logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 5 Tamu Mama

Saat asyik mengobrol terdengar teriakan Mama memanggil Bi Inem. "Inem ... Di mana kamu?" Seketika wajah Bi Inem pucat pasi.
"Aduh, gimana ini Non?" tanya Bi Inem takut.
"Bibi jujur aja, Mama nggak akan marah, udah sana temui Mama!" pintaku.
Bi Inem mengangguk kemudian menyerahkan gelas jamu padaku. Lalu gantian memberi minum jamu pada Ibu.
"Yu, kalo Bu Inem dimarah besan gimana? Ibu takut dia diperlakukan seperti Ibu tadi," lirih Ibu sedih.
"Nggak, Bu! Selama Bi Inem nggak melakukan kesalahan fatal, Mama cuma akan memarahinya aja. Sudah sering Bi Inem kena marah Mama," jawabku menghibur Ibu.
"Inem, dari mana kamu dipanggil dari tadi nggak menyahut?" tanya Mama keras.
Aku dan Ibu mendengar suara Mama karena kamar dekat dengan dapur. Mama pasti sudah sampai ke dapur mencari Bi Inem jadi suaranya sungguh terdengar jelas.
"Ma-maaf Nyonya, saya tadi di kamar Ibunya Non Ayu," ucap Bi Inem gugup.
"Ngapain kamu di kamarnya? Saya ini majikan kamu bukan dia, paham!" hardik Mama tak suka.
Ibu gelisah menatapku terus dan merasa bersalah. Melihat Ibu yang tak tenang, aku pun keluar untuk membantu Bi Inem bicara. Terlihat Mama berkacak pinggang memarahi Bi Inem.
"Bi Inem membuatkan jamu untuk Ibu, jadi Mama nggak perlu marah. Tubuh Ibu sakit karena Mama tendang tadi apa Mama mau bawa berobat Ibuku?" tanyaku sambil masuk ke dapur meletakkan gelas bekas jamu.
Melihatku muncul dan protes, Mama pun berhenti marah. Aku mencuci gelas untuk melihat reaksi Mama, Bi Inem segera menghampiriku. "Nggak usah dicuci, Non! Biar saya aja yang nyuci," cegah Bi Inem.
"Nggak apa-apa, Bi! Bibi urus Mama aja, Mama udah nggak marah lagi," kataku sambil melirik Mama yang masih terdiam.
"Inem, sini! Nanti kamu masak yang banyak dan enak. Ada tamu spesial yang akan datang," titah Mama seraya memberikan uang belanja.
"Baik, Nyonya. Saya akan segera belanja," sahut Bi Inem tergesa-gesa pergi.
"Yu, nanti malam ada tamu yang datang. Mama minta Ibumu jangan sampai keluar dan terlihat tamu. Mama mengizinkan Ibumu di sini bukan berarti bisa berbuat sesuka hati, mengerti!" ujar Mama menatapku malas.
"Ayu mengerti, Ma! Lagian Ibu juga nggak leluasa bergerak, tubuhnya masih sakit. Untung aja nggak parah kalo sampai pingsan, Ayu bakal laporkan Mama ke polisi," ancamku membuat Mama bergidik.
Mama lalu pergi dengan kesal, aku cuma tertawa melihatnya. Ternyata senang juga membuat Mama takut. Gantian aku yang akan menindas mereka, seperti dulu mereka selalu membuatku susah dan harus mematuhi semua perkataan mereka.
Namun, ngomong-ngomong siapa tamu yang akan datang nanti malam ya? Apakah aku juga ikut menyambut atau di dalam saja seperti Ibu. Tapi, Mama tadi tak ada berkata berarti boleh. Bukankah tiap ada tamu yang datang Mama tetap mengenalkan aku.
Ah, siapapun dia bodoh amat. Selama tidak menghina Ibu, aku akan bersikap seperti biasa. Selesai di dapur, aku masuk kamar untuk menunaikan sholat Maghrib, azan sudah berkumandang.
Mas Lucky tertidur, lantas aku bangunkan. "Mas, bangun udah Maghrib!" kataku mengguncang tubuhnya.
"Apa sih? Ganggu orang tidur aja!" katanya marah.
"Sudah Maghrib, Mas! Bangun, sholat."
"Bentar lagi, ngantuk ini."
"Kata Mama, Maya akan datang untuk makan malam di sini," ucapku sedikit keras di telinga Mas Lucky.
Sengaja aku berbohong untuk melihat reaksinya. Pasti Mas Lucky akan senang mendengar kekasih gelapnya datang. Benar saja, refleks Mas Lucky bangun sambil mengucek matanya.
"Apa kamu bilang, siapa yang datang?" tanyanya ingin jelas pura-pura kaget tapi sebenarnya bahagia.
"Maya, kamu suka kan, Mas," ejekku menyindir.
"Apa maksud kamu? Mas suka? Ada-ada aja kamu," gerutu Mas Lucky takut ketahuan.
"Buktinya, saat aku sebut Maya Mas langsung bangun. Atau jangan-jangan kalian ada apa-apanya," selidikku menatap netra Mas Lucky.
Mas Lucky yang ditatap seperti itu mendadak salah tingkah. Lalu gegas bangun dan masuk kamar mandi. Aku mencibir dan membentang sajadah, untuk menjalankan sholat sendirian.
Sampai aku siap sholat, Mas Lucky baru keluar dari kamar mandi. Tercium aroma yang sangat wangi, pasti Mas Lucky sengaja mandi lagi dan bersih-bersih. Kentara di wajahnya sangat bahagia dengan sosok tamu yang akan datang.
Aku pun tertawa melihatnya, Mas Lucky heran. Namun, dia tidak menggubrisku. Tanpa tau siapa tamu yang datang, begitu pedenya Mas Lucky bermandi ria. Aku ingin lihat ekspresi terkejutnya nanti, membayangkan wajahnya yang kecewa membuatku semakin terkekeh.
"Sudah sana, gantian tempatnya!" ujar Mas Lucky mengusir.
Aku pun menyingkir agar Mas Lucky bisa sholat. Selesai melipat mukena, aku memakai baju yang pantas dan berdandan tipis. Bagaimanapun tamu yang datang jangan melihatku lusuh agar mereka tidak mengejekku dan Mama juga tak malu.
Aroma masakan sudah tercium lezat. Pasti Bi Inem lagi masak, gegas aku turun ke bawah untuk melihat masakan apa saja yang akan dihidangkan. Mataku membulat sempurna saat menatap hidangan. Ada sekitar sepuluh menu yang disiapkan Mama untuk menyambut sang tamu.
Begitu spesialkah tamu itu sampai harus dimasak begini banyak. Bi Inem tersenyum kala melihatku terbengong di dekat meja. "Non, kenapa bengong?" tegur Bi Inem.
"Jarang-jarang Bibi masak menu segini banyak, lauknya juga istimewa. Enak banget, Bi!" pujiku sambil mengambil sepotong daging lalu memakannya.
"Biasa aja, Non! Oh iya, Non Ayu ambilkan makan untuk Ibu sekarang. Jangan sampai dilihat Nyonya," pinta Bi Inem.
"Oke, makasih Bi," ucapku segera mengambil piring beserta nasi dan lauknya. Sengaja aku ambil sepiring lagi lauknya agar Ibu kenyang memakannya.
Keluar dapur belum nampak batang hidung Mama. Aman, aku masuk ke kamar Ibu dan meletakkan nasi di meja. Aku tuntun Ibu ke kamar mandi untuk mencuci muka dan berwudhu. Mengurus Ibu dulu sebelum tamu datang, keluar dari kamar mandi kembali aku tuntun Ibu.
Berpapasan dengan Mama yang akan ke dapur, melihatku menuntun Ibu. Mama pun berhenti lalu berkata, "Ingat yang Mama bilang tadi!" tegur Mama.
Aku mengangguk kemudian membantu Ibu duduk di kursi dan memakai mukena. Ibu sholat sambil duduk, menunggu Ibu hingga selesai aku mengambil air minum.
Terdengar bel berbunyi dan salam dari luar. Kulihat Mama dan Mas Lucky berjalan menuju pintu. Setelah pintu terbuka, aku mendengar suara wanita. Jangan-jangan memang Maya, penasaran lalu mengintip dan syukurlah bukan Maya. Mas Lucky celingukan keluar dan saat tamu sudah masuk semua ke dalam, wajah Mas Lucky. tertunduk kecewa.
Dari jauh aku cekikan melihat Mas Lucky, rasain! Emang enak dibohongi, batinku menyengir. Kembali aku perhatikan tamu, sepertinya satu keluarga. Seorang wanita dan lelaki paruh baya lalu wanita muda di sebelahnya mungkin anaknya.
Tunggu! Bukankah itu dia? gumamku shock.

Bình Luận Sách (205)

  • avatar
    Denn

    sangat seruu sekali ceritanya

    21/08

      0
  • avatar
    GawolRini

    Bagus ceritanya

    20/07

      0
  • avatar
    Sasmita Bhizer

    bagus

    06/04

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất