"Hallo, Bima. Kamu cepat pulang sekarang ya ada yang sangat penting." Ibu Ina tengah menghubungi Bima yang masih ada di kantor.
"Ada apa memang Bu? Bima sedang sibuk ini. nanti saja ya, kalau Bima sudah pulang kerumah kita Bicarakan ada masalah apa. " tanpa menunggu jawaban Ibu Ina, Bima langsung menutup sambungan telfon secara sepihak.
"Iihhh.. Menyebalkan Bima ini, gak tahu apa Ibunya sedang ketakutan seperti ini, " geram Ibu Ina, dia mengingat kata-kata Fani yang memberitahu kalau bukan dia pelakunya tidak usah melarang-larang.
"Apa jangan-jangan Fani sudah tahu kalau aku pelaku penabrakan kedua orang tuanya, kalau benar begitu gawat, ini tidak bisa di biarkan, aku tidak mau sampai masuk penjara, " gumam Ibu Ina membantin.
🎍🎍🎍🎍
Fani baru sampai di rumah mendiang orang tuanya, dia pulang kesana menggunakan mobil Ibu Ina waktu mengalami kecelakaan waktu itu, nampak Paman dan Bibinya tengah duduk santai di depan teras rumah, setelah memarkirkan mobilnya Fani gegas keluar.
"Paman, Bibi." sapa Fani sambil menyalami pinggung tangan adik dari mendiang ayahnya itu dengan sopan.
"Kamu itu pakai mobil siapa Nak? " tanya Bibi
"Itu mobil pelaku penabrakan Papah sama Mamah, Bi. mobilnya di umpetin ke salah satu bengkel tapi ternyata pemilik bengkelnya yang memberitahu semua, Fani kesini ingin menunjukkan ini semua ke Paman." Fani menyerahkan semua bukti-bukti yang dia dapat, termasuk dokumen yang Fani temukan di berangkas Bima.
"Kamu dapatkan semua bukti ini dari siapa Fan.. apa kamu menyari bukti ini sendiri? " tanya Paman penasaran.
"Iya Paman.. " lalu Fani menceritakan apa yang dia lakukan untuk mendapatkan semua bukti itu, bukti yang paling kuat adalah rekaman percakapan antara Fani dan Candra di bengkel tempo hari.
"Terus rencana kamu selanjutnya apa Nak, semua bukti sudah kamu kantongi tunggu apa lagi langsung saja bawa kasus ini kembali ke kantor polisi, " usul Bibi memberitahu Fani.
"Tidak semudah itu Bi, mereka harus menderita dulu, selama delapan bulan aku menikah dengan Bima sepeser pun tidak pernah di kasih uang oleh dia, yang ada aku hanya di jadikan Babu bagi mereka di suruh ini itu, tanpa memikirkan aku cape tidak atau lapar tidak, mereka tidak pernah peduli sedikit pun, Fani ingin mereka menderita sebelum masuk ke penjara," Fani bercerita memberitahu semuanya kepada Paman dan Bibinya.
Mendengar cerita Fani barusan mereka berdua kaget bukan main, ternyata selama ini keponakannya di buat menderita oleh orang yang katanya suaminya, pantas saja selama ini Fani sangat sulit di hubungi, ternyata ini alasannya.
"Terus rencana kamu apa ?" tanya Paman.
"Ini sertifikat rumah Ibu Ina dan tanda tangan yang sudah Fani tiru, Fani mau Paman bagaimana pun caranya mengalih namakan rumah itu atas nama Fani, begitu juga dengan dokumen saham milik Bima menjadi atas nama Fani, Paman paham kan maksud Fani ?"
"Paham sekali Fan.. Hanya dalam waktu singkat sudah di pastikan semua harta benda mereka akan menjadi milik kamu, " ujar Paman, sambil tersenyum, bangga akan rencana keponakannya.
"Terus mobil ini bagaimana, kalau tiba-tiba Fani membawa mobil ini kerumah, Bibi yakin Ibu Ina akan curiga sebab semua masih belum di gantikan Fan ? Hanya memperbaiki body mobil dan mesinnya saja. "
"Fani tahu itu Bi, makanya Fani membawa mobil ini kesini untuk sementara di simpan di sini, siapa tahu nanti di butuhkan untuk barang bukti. "
Setelah selesai membahas semua rencana Fani untuk membalas dendam atas kematian kedua orang tuanya, kini mereka terlibat obrolan santai, dan di sambung dengan makan siang bersama, Fani juga sempat tidur siang di kamarnya dulu hal yang sudah tidak pernah dia rasakan selama menikah dengan Bima.
Fani pulang kerumah mertuanya mendekati waktu makan malam, karna paksanaan dari pamannya akhirnya Fani mau membawa mobil pamannya untuk kendaraan dia , sesampainya di rumah, nampak Ibu Ina, Bima dan juga Mila tengah berdiri di depan menunggu kedatangan dia.
🥀🥀🥀🥀