logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Bab 21

Dave masih diam dan tidak menjawab pertanyaan Helena. Ia dan Helena saling menatap, tapi Helena menatapnya dengan pandangan kesal dan ia balas dengan pandangan datar.
Mereka berdua masih saling memandang saat Steve masuk ke dapur dan melihat keduanya.
Entah mereka berdua sadar atau tidak dengan keberadaan Steve, mereka masih saling melotot satu sama lain.
Steve ingin bertanya apa yang terjadi tapi tindakan Dave membuatnya terkejut.
Dave yang melihat aliran air dari keran yang terbuka, mendadak ia mengibaskan tangannya di aliran air itu hingga menyebabkan adanya percikan air yang mengenai wajah Helena.
Steve saja terkejut, apa lagi Helena yang terkena cipratan air karena tindakan konyol Dave. Helena syok dengan reaksi Dave padanya.
Padahal ia hanya meminta jawaban dari Dave tapi Dave malah memberinya percikan air keran ke wajahnya.
Helena spontan membalas dan mengambil gelas yang ada di bak cucian. Gelas itu berisi air yang masuk dari keran dan itu terisi penuh.
Tangan Helena bergerak melemparkan isi gelas ke wajah Dave.
Untuk kedua kalinya Steve terkesiap melihat kejadian di hadapannya.
"Ya ampun," kata Steve tanpa sadar.
Pembalasan dari Helena jelas lebih parah berkali-kali lipat dari Dave. Wajah dan rambut Dave basah.
Bahkan airnya merembes membasahi pakaian bagian atas milik Dave.
Dave yang tidak sempat menghindar, hanya bisa mengusap wajahnya yang basah. Sekarang gantian ia yang menatap syok pada Helena.
Ia tahu Helena akan marah, tapi ia tidak tahu Helena bisa bergerak cepat menyiramnya dengan air keran yang sangat banyak.
Tapi kemudian ekspresi Helena, pelaku yang menyiramnya, membuat Dave merasa tertarik.
Helena tampak melebarkan matanya dan menganga, seolah ia tidak sadar apa yang ia lakukan. Itu membuat Dave tertarik dengan isi pikiran Helena.
Di tengah situasi itu, tiba-tiba suara tertawa terdengar dari arah Steve.
"Hahaha..." Steve menatap keduanya dengan ekspresi terhibur.
Helena dan Dave sontak melihat ke arah sumber suara.
Helena terkejut mendapati Steve yang ternyata berada di dapur. Perlahan wajahnya terasa panas.
Mereka berdua menatap Steve dengan ekspresi berbeda.
Helena dengan wajah memerah karena malu dan Dave dengan wajah datar miliknya yang masih tidak berubah.
Selain malu, Helena juga mendadak merasa menyesal. Ia menyesal pada Dave dan juga Steve yang menyaksikan tindakannya yang seperti itu karena terdorong emosi.
"Bagus, Helen. Hahaha, aduh perutku..." sahut Steve di sela-sela tawanya.
Steve bukannya merasa simpati pada kondisi Dave, ia malah merasa terhibur dengan kesialan yang Dave alami.
Untuk pertama kalinya ada orang yang berani membalas dan berbuat seperti itu pada Dave.
Dave melihat sekilas ke arah Helena yang wajahnya semakin memerah akibat perkataan Steve. Ia lalu kembali melihat Steve yang masih sibuk tertawa.
"Ini bukan tontonan tahu," sahut Dave akhirnya pada Steve.
Helena menatap Dave, ia memperhatikan kondisi Dave. Kondisi yang membuatnya merasa lebih menyesal dan kondisi yang sama membuat Steve tertawa.
"Haha, maaf-maaf." Steve memberikan ekspresi yang tidak sesuai dengan permintaan maafnya. Apa lagi tawanya belum juga berhenti.
Helena menatap Dave takut-takut, ia membuka mulutnya dengan pandangan mata ke bawah sembari menggenggam kedua tangannya gugup.
"Aku, aku tidak bersalah, itu.. itu adalah salahmu." Helena berkata dengan suara yang pelan tapi bisa didengar oleh orang di hadapannya, oleh Dave.
Setelah mengatakan itu, Helena berpaling dan berlari dengan menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Ia keluar dari dapur meninggalkan Dave dan melewati Steve serta melupakan cucian piring yang belum selesai.
*****
Dave saat ini berada di dalam kamarnya. Tentu saja ia harus mengganti pakaian bagian atasnya yang basah. Tapi Dave tidak hanya mengganti pakaiannya, ia memutuskan untuk mandi dan mengganti semua pakaiannya.
Saat Dave membuka lemari pakaiannya setelah keluar dari kamar mandi, ada sebuah Suara yang berasal dari ketukan di pintu kamarnya.
Dave mengangkat sebelah alisnya, ia mengabaikan ketukan itu dan melanjutkan kegiatannya mencari pakaian di lemari. Bukan karena ia jahat dengan tidak peduli orang yang mengetuk pintu kamarnya. Tapi Dave hanya memakai handuk dan ia akan membuka pintu kamarnya setelah selesai berpakaian.
Hal itu membuat orang yang mengetuk pintu merasa lebih gelisah saat pintu tidak kunjung dibuka. Ia tidak tahu apa yang dilakukan Dave hingga tidak langsung membuka pintunya padahal ia yakin Dave ada di dalam.
Suara ketukan terdengar untuk kesekian kalinya dan Dave masih memakai kemejanya. Sampai akhirnya ia selesai mengancingkan seluruh kancing bajunya, barulah Dave bergegas membuka pintunya.
Dave mengangkat sebelah alisnya melihat orang yang berada di balik pintu. Orang itu hendak berpaling namun batal karena pintu kamar Dave sudah terbuka.
"Ada apa?" tanya Dave para orang itu.
Orang itu yang ternyata Helena kembali menghadap pintu tapi tidak berani menatap langsung ke wajah Dave. Ia menjawab dengan melihat ke bawah, "Aku, aku.."
Helena memejamkan matanya lalu melanjutkan kalimatnya dengan sedikit keras, "Aku minta maaf!"
Dave terdiam mendengar ucapan yang ternyata adalah permintaan maaf dari orang itu yang bernama Helena.
Dave tentu sadar jika Helena meminta maaf untuk kejadian yang terjadi saat Helena menyiramnya di dapur.
"Tidak apa-apa." Dave menjawab singkat.
Helena sontak menatap wajah Dave langsung saat jawaban itu terucap. Ia tidak mengira Dave akan langsung menerima permintaan maafnya tanpa mengatakan satu pun kalimat untuk menyindirnya.
Bukankah itu adalah kebiasaan Dave? Karena itu Helena menyiapkan dirinya jika kalimat selanjutnya akan membuatnya tidak nyaman.
"Lupakan saja apa yang terjadi sebelumnya." Dave melanjutkan namun kalimatnya sama sekali tidak sesuai seperti dugaan Helena.
"Kau tidak marah?" tanya Helena.
Dave menatap wajah Helena dan menjawab, "Tidak."
"Benarkah?" tanya Helena lagi.
"Iya." Dave menjawab singkat.
"Kau yakin?" tanya Helena lagi kesekian kalinya.
Dave terdiam menatap wajah Helena dengan raut wajah malas.
"Berapa kali aku harus menjawab pertanyaan yang sama?" tanya Dave balik.
"Oh, oke. Perasaanku saat itu sedang kacau. Entah apa yang sudah kulakukan di depan Steve."
Dave termenung sejenak mendengar Helena menyebutkan nama Steve.
"Apa kau ke sini karena Steve?"
Helena berkedip dan menatap langsung mata Dave.
"Apa?" tanyanya.
"Kau meminta maaf karena Steve yang menyuruhmu?" tanya Dave terdengar sarkastis. "Jadi kalau Steve tidak menyuruhmu, kau tidak akan minta maaf?"
Helena melebarkan matanya. Akhirnya Dave menyindirnya juga.
Helena membuka bibirnya dan berniat membalas namun sudah didahului seseorang.
"Mana mungkin."
Dave dan Helena sontak melihat ke arah Steve yang tiba-tiba datang dan menyahut dari arah samping mereka berdua.
"Aku tidak menyuruhnya. Kalau pun Helen meminta saran padaku tentang bagaimana harus meminta maaf, aku pasti akan bilang kalau tidak perlu meminta maaf, karena Dave tidak akan marah hanya karena itu," lanjut Steve lalu tersenyum jahil.
Tapi kemudian alisnya terangkat dan Steve bertanya, "Bicara tentang itu, memangnya apa yang kalian bicarakan sebelumnya?"
Helena menahan napasnya gugup. "Itu..."
Dave melihat bagaimana Helena menjawab. Mendadak raut wajahnya berubah. Ia menarik tangan Helena dan membawanya masuk ke dalam kamarnya.
*****

Bình Luận Sách (29)

  • avatar
    Tallu tondokFadly

    cerita ya menarik dan tidak membosankan

    1d

      0
  • avatar
    NuraeniAnisa

    lopyuuu deh buat novellah seruu bangetttt Makasih novellah aku jadi GK kesepian lagi makasih banyakk

    5d

      0
  • avatar
    Mera12

    suka dehh🤗

    20/01/2023

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất