logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Bab 1. Tentang Aku

"Selamat pagi Bunda," sapa ku yang saat itu baru ke luar dari kamar.
"Ca, Bunda udah siapin nasi goreng buat sarapan kamu," kata Bunda yang saat itu sedang merapikan jilbabnya depan cermin.
Sering kali Bunda biasa memanggilku dengan sebutan Ca, terkadang juga Caca. Memang tidak nyambung dengan nama Claudia yang di panggil Caca. Tapi itulah kenyataannya. Mungkin itu sebutan sayang keluarga untukku, dan aku sudah terbiasa dengan sebutan itu sampai sekarang ini. Beda halnya dengan sahabat-sahabatku yang terbiasa memanggilnya dengan sebutan Laudia
"Pagi-pagi gini Bunda udah rapi aja, memangnya mau kemana?" tanyaku heran karena tidak biasanya bunda sudah berpakaian serapi ini di pagi hari.
"Bunda itu mau jemput adek kamu si Rara . Bunda tuh khawatir sama dia, udah hamil besar kok masih di tinggal ke luar kota sama suaminya. Gimana kalo dia tiba-tiba  kontraksi, siapa coba yang mau ngurusin dan mau tanggung jawab. Apalagi si Rara itu punya anak kecil yang harus di urus juga, mana bisa seperti itu." Kata Bunda yang membuat aku senyum terpaksa saat mendengarnya.
Rara yang tidak lain Raina, anak ke dua bunda. Dan anak yang ke tiga Mela. Kami itu tiga bersodara, dan Ayah sudah 3 tahun lalu meninggal dunia, jadi bunda hidup dari hasil pensiunan Ayah dan terkadang juga anak-anaknya suka membantu. Sedangkan Mela tingal bersama suaminya di Solo. Dia baru menikah dua bulan lalu.
Oh iya, aku belum bercerita tentang asal usulku. Jadi bunda sama ayah itu asli bandung atau orang biasa memanggilnya kota kembang. Aku dan ke dua adikku di besarkan di kota tempat orang tua kami di besarkan. Tapi sudah dua tahun ini aku tinggal di Jakarta. Kota tempat aku mengais rezeki. Sebulan sekali aku pulang ke bandung, untuk bertemu bunda. Sedangkan Raina memilih tinggal di bandung, karena memang suaminya juga orang bandung. Jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat bunda, kira-kira dua puluh lima menitan.
"Kamu juga, bukannya Nikah lagi, masa iya mau hidup sendirian terus. Adek kamu itu udah mau punya dua anak. Terus kamu kapan? Bunda juga pengen punya cucu dari kamu."
Lagi dan lagi bunda membahas masalah pribadiku, bukan hal mudah untuk memulai kembali sebuah pernikahan yang pernah gagal sebelumnya. Dan lagi-lagi bunda selalu membandingkan ku dengan Raina. Anak kesayangan bunda plus kebanggaan bunda.
Hidup aku memang tidak berjalan mulus seperti Raina. Dia itu wanita beruntung karena bisa menikah dengan orang yang di cintainya, bahkan kehidupannya terbilang mendekati sempurna menurutku. Mempunyai suami baik, mapan, dan juga di anugrahi anak lelaki yang kini berusia dua tahun dan satu lagi anak perempuan yang akan lahir ke dunia ini.
Terkadang aku iri dengan Kehidupan Raina dan sahabat-sahabat ku. Mereka itu bisa menikah dengan orang yang mereka cinta, sedangkan aku ...
"Ya sudah, kalo begitu bunda pergi dulu," kata bunda berpamitan.
"Bund!" panggil ku mencoba menghentikan langkah bunda yang hendak melangkah ke luar dan kembali menoleh ke arahku. "Mau di anter Caca, gak?" tawarku tak yakin.
Bunda tersenyum. "Enggak usah. Bukannya kamu harus siap-siap pergi ke Jakarta."
Belum sempat aku menjawab, tiba-tiba ponsel ku berdering. Tak ku sangka Raina menghubungiku.
"Bun. Rara telepon," kataku yang membuat bunda lembali berjalan ke tempat di mana aku berdiri.
"Coba angkat," pinta bunda yang aku balas anggukkan singkat, lalu  men-slide panggilannya dan men-loudspeaker.
"Hallo ka Caca. Ka Caca cepetan kesini sama bunda. Rara kayanya mau lahiran ka. Cepetan ka...!" Seru Raina yang membuatku dan Bunda terkejut saat mendengarnya.
Aku yang saat itu panik langsung berlari  mengambil kunci mobil yang tergantung di pintu kamar, itu pun tanpa berganti baju terlebih dahulu. Padahal saat itu aku masih menggunakan pakaian piyama dan sandal jepit.
"Ra, kamu jangan panik yah. Bunda sama ka Caca ini lagi jalan kesana," kata bunda mencoba menenangkan Raina yang masih panik karena air ketubannya ke luar lebih dulu.
Karena tidak mau terjadi apa-apa, bunda menyuruh Raina untuk memesan taxi dan pergi ke rumah sakit lebih dulu. "Kita ketemuan di rumah sakit yah, Nak," kata bunda.
Untungnya jalanan saat itu belum macet, jadi mobil yang aku kendarai bisa melaju dengan cepat.
Meski aku belum pernah merasakan hamil dan melahirkan, tapi saat adikku panik aku juga ikut panik. Meskipun aku sering merasa iri pada Raina, yang namanya adik tetap saja adik. Orang yang kita sayangi.
Lebih dari tiga puluh menit jarak dari rumah ke rumah sakit, kami yang saat itu baru turun dari mobil langsung di sambut teriakan keynan, yang tak lain anak Rayna. Di situ aku melihat Keynan di temani Mba Eni, asisten rumah tangga Raina
"Bu, di tunggu  sama ibunya Keynan di ruang persalinan," kata Mba Eni membuat Bunda  langsung berpamitan dan menitipkan Keynan padaku.
Tak lama Bunda pergi, saat itu juga aku baru sadar kalo ternyata hari ini ada rapat penting yang tidak bisa di tinggal.
"Sayang, maafin Bunda Caca yah gak bisa nemenin Key lama, soalnya bunda harus berangkat kerja," kataku yang di jawab anggukan Keynan.
"Iya Bunda, Caca," katanya sembari tersenyum. Keynan memang di biasakan memanggil ku dengan sebutan Bunda oleh Raina.
"Mba, aku titip Keynan. Sampaikan salam dan maaf ku sama Rayna."kataku pada Mba Eni.
"Sampai ketemu minggu depan jagoan tampan," kataku sambil tos tangan pada Keynan.

*****
Entah kenapa rasanya ingin sekali pulang ke bandung menaiki kereta api. Tidak seperti hari-hari sebelumnya yang selalu mengendarai mobil sendirian tanpa orang yang menemani.
Tapi, ada bagusnya pulang menaiki kereta api. Setidaknya kepulangan ku kali ini bisa sedikit bersantai, atau tiduran.
Aku pun akhirnya bersandar dan menutup mata. Selang beberapa menit tiba-tiba saja terdengar suara tangisan bayi  begitu jelas dari arah depan, tempat di mana aku duduk saat ini. Dan jujur itu membuat ku tidak bisa tidur sama sekali.
Saat itu juga, akhirnya aku memilih untuk membuka instagram yang sudah lama tidak aku buka. Betapa terkejutnya aku saat melihat status berandaku di penuhi dengan  foto prewedding. Foto dia, seorang lelaki yang pernah singgah lama dalam hidupku.
Entah harus bahagia atau menangis saat ini, yang  jelas butiran bening itu tak terbendung dan malah ke luar  secara tiba-tiba.

Bình Luận Sách (496)

  • avatar
    Kty Felydiqa Phi Francis

    cerita nya sangat bagus saya suka first time baca sukaa sangattttt

    19/05/2022

      1
  • avatar
    Florenica Mike

    the best stories 🥰

    05/04/2022

      1
  • avatar
    JataDelvina Angelina

    baru mulai membaca, semoga bagus ceritanya

    1h

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất