logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 6 Apalagi?

Tiga taun berlalu, kini gadis kecil itu duduk di bangku kelas satu SMP favorit di lingkungan nya. Awalnya semua baik-baik saja, tapi ini lebih menyakitkan. Karena kejujurannya, gadis kecil itu mendapatkan perlakuan buruk oleh beberapa temannya, pria yang bernama Andri membuat gadis kecil itu selalu menahan sesak.
Pembullyan ini tidak cukup mengerikan seperti di sekolah dasarnya dulu.
"Assalamualaikum, selamat datang di SMPN Gandara. Apa kalian sudah akrab dengan teman sebangkunya?" tanya Bu guru matematika.
"Waalaikumussalam, sudah Bu." jawab serentak murid diruang kelas itu.
"Baik, jika sudah. Mari kita belajar tapi akan ibu absen dulu." ucap Bu guru matematika.
"Andika." turut Bu guru matematika melihat kearah murid yang meng-angkat tangan nya.
"Hadir Bu," meng-angkat tangannya dengan penuh keberanian.
"Artiuma, nama yang bagus unik." ucap Bu guru matematika dan kembali mencari seseorang yang berdiri.
"Hadir Bu," gadis kecil itu berdiri dan menundukkan kepalanya.
Hal itu kembali dilakukan berulang kali oleh Bu guru matematika, sampai di nama terakhir, absen pun selesai. Lalu Bu guru matematika memberi materi bagi kurung untuk mengingatkan murid-murid nya saat belajar di sekolah dasar masing-masing. Kemudian Bu guru matematika memberi 5 tugas bagi kurung untuk dikerjakan oleh para murid diruangan itu.
Bu guru matematika yang memiliki bola mata lentik, dan lipstik merah darah, senyuman yang membuat hati semua murid ambigu, karena biasanya setelah memberi senyuman mematikan itu beliau selalu memberikan kabar buruk lebih dari kabar duka kematian. Yakni ulangan matematika, atau memanggil beberapa nama untuk kedepan mengerjakan soal yang tertera di papan tulis kelas.
"Andri kemari." Bu guru memanggil sembari tersenyum.
"Masalah." cetus Andri lalu berdiri dan berjalan, mengambil spidol di meja Bu guru matematika.
"Silahkan isi no yang mana saja bebas," perintah Bu guru matematika kepada Andri.
"Iya Bu," Andri menjawab soal no 2 karena menurutnya itu sangat mudah.
"Baik, silahkan duduk ketempat." perintah Bu guru matematika kepada Andri.
"Sekarang tanggal berapa?" tanya Bu guru matematika yang sedang menjebak semua murid diruangan kelas itu.
"15 Bu," serentak menjawab pertanyaan Bu guru matematika itu.
"Silahkan, Maya kedepan, lakukan seperti apa yang Andri tadi lakukan." perintah Bu guru matematika kepada Maya.
"Iya Bu," Maya berdiri mendekati meja Bu guru matematika itu dan mengambil spidol disana, lalu mendekati papan tulis dan menjawab soal no 1 di papan tulis.
"Baik, silahkan kembali ketempat." perintah Bu guru matematika kepada Maya.
"Sekarang hari apa?" tanya Bu guru matematika kepada murid-muridnya yang ada diruang kelas itu.
"Selasa Bu." serentak kembali mereka menjawab.
"Selasa itu hari ke dua di setiap Minggu nya, Artiuma kedepan," perintah Bu guru matematika kepada gadis kecil itu.
Gadis kecil itu berdiri, lalu berjalan mengambil spidol dan mengisi soal no 3 di papan tulis kelas.
"Baik, silahkan duduk kembali ditempat." perintah Bu guru matematika kepada gadis kecil itu.
"Iya Bu," ucap gadis kecil itu lalu pergi ke bangku nya.
"Ibu hanya akan menjelaskan 3 soal disini, sisanya kalian kerjakan sendiri sebagai PR, dan tambahkan 3 soal dihalaman 5 buku paket ya." perintah Bu guru matematika kepada murid-muridnya diruangan kelas itu.
"Siap Bu," ucap ketua kelas diruangan itu.
"Ar, ayo ke kantin." Maya mengajak gadis kecil itu dan menggandeng tangan Dila.
"Ayo," Gadis kecil itu menggandeng tangan kedua temannya.
'Aku tidak tau apa yang akan terjadi selanjutnya, tapi sepertinya hal ini tidak terlalu rumit dan menyakitkan, mungkin 6 tahun lalu adalah penutup kehidupan kelam ku'
-artiuma-
"Ar, tau ga disini ciloknya enak loh. Katanya sih," Maya mengajak Artium ketempat Mang Duleh tukang cilok.
"May kan baru katanya, udah mending beli cimol kaya biasanya." ajak Dila.
"Ih Dil, cimol itu terbuat dari Aci, kamu mau nambah gendut?" tanya Maya lalu menengok kepada gadis kecil itu.
"Tapi bukannya cilok juga terbuat dari Aci May?" cetus gadis kecil itu membuat Dila tersenyum lebar karena membelanya.
"Ah terserah. Aku mau beli cilok, kalian mau beli apa?" tanya Maya kepada Dila dan gadis kecil itu.
"Kita ngikut aja." ucap Dila lalu berjalan membeli cilok mang Duleh.
Langkah Maya terhenti karena menangkap sosok pria ber jas biru dengan aksesoris jam tangan hitam melingkar ditangan kirinya. langkah Dila dan gadis kecil itu pun sama terhenti saling bertatap kebingungan melihat temannya sedak dimabuk asrama eh asmara.
"May, jadi beli cilok ga?" cetus Dila sembari emnyenggol tubuh Maya, membuat ia tersadarkan diri.
"Oh, e-eiya ayo." ucap Maya mereka sampai ditukang cilok.
"nuhun mang." ucap pria yang masih ditatap oleh Maya, pria berjas biru itu tersenyum kepada Maya, Dila dan gadis kecil itu.
"Ka Putra, ternyata jodoh nggak akan kemana." cetus Maya sembari memberi bumbu kecap ke plastik ciloknya.
"Baru aja SMP, jodah jodoh jodah jodoh mulu." cetus Dila sembari memberi sedikit bumbu cabe ke plastik Maya karena ia tidak pokus pada ciloknya, Maya masih pokus kepada langkah kaki pria yang ia sebut ka Putra itu.
"sstt." Dila mengisyaratkan agar gadis kecil itu tidak memberi tahu Maya tentang kejadian tadi, gadis kecil itu hanya terkekeh dan memberikan Dila acungan jempol.
mereka duduk dikoridor kelas yang berhadapan dengan lapangan upacara, mata gadis kecil itu tertuju pada pria yang sedang bermain basket dengan beberpaa gaya andalannya. Karena belum pernah ia melihat pria se aktif ini di sekolah dasar nya. Sementara Dila dan Maya melihat dua pria berjas biru sedang berbicara.
"Yang pake gelang item itu yang tadi, itu ka Putra namanya, jangan diambil punyaku." cetus Maya mengingatkan agar Dila tidak menyukai pria incarannya.
"Punya ibu bapaknya lah gila, terus itu yang satu lagi siapa?" cetus Dila sembari mengunyah cilok miliknya.
"Gak tau, taunya ka Putra doang." cetus Maya.
"May kan kita baru seminggu disini, ko kamu bisa kenal anak osis itu?" tanya gadis kecil itu kepada Maya karena merasa kebingungan.
"Dia yang bawa aku ke UKS karena pingsan pas upacara pertama dilapang ini Ar." ucap Maya sembari terus menatapi gerak gerik pria incarannya itu.
"Emang yang pingsan bisa tau dia pingsan ya May?" tanya gadis kecil itu terkekeh pelan.
"Gak tau mungkin ikatan batin antara aku sama ka Putra terlalu kuat, jadi kaya gini." ucap Maya mengunyah ciloknya.
dua pria anak osis itu berjalan mendekati mereka bertiga, karena terkejut Maya pun tersedak terus menerus. Dila dan gadis kecil itu menyodorkan minuman kemasan gelas miliknya kepada Maya, tapi Maya menerima Botol minum yang disodorkan oleh tangan ka Putra.
"M-makasih ka," Maya mengambil botol dari pria incarannya.
"Eumm, giliran yang nyodorin nya cowok langsung diterima." cetus Dila.

Bình Luận Sách (139)

  • avatar
    NurNur mujizatin

    baguss👍🏻👍🏻

    18d

      0
  • avatar
    RiadyAgung

    Good

    24d

      0
  • avatar
    IshaqMaulana

    bagus video nya

    15/08

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất