logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Part.2.

Hai semuanya.. Sekarang kita alur mundur dulu ya, inilah awal mula kisah cintaku..
sebelumnya perkenalkan namaku Mikea Alena. Orang-orang biasa memanggilku Alena. Saat ini aku adalah seorang gadis lulusan SMA dari Bekasi, Jawa Barat. Aku bermimpi untuk bisa melanjutkan ke perguruan tinggi. Tapi itu hanya mimpi. Dan mungkin selamanya hanya akan menjadi mimpi. Ayahku hanyalah seorang tukang ojek terminal, sedangkan ibuku hanya seorang buruh cuci. Disekolah aku pun bukanlah termasuk siswi berprestasi. Jadi untuk bisa mendapat beasiswa itu pun sangat minim kemungkinannya. Dari tahun ke tahun kehidupan keluarga kami ya begitu-begitulah. Rumah yang kami tumpangi adalah rumah tua warisan dari orangtua ayahku. Itupun semennnya sudah mulai rontok sana-sini. Lantainya mulai pecah dan bolong-bolong lalu di tambal lagi dengan semen.
Karena itu aku ingin merubah nasib keluargaku. Kebetulan aku bertemu seorang teman masa kecilku yang sekolahnya berbeda denganku dan sebenarnya sangat jarang juga bertemu dengannya. Kali ini secara kebetulan kami di pertemukan didalam angkot saat aku pulang dari pasar membantu ibu membeli keperluan dapur. Pertemuan yang jarang ini memberi sedikit celah bagiku. Irma nama temanku ini, dia memberi tahuku bahwa bulan depan ia akan pergi ke Taiwan menjadi TKW disana.
Sepertinya aku tertarik dengan cerita Irma mengenai pekerjaan dan upah gaji yang di berikan disana. Lumayan sepertinya bisa membantu merubah nasib keluargaku. Irma sebenarnya belum selesai memberikan cerita tentang orang-orang yang pernah bekerja diluar negri sebagai TKW/TKI dengan keberhasilan mereka ketika pulang kampung. Tapi Irma sudah hampir sampai di rumahnya dan angkot yang kami tumpangi akan segera berhenti. Tak ku lewatkan kesempatan, aku segera meminta no.hp Irma.
Sesampai di rumah aku segera membereskan barang belanjaan ku tadi. Ku buka gawaiku. Ku coba menghubungi Irma lewat pesan WA. Irma menjelaskan secara detail pada ku tentang bagai mana caranya juga persyaratan yang harus ada. Seminggu setelah pertemuanku dengan Irma tekadku semakin bulat untuk pergi merantau ke luar negri untuk merubah nasib keluarga ku. Seperti kata Irma mumpung kita masih lajang belum punya ikatan pernikahan jadi harus kita gunakan sebaik mungkin untuk membalas jasa orang tua. Negara tujuan yang kupilih bukanlah Taiwan melainkan Hongkong. Tapi ini masih sebatas rencana ku sendiri. Kedua orang tuaku belum aku kasih tau tentang rencana ini. Malam ini aku akan memberi tahu rencana ku ini kepada ayah dan ibu ku.
"Alena, adik mu Aziz dan Wirda mana?" Tanya ibu setelah sholat magrib.
"Dua-duanya udah berangkat ngaji bu." Jawabku dari dalam kamar.
Aku keluar kamar kulihat ayah baru saja menggantungkan peci nya di puku yang nempel didinding. Ayah juga baru selesai sholat.
"Adik-adikmu berangkat ngaji, tadi sudah makan apa belum Len?" Tanya ayah padaku.
"Belum yah. Aziz dan Wirda belum lapar katanya tadi."
"Owh.. ya sudah sana kamu siapin makan malam untuk kita bertiga ibumu." Pinta ayah.
"Iya yah." Jawabku.
Aku kedapur dan menyiapkan makan malam untuk aku, ibu dan ayahku. Kedua adikku nanti saja sepulang mereka dari ngaji.
"Emmm, ini tempe gorengnya enak, sayur asem nya juga seger, tapi sambel nya kepedasan ini. Apa kamu yang masak semua ini Len?" Tanya ayah.
"Iya, yah Alena yang masak." Ibu menjawab pertanyaan ayah sebelum aku sempat menjawabnya.
Sementara aku hanya diam saja. Nasi, lauk dan sayur yang ku makan tak terasa begitu nikmat bagiku. Karena pikiran ku sedang melayang mencari-cari kata yang pas untuk meminta izin kepada kedua orang tuaku. Setelah selesai makan malam dan mencuci piring, aku kembali ke ruang tengah disana ada ayah dan ibu sedang menonton tv. Aku duduk di karpet bersama ibu sambil menikmati pisang goreng yang sudah mulai dingin. Sementara ayah duduk di kursi sambil menyeruput kopinya.
"Ibu, ayah. Alena mau ngomong sesuatu." Sejenak aku terdiam dan melirik kearah keduanya.
"Mau ngomong apa Alena?" Tanya ayah.
"Alena pengen kerja keluar negri yah, Bu."
"Keluar negri gimana Aini? Ikut siapa nak?" Tanya ibu dengan nada khawatir.
"Iya Bu keluar negri jadi TKW. Kemaren Alena ketemu Irma. Dan Irma katanya mau pergi keluar negri jadi TKW. Irma udah ngasih tau tempat PT. Penyalur tenaga kerjanya Bu. Dan katanya Irma juga kenal dengan sponsornya." Jelasku pada ayah dan ibu.
"Tapi apa PT. Penyalur tenaga kerja itu bisa di percaya dan apa mereka bisa bertanggung jawab nantinya Len?" Tanya ayah.
"Insyaallah bisa yah. Kata Irma sudah banyak orang-orang yang sukses jadi TKW dan TKI yang di salurkan oleh PT itu yah. Lagian niat Alena tulus kok yah untuk bisa merubah nasib keluarga kita. Untuk ayah dan ibu, untuk adik-adik juga.
Perbincangan kami malam itu berlangsung lumayan lama. Ayah dan ibu awalnya merasa keberatan. Tapi setelah lama aku berhasil juga merayu mereka. Dan merekapun merestui aku pergi. Keesokan harinya aku menghubungi Irma. Dan kami melengkapi persyaratannya.
"Kamu yakin Alena mau pergi keluar negri?" Tanya Irma.
"Kok kamu tanya begitu Ir?"
" Ya nggak. Aku kira kamu nggak tertarik kerja begituan."
"Yang penting halal Ir."
"Tapi kamu nanti nggak bakal nyesel kan?"
"Iya, nggak bakal Irma. Memangnya kenapa sih kok kamu kayak nggak percaya gitu sama aku?"
"Oh .. Aku cuma pengen mastiin aja Len. Apa kamu sanggup menanggung segala resikonya nanti. Kita kerja jauh dari orang tua, keluarga, dan kerabat lho."
"Iya Ir, tekad ku memang sudah fullll...hehe."
" Ih.. kamu ini kok malah bercanda sih Len."
"Aku serius Ir, aku nggak becanda."
Akhirnya pada hari yang sudah di tentukan aku dan Irma pergi ke penampungan.
***
Selama dua bulan aku di penampungan akhirnya aku mendapatkan kesempatan interview dari calon majikanku. Satu minggu setelah interview akhirnya aku diterbangkan ke negara tujuanku yaitu Hongkong. Aku bersama beberapa temanku dari penampungan dengan negara tujuan yang sama di berangkatkan menuju bandara Soekarno -Hatta Jakarta.
"Nanti kalau sudah sampai di tempat majikan kita masing-masing kita jangan lupa saling kasih kabar ya." Kata Sulastri kawan ku sepenampungan. Sulastri ini kawan ku yang berasal dari Palembang.
"Iya, jangan lupa ya. Susah senangnya kita harus saling kasih kabar." Jawab Sri lawan ku yang berasal dari Jawa barat.
Pagi itu aku, Sulastri, Sri, Melly, dan juga Vanes diterbangkan ke Hongkong tepat pukul 7.30WIB. Semakin tinggi pesawat terbang diawan semakin tak menentu juga rasa hatiku. Ada rasa takut, khawatir, sedih karena akan menghadapi segalanya sendiri karena jauh dari orang tua. Juga ada rasa senang karena cepat mendapatkan majikan, dan rasa penasaran seperti apa pekerjaan ku nanti, majikan ku, dan juga masih banyak lagi rasa lain yang hadir menyelimuti pukiranku. Setelah menempuh penerbangan selama lebih kurang enam jam kami pun sampai di Hong Kong Internasional Air Port Chek Lap Kok Air Port. Disana kami sudah di tunggu oleh pihak Agen kami. Agen kami langsung membawa kami untuk Madical Cek Up di salah satu Clinik yang tidak jauh dari bandara tersebut.
Halo kota Pearl of the Orient (mutiara dari timur) negara yang konon katanya sangat berharga di Asia. Ini aku datang menemui mu membawa sejuta harapan untuk masa depanku dan keluarga yang aku tinggalkan nun jauh di antah berantah sana. Kusapa kau dalam anganku dan sambutlah kedatanganku dengan keramahanmu. Aku melangkah pasti dengan senyum yang mengembang keluar dari ruangan medikal itu menuju kawan-kawan ku yang sudah menunggu. Orang-orang bermata sipit dengan kulit yang kuning Langsat terang tak jauh berbeda denganku berlalu lalang di sekitaran klinik itu.
Sore itu juga hasil lab dari medical cek up itu sendiri sudah keluar. Kami dibawa ke penampungan Agen kami di Victoria City. Dan keesokan harinya sekitar Pukul 10 waktu setempat aku di jemput majikanku.
Bersambung..

Bình Luận Sách (211)

  • avatar
    WawaRose

    nice

    2d

      0
  • avatar
    HbdBosMeng

    good

    13d

      0
  • avatar
    Nafry

    baguss

    25/08

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất