logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 7 Jangan Menyentuhku!!!

‘Darel’
‘Aduh, kenapa Darel bisa ke sini sih’, batinnya. Kemudian, ia menghampiri Darel dengan hati-hati.
“Kenapa kamu bisa tahu alamat rumah ini?” tanyanya.
“Bukannya disuruh masuk malah tanya kenapa!” ucap Darel karena kesal.
“Oh iya masuk dulu!”
Thalia mengajaknya masuk ke rumah Elin, tapi ia bingung mengapa Darel bisa tahu rumah ini. Thalia pun mempersilakan Darel duduk dan membawakan minum padanya.
Mendengar suara pintu terbuka Elin langsung bergegas menemuinya.
‘Itu pasti Thalia, aduh kalau ketahuan mampus aku,’ batin Elin waswas.
***
“Hei, Darel!... kamu belum menjawab pertanyaanku, kenapa kamu bisa tahu alamat ini?” tanya Thalia serius.
“Kan, kamu yang memberitahuku!” ucap Darel sebal.
“Sejak kapan aku memberitahumu?”
“Tadi, aku menanyakan alamatmu melalui pesan, bukannya kau membalasnya? Kamu ini amnesia atau gimana?!”
“Hey aku ini gak bawa Hp tau gara-gara El ....” Thalia menghentikan ucapanya saai ia teringat sesuatu.
‘Elinnn! ini pasti ulahmu! Awas aja kamu!’ Geram batin Thalia.
“Kenapa?” tanya Darel.
“Ah, tidak-tidak, maksudku ... i ... iya, sepertinya aku lupa, hehehe,” ucap Thalia sambil menyengirkan giginya. Tapi, hati Thalia berkata lain. ‘Awas kau Elin! aku akan membuat perhitungan denganmu!’
Elin menghampiri Thalia dengan wajah polos dan rasa tak bersalahnya. Ia sempat terkejut saat melihat Darel ada di rumahnya.
“Oh ada, Da ... Dar.” Elin mengingat-ingat nama Darel.
“Nama aku Darel, bukan dadar! Kamu pikir aku ini dadar telor!” gerutu Darel.
“Eh maaf, aku lupa.”
Thalia menatap Elin dengan kesal.
“Oh iya kenapa kamu ke sini, Rel?” tanya Thalia.
“Ini,”-Darel memberikan serantang makanan kepada Thalia-“Omah menyuruhku memberikan itu ke kamu.”
“Omah sangat perhatian sekali, padahal aku sudah pindah dari rumahnya, terima kasih ya,” ujar Thalia.
“Kebetulan juga aku lapar,” Thalia berpura-pura berkata seperti itu untuk menghargai pemberian Omah.
Melihat ada makanan, dengan cepat Elin merampas makanan itu, walau kena omel Thalia, Elin Tak peduli dengan perkataannya, ia hanya tersenyum-senyum memandang rantang yang sedang dipeluknya. ‘Aku tak peduli yang penting ada makanan gratis,’ pikirnya.
“Duh, maaf kan kelakuan sahabatku ini yang sangat beretika ini ya Rel,” ucap Thalia.
“Kamu ini sedang memujiku atau meledekku?!” Elin mengerucutkan bibirnya.
Darel terkekeh melihat kelakuan konyol mereka.
“Oh iya Thalia, papamu mana?” tanya Darel dengan melirik sekitar.
Thalia bingung harus jawab apa, karena ia tinggal di rumah Elin, bukan di rumah papanya.
“Em—, sebenarnya ini rumah Elin ... setelah pulang ke rumah papa ... aku langsung pergi ke sini buat ... menginap, karena Elin yang memaksaku, dia sangat merindukanku. YA KAN ELIN?!” ucap Thalia dengan terbata-bata sambil mengedip-ngedipkan mata ke arah Elin karena ia merasa sedang berbohong.
Tapi, Elin yang tidak mengerti dengan apa yang Thalia maksud, hanya bisa menautkan alisnya. ia pun berucap dengan polosnya. “Mata kamu kenapa ta?”
‘Dasar oon tingkat dewa!’ Kesal Thalia dalam hati.
“Aku gak apa-apa, cuma kelilipan!” ujarnya dengan nada kesal.
Elin membulatkan bibirnya lalu pergi ke dapur untuk menyimpan rantang, Elin sangat beruntung karena ia bisa lolos dari Thalia. Setelah menaruh rantang, Elin bergerak cepat pergi ke kamarnya.
“Jadi, ini rumah temanmu yang tadi?” tanya Darel sambil melihat sekeliling.
“Iya, hehehe.”
“Oh iya, kenapa kamu baru pulang?”
“Um ... aku ... tadi, ada sedikit urusan, hehehe,” ujar Thalia dengan menggaruk-garuk kepala.
“Ohh begitu. Ya sudah, karena tugasku dari Omah sudah selesai, sekarang aku pulang dulu ya, kamu besok jadi kan ke rumahku?”
‘Aduh aku lupa, aku sudah janji dengannya malam tadi, sedangkan besok aku harus bekerja, untungnya besok sekolah libur,’ batin Thalia.
“Jadi gak besok? Kalau jadi, aku bisa memberitahu Omah.”
“Besok pagi, aku pasti akan ke rumah Omah kok .... Ajak Elin sekalian boleh ya!”
Darel pun menganggukan kepalanya.
“Oke, kalau begitu titip salam buat Omah ya!.”
“Ya, aku pamit dulu, sampai bertemu besok!” ucap Darel kemudian ia pergi meninggalkan rumah itu.
***
‘Anak itu! Aku harus buat perhitungan dengannya!’ Thalia bergegas pergi ke kamar Elin.
“ELIN—! Buka pintunya!” teriak Thalia, karena ia ingat saat pagi tadi, Elin yang meminjam ponselnya.
Elin yang sedang sibuk memainkan ponsel Thalia seketika terkejut karena Thalia meneriakinya. Ia pun menyembunyikan dirinya di balik pintu, karena ia takut dirinya pasti akan diceramahi Thalia.
‘Aku harus bagaimana ni .... Aduuuuh— Gimana ini! ... Ampun de kah,’ gusar batinnya. ‘Oh iya!’
“Aku tahu kamu ada di dalam, buka pintunya atau aku yang dobrak!” teriak Thalia.
“Hoammm,”-Elin keluar dengan mengucek-ngucek matanya, ia bepura-pura seperti bangun tidur agar tidak dimarahi Thalia-“ada apa sih Thalia, kamu berisik sekali!”
“Hoam hoam, jangan pura-pura kamu! Aku tau! Pasti kau kan, yang membalas chat dari Darel!”
“Kau menuduhku!” Elin pura-pura sewot.
“Kalau bukan kau siapa lagi yang suka menjahiliku seperti ini!" Thalia memasang wajah datar.
“ehmmm ... ehmmm ....” Elin menggigit bibir bawahnya.
“Heh, ya sudahlah! Aku juga tau itu pasti kamu!” ucapnya walaupun Thalia masih sedikit kesal dengan kelakuan elin.
“Kembalikan handphoneku!”
Elin memberikan handphone Thalia dengan gugup. “Kamu marah ya, Ta ....”
Thalia diam tak berucap sepah kata pun sambil menatap Elin dengan wajah datarnya.
“Ta! ... Tata!”
“Sekarang aku tidak akan marah-marah! Karena suasana hatiku sedang bagus.” Thalia kembali ceria lalu ia masuk ke dalam kamar dan menghempaskan tubuhnya di ranjang empuk.
Thalia tersenyum sambil melihat atap kamar, ia sangat senang karena ia telah mendapat pekerjaan.
Elin heran apa yang sebenarnya terjadi pada sahabatnya itu, biasanya kalau Thalia marah, dia selalu memberikan siraman rohani atau kata-kata mutiara untuknya, dia tidak akan berhenti sampai Elin kewalahan dan memasang muka memelas, baru Thalia memaafkannya.
"Kenapa kamu senyum-senyum seperti itu? Apa kamu senang karena Darel datang kemari?” Godanya.
“Ihhh siapa juga yang senang karena dia! Aku senang karena aku telah mendapat pekerjaan!” bantah Thalia.
Tak percaya, tapi Elin senang mendengarnya.
“Iya! Aku sudah mendapat pekerjaan, walaupun menjadi tukang cuci piring, tapi upahnya lumayan buat bekalku.”
“Semangat kalau begitu kerjanya!” ucap Elin dengan mengepalkan tangan.
Elin sangat menyukai sifat Thalia yang cerdas, ceria, pekerja keras dan tidak mau membebani orang lain, walaupun sedikit keras kepala, dan juga kadang menyeramkan saat dia marah, tapi menurutnya, Thalia adalah sahabat yang sangat pengertian padanya.
Saat Elin memperhatikan Thalia, ia melihat telapak tangan Thalia yang terluka, ia pun menghampiri Thalia dan memegang tangan yang terkena luka itu.
“Tangan kamu kenapa ta? Kok ada parut di tanganmu?” tanya Elin khawatir.
“Oh, ini—, karena—, ini .... Cuma jatuh doang kok, tidak usah khawatir bentar lagi juga sembuh,” ucap Thalia sambil mengusap tangannya yang luka.
“Tapi tetap saja kan kalau tidak diobati nanti bisa jadi infeksi!” tegur Elin yang langsung meninggalkan Thalia untuk membawa kotak P3K.
“Kemarikan tanganmu bair aku obati!”
“Hm, baiklah!”
Saat Elin serus mengobati Thalia, Thalia mencoba bercerita. “Elin ... aku mau cerita ke kamu, tapi kamu jangan kebawa emosi ya!” pinta Thalia ragu.
“Ya, sesuai dengan ceritanya. Memangnya kamu mau cerita apa,?” tanya Elin sembari mengobati tangan Thalia.
“Sebenarnya, sebelum aku bertemu kamu waktu hari itu, aku baru diusir oleh Nyonya Seli yang sepertinya istri dari papaku, dia menuduhku yang engga-engga, terus dia mendorongku sampai aku jatuh terkena aspal, makanya tangan aku jadi seperti ini, udah gitu aku disiram sama anaknya.” Jelasnya.
Setelah mendengar cerita Thalia, seketika Elin terbawa Emosi. “Coba waktu itu kamu ceritakan padaku! Aku pasti mendatangi rumahnya dan memarahinya, berani sekali dia memperlakukanmu seperti itu! Kalau ada aku, aku pasti menyumpel mulutnya dengan kaus kakiku!” kesal Elin, sampai-sampai tangan Thalia ia remas.
“Awww sakit! Kamu ini mau mengobatiku atau malah membunuhku!”
“Maaf Thalia, aku terbawa emosi, hehehe.”
Krukk ... krukk ...
“Bunyi apa itu?” Thalia tertawa karena mendengar suara perut Elin.
“Hm, Thalia sepertinya cacing di perutku sedang berdisko. Kamu sih pulangnya lama! Perutku lapar dari tadi tau! Karena aku menunggumu yang tak kunjung pulang!” serunya.
Thalia terkekeh dibuatnya.
“Yaudah, ayo kita makan! Untung Omah mengantarkan masakannya, jadi aku gak perlu masak,” ajak Thalia.
***
“Ahhh aku kenyang sekali,” Elin mengusap-usap perutnya.
“Ya gimana kamu gak kekenyangan! Orang kau habiskan semuanya dan menyisakan sedikit untukku!” gerutu Thalia.
“Karena masakan Omah ini begitu enak melebihi masakanmu Ta!”
“Oh kalau gitu besok-besok aku gak akan masak lagi, kalau kamu lapar minta saja ke omah, atau pembantumu!” ucapnya kesal.
“Kamu ini galak sekali, aku kan cuma bercanda ... Ya sudah deh gini, sebagai permintaan maaf, kamu ingin aku melakukan apa?”
Thalia mengingat tentang pergi ke rumah Omah belum dibicarakan dengan Elin
“Besok pagi jam 9 kamu ikut aku ke rumah Omah!”
“Ta—, besok kan libur—, kenapa harus pagi-pagi sih berangkatnya?! Aku gak mau! Aku udah punya rencana!” jawab Elin dengan melipat kedua tangannya.
“Rencana apa? Kamu tidak mempunyai rencana lain selain makan dan tidur!” seru Thalia.
“Hmph! Iya deh aku ikut! Tapi, jangan terlalu pagi berangkatnya!”
“Jam 9 kamu sebut terlalu pagi? Kamu ini pemalas sekali!” ledek Thalia.
“bagaimana jam 10?” sambungnya.
“Ah—, masih ke pagian!”
“Ya sudah jam 8! Mau tidak mau kamu harus ikut, tidak ada penolakan!” Thalia berkata seperti itu karena geram mendengar Elin yang sangat pemalas.
“Itu makin pagi—! Thalia—!”
“Oke tak masalah asalkan kamu membangunkan aku dan mendengar 1 syarat aku yang lainnya!” lanjutnya.
“Apa?”
“Sekarang kamu harus menemaniku jalan-jalan, tidak ada penolakan!" Elin mencibir perkataan Thalia, karena ia tahu Thalia pasti menolak ajakannya.
Thalia geleng-geleng kepala mendengar permintaan Elin, bukannya tidak mau. Tapi, Thalia paling tidak suka untuk keluyuran malam hari, apalagi dengan angin malam yang dingin. Thalia paling anti dengan hal tersebut. Tapi bila ditolak, Elin pasti akan menolak ajakannya juga, terpaksa ia terima untuk saat ini. “Iya deh, aku mengikuti syaratmu itu, tapi harus pulang sebelum jam 9 malem ya!” pintanya.
“Oke tak masalah!”
***
Mereka keluar dengan menggunakan baju tidur tanpa berdandan dan hanya menggunakan jaket agar tidak kedinginan dan agar mereka tidak diganggu oleh orang jahat, pikirnya.
Elin dan Thalia memasuki beberapa pertokoan yang masih buka, mereka hanya memasuki dan lihat-lihat saja tanpa membelinya. Tapi saat memasuki supermarket Elin menjadi hilang kendali karena ia sudah lama tidak memanjakan lidahnya. Makanan ringan Indonesia yang khas dengan bumbu gurih adalah yang paling ia sukai apalagi rasa pedas dan rumput laut. Thalia melongo karena keranjang Elin penuh dengan makanan ringan kesukaannya.
Setelah selesai dari supermarket mereka bergegas pulang dengan tangan menjinjing banyak kantung belanja.
Saat di perjalanan, tanpa mereka sadari, ternyata mereka sedang diikuti oleh beberapa pria mabuk. Kecantikan mereka membuat nafsu para pria itu meningkat. Tiba nya di gang kosong Thalia dan Elin dicegat oleh para pria tadi, yang membuat mereka sangat ketakutan.
“Elin apa aku bilang, keluar malam itu gak baik,” bisik Thalia dengan nada takut.
“Aku juga gak tau kalau bakal seperti ini, kita harus gimana nih Ta?”
“Halo nona-nona cantik sepertinya kalian tersesat ya?” Beberapa pria itu mendekatkan dirinya kehadapan Thalia dan juga Elin.
“Kalian ingin harta kan, ini ambil saja dan biarkan kami pulang!” Elin menyodorkan uang dan belanjaan tadi.
“Kami tidak ingin harta tapi kami ingin yang lebih dari itu.” Pria yang terlihat setengah mabuk itu memberikan isyarat ke yang lainnya untuk membekap Thalia dan Elin.
"Jangan menyentuhku!" Mereka meronta-ronta ingin dilepaskan.
“Gadis-gadis ayo kita pulang dan melanjutkannya di tempat lain,” ucap pria itu dengan membelai pipi Thalia.
Spontan Thalia langsung menendang pria yang di hadapannya dan menggigit pria yang membekapnya.
“TOLONG—!”
“TOLONG KAMI—!”

Bình Luận Sách (25)

  • avatar
    Nur jazamalinahNur jazamalinah

    🤍🤍🤍🤍

    02/03/2023

      0
  • avatar
    FernandesAyub

    Sangat mempesona dan menarik ceritanya

    24/01/2023

      0
  • avatar
    AnnaimaAzzahra

    bagus

    22/10/2022

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất