Kamu tahu hujan? Hujan adalah air yang turun dari langit. Akan tetapi, bukan itu yang aku maksud. Hujan yang aku maksud adalah kebahagiaan karena kehadirannya dalam hidupku.  Saat itu dia hadir bersama hujan menemani sepiku, dan menghapus segala lara yang aku rasa. Mengobati segala rindu yang tumbuh liar di hidupku. Bersama hujan aku dipertemukan dengannya, dan aku sangat bahagia. Setelah hari itu aku pun tersadar bahwa aku jatuh cinta dengannya. Apakah ini yang disebut cinta pada pandangan pertama? Entahlah tapi yang pasti aku bahagia di atas ribuan duri.
Berkat kehadirannya dalam hidupku. Aku telah merasakan rasa yang belum pernah aku rasakan sama sekali. Rasa yang tumbuh tanpa perlu ditanam. Rasa yang membuat jantungku berdegup kencang tak tahu malu. Rasa yang menuntun langkahku selalu melangkah mengikuti jejaknya, dan mata sama sekali tidak bisa berpaling dari mahluk yang nyaris sempurna, sepertinya.
O iya, namaku Riyana panggil saja Ana, aku siswi dari SMAN 1 Jakarta, aku duduk di bangku XIIA5, umurku 17 tahun. Menjalani kehidupan di Jakarta sangat bebas dan keras bagiku. Keras untuk menjalani sisa kehidupan dengan kondisi ekonomi yang papasan tentu saja sangat berbeda dengan mereka semua para anak sultan, dan kerasnya takdir yang menimpaku atas semua caci maki yang perlahan menusuk batinku.
Terkadang aku mengeluh kepada_Nya mengapa Tuhan menciptakanku dengan fisik yang tidak sempurna sangat berbeda dengan mereka. Tapi, aku selalu bersyukur karena aku masih bisa berlari, dan berjalan meskipun mereka tertawa ketika melihatku berjalan.
Bagaimana mereka tidak tertawa?  Gayaku berjalan saja, seperti kurcaci dalam dongeng Snow White, tapi aku benar-benar ada di dunia bukan hanya sekedar dongeng atau cerita fiksi lainnya. Ya, semua ini terjadi karena faktor genetik dari Ayahku, namanya Sukarjan asli dari Jawa Tengah kota Blora, tinggal di desa Plumbon. Meskipun ia tidak sempurna akan tetapi aku bangga dengannya, karena dia yang selalu merawatku sejak kecil bersama dengan nenek.
Sejak kecil ibuku sudah dipanggil Sang Pencipta. Menyisahkan kakakku, dan aku. Ayahlah yang selalu merawatku dari aku umur lima tahun hingga saat ini.  Aku bahagia masih mempunyai keluarga kecil yang sederhana. Keluarga kecil yang selalu menguatkanku, mendukungku dimana pun aku berada.
Saat ini aku tinggal di asrama sekolah dengan gratis karena aku mendapatkan beasiswa hingga lulus. Di tengah kehidupanku yang malang ini dia hadir membawa sejuta warna dan, cerita dalam hidupku. Dia adalah Andi satu-satunya lelaki yang selalu ada untukku dan menyarankan semua yang terbaik untukku.
Dia yang selalu mendukungku untuk menulis sebuah karya sastra tentu saja karena aku selalu punya mimpi untuk menjadi seorang penulis mahir. Satu hal yang membuatku menyerah untuk mempublikasikan cerita di platform tertentu adalah soal cover. Ya, karena aku tidak mempunyai skill apa pun.
Justru karena aku tidak bisa membuat cover untuk ceritaku sendiri ini malah menjadi sebuah ladang kesempatan untukku mendekat ke arahnya. Aku selalu bertanya kepadanya dengan tujuan tidak hanya untuk diajari bagaimana membuat cover yang menarik, tetapi juga untuk mendengarkan senandung lembut yang berhasil mencuri hati sang kerdil.
Tidak hanya di sekolah aku bertanya. Di tengah heningnya malam pun sudah menjadi kebiasaanku untuk menganggunya bermain game online.
Pernah suatu hari aku mengirimkan pesan untuknya.
Andi
Ana : Could you help me, please?
Tidak ada angin, dan hujan tiba-tiba aku meminta bantuan kepada insan yang selalu mendekati sempurna itu. Namun, sudah berjam-jam dia tidak membalas pesanku. Dibacanya saja tidak.
Tapi aku selalu mempunyai keyakinan dia hanya sibuk dengan game onlinenya bukan yang lain. Sudah menjadi kebiasaannya bermain game online hingga larut malam. Wajarlah cowok jaman sekarang ini gila dengan game.
Satu hal yang selalu membuatku terkagum-kagum padanya. Dia bukan hanya sekedar tampan, dan baik. Dia lebih dari itu. Dia sangat genius selalu menjadi juara kelas, dan mendapatkan pararel utama. Lebih hebatnya dia menjadi juara satu dalam lomba OSN dalam bidang fisika. Fiks, dia memang nyaris sempurna.
Malam apakah kautidak bisa menghentikan dia agar sehari saja tidak sibuk dengan game onlinenya? Dan bintang bolehkah aku memintamu agar selalu menjaganya. Aku sangat mencintainya, sangat mencintainya.
Dia hanya ada satu di dunia ini aku ingin selalu bersamanya. Tuhan, jika kelak dia bukan milikku tolong jangan jauhkan aku darinya. Aku telah berjanji kepada diriku sendiri bahwa aku akan selalu mencintainya tak perduli dia akan menjadi milik wanita lain yang jauh lebih sempurna.
Klunting
Notif khusus yang aku setel berbunyi. Mendengar notif pesan khusus dari ponselku saja jantungku sudah tidak normal lagi. Berdegup kencang tak tahu malu. Rasanya sangat bahagia hingga aku tidak bisa menjelaskan kebahagiaanku ini dengan hanya serangkaian kata.
Andi : Ada apa, Ana? Do you miss me?
Aku hanya fokus dengan kalimat, "Do you miss, me?" Jantungku makin berdetak kencang bahkan bisa-bisa meledak. Iya, aku sangat merindukanmu. Sangat rindu. Tapi, bolehkan aku mengatakan yang sejujurnya? Mungkin semesta lebih mendukung jika aku harus berbohong tidak akan mengatakan yang sebenarnya.
Ana : Ajari saya membuat cover, Andi. Saya memang suka menulis, tapi kalau soal cover saya bisa apa?
Andi : Besok temui saya di taman sekolah!
Ana : Baik.
Andi : Jangan lupa ya. Saya tunggu sebelum matahari terbit.
Ana : Sepagi itu?
Tidak seperti biasanya dia mengajakku duduk berdua di taman di waktu dini hari. Aku sih senang saja asal bersama dia.
Andi : Iya. Kenapa? Kamu bangunnya siang ya? Tenang nanti saya bangunin. Sampai bertemu besok ya. Nanti kalau saya jelaskan sekarang sampai pagi pun tidak akan selesai karena saya ingin bicara panjang denganmu. Sana tidur! Sudah larut malam. Semoga mimpi indah.
Ana : Baik, Andi. Semoga mimpi indah juga.
Kami terbiasa chating dengan bahasa yang formal padahal kan kami ini sebaya. Tapi itulah Andi, dan aku. Saya lebih indah daripada aku.