman dan damainya.
Matahari mulai menampakkan dirinya, cahaya kemerehan diufuk timurpun mulai terlihat. Aninda telah menyelesaikan ritual mandinya. Dengan pakaian tentu saja masih memakai pakaian rumah, karena sekolah masih belum buka di jam seperti ini. Allahu akbar, jadi buat apa dia bangun secepat ini. Tentu saja karena dia harus menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslimah. Kalian pasti tahulah, setelah kedatangan tamu bulanan apa yang akan dilakukan. Ya tentu saja, dia harus mensucikan dirinya itu. Pintu kamar di ketuk oleh sang mama...
"Sayang kamu sudah bangun belum" teriak Putri dibalik pintu.
"Sudah ma, ada apa ma. Apa yang dapat aku bantu" balasnya setelah pintu terbuka.
”Enggak ada kok sayang. Ya sudah mama ke bawah dulu, mau masak" ucap Putri.
"Baiklah ma" balas Aninda.
Putri pun melanjutkan rutinitasnya, memasak. Kali ini dia akan memasak nasi goreng dan telur dadar gulung. Simpel dan mengenyangkan pastinya. Setelah dirasa semuanya selesai, diapun menatanya di meja makan. Sembari menunggu kedatangan Putri dan suaminya.
Aninda turun lengkap dengan seragam sekolahnya, 5 menit setelahnya Hansen pun menghampiri keduanya.
"Makan dulu sayang" ucap Putri.
"Iya ma..." balas Aninda.
"Ma... kamu belum bersiap-siap ucap Hansen.
Emangnya kalian mau kemana pa" tanya Aninda.
"Kami ada perjalanan bisinis ke Jepang sayang, pukul 08:00 nanti pesawat take up" balas Hansen.
Pembicaraan ini setelah mereka sarapan ya.
"Aku berangkat ya ma... pa. Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh" pamit Aninda.
"Iya sayang hati-hati" balas Putri.
"Waalaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh" balas keduanya.
Diperjalanan ke sekolah, Aninda memikirkan orang tuanya. Ya karena dirinya mereka seperti ini. Demi mencukupi kebutuhannya, orang tuanya membanting tulang sekeras ini.
"Aku berjanji ma... aku janji pa. Aku akan membahagiakan kalian dimasa tua nanti. Tunggu saat itu tiba ya. Aku akan buat kalian bangga dengan prestasiku" batin Aninda
15 menit kemudian diapun tiba di depan gerbang sekolahnya. Namun tanpa dia sadari seseorang mengawasinya.
"Dia mirip sepertimu. Sangat cantik dan manis" batinnya.
O iya... Aninda berangkat menggunakan bus ya, bukan mobil sendiri. Sehingga teman-temannya beranggapan kalau dia gadis miskin dan hanya beruntung diterima sekolah elit ini.
Dia diterima karena beasiswa ya. Makanya bisa sekolah disini
Iya katanya begitu. Kalau bukan mana bisa dia sekolah disini
Masya Allah cantiknya, bidadari lewat woi
Cantik gue kali daripada dia
Sirik aja lu... cantikan dia kemana-mana. Iya nggak
Betul tuh
Kurang lebih seperti itu bisik-bisik yang didengarnya. Aninda masa bodo dengan hal itu. Asal mereka tak mengganggunya. Setelah tiba didepan kelas bertuliskan XI IPA 1 kelas unggulan sekolah itu. Diapun menyimpan tasnya dan mendudukkan pantatnya di kursi yang bertuliskan namanya. Ingatkan dengan pembicaraan orang tuanya, kalau hari UN akan berlangsung.
Tak lama kemudian Diandra pun tiba...

Bình Luận Sách (313)

  • avatar
    RintilAs

    baik

    5d

      0
  • avatar
    InnaMutmainna

    bagus

    7d

      0
  • avatar
    MlIkok

    bagus

    10d

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất