logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 13 Juara Satu

Anak itu berjalan tergesa-gesa menuju rumahnya. Ia tidak sadar lagi siapa saja orang yang dilewatinya di sebelah kiri dan kanan. Langkah kakinya cepat. Hari ini ia tampak tidak seperti biasanya. Nafasnya ngos-ngosan. Rona kebahagiaan terpancar dari mimik mukanya yang manis itu. Tinggal beberapa langkah lagi ia akan sampai. Hatinya semakin girang saat pintu rumah sudah berada di hadapannya.
“Assalamu ‘alaikum. Mak..” ujar Dayat sembari mengetuk pintu.
“Walaikum salam. Dayat, kok ngos-ngosan, kelihatannya girang sekali hari ini ?”
“Iya Mak. Dayat sangat senang sekali... Dayat dapat juara satu di kelas Mak.”
“Apa ?”
“Iya Mak. Ini rapor Dayat”
Anak itu menunjukkan rapor hasil ujian semester yang ada di tangannya.
“Alhamdulillah, ya Allah”
Perempuan paruh baya itu serasa tak mampu lagi mengungkapkan kebahagiaannya dengan kata-kata. Ia tidak menyangka, anak itu bisa mendapat juara satu di kelas. Dulu ia sempat khawatir akan putra sulungnya itu tidak naik kelas karena ia tidak bisa mengajarinya secara komprehensif. Ia hanyalah seorang manusia yang berpendidikan rendah. Ia takkan mampu mengajarkan anaknya perhitungan matematika yang sangat rumit itu . Sungguh keajaiban luar biasa. Anak seorang petani bisa mendapat juara satu mengalahkan anak para guru dan orang terpandang yang ada di desa itu. Hanya rasa syukur tak henti yang mampu ia panjatkan kepada tuhan. “Terimakasih ya Allah atas segala karunia yang telah kau limpahkan kepada anak sulungku ini” ujar Aminah kepada dzat sumber kebahagiaan.
“Dayat sama emak sedang apa, kelihatannya bahagia sekali ?” ujar Hasan tiba-tiba datang ke rumah.
“Ini Bang, anakmu Dayat dapat juara satu di kelas”
“Apa ?” ujar Hasan seolah tak percaya.
“Iya yah, Dayat dapat juara satu” Aminah kembali menguatkan perkataannya itu.
“Alhamdulillah. Ayah tidak menyangka Dayat bisa dapat juara satu”
“Emak juga yah, tidak menyangka”
“Siapa dulu ayahnya” sahut Hasan mencoba sedikit bergurau.
Jangankan juara satu, seandainya Dayat hanya dapat rangking sepuluh besar saja di kelasnya, Hasan tentu sudah sangat bahagia. Ia tak pernah memaksakan jagoan kecilnya itu harus mendapat juara satu. Ia dan istrinya menyadari bahwa mereka tidaklah pernah mewarisi kepintaran kepada putra sulungnya itu. Mereka berdua hanyalah pasangan suami istri yang tidak pernah mengenyam pendidikan tinggi. Kemampuan mereka juga hanyalah sekedar bisa membaca dan menulis saja.
Mungkin karena nasehat yang selalu mengalir dari lisan merekalah yang membuat asa Dayat semakin kuat, sehingga menjadikannya tumbuh menjadi anak yang baik, cerdas dan penurut. Dalam setiap kesempatan, memang kedua manusia mulia itu selalu mengatakan agar putra sulung mereka itu harus rajin belajar agar kelak menjadi orang sukses.
Aminah dan Hasan tidak tahu lagi harus berkata apa di hadapan anak yang jenius itu. Walaupun saat ini mereka belum bisa memberikan sesuatu kepada Dayat berupa hadiah, setidaknya semangat suami istri itu akan kian membara untuk bekerja mencari kebutuhan sekolah anaknya.
Rasa lelah Yang dirasakan Hasan dan Aminah sepanjang tahun serasa sirna. Perassan itu telah berganti dengan asa membuncah yang akan tetap menggelora seiring dengan meggeloranya semangat Dayat tuk sekolah. Mereka berharap, kelak anak itu bisa menempuh pendidikan tinggi. Mereka percaya akan kalam tuhan. Jika tuhan berkata terjadilah, maka sesuatu yang mustahil pun akan bisa terjadi.
“Kalau nanti ayah ada uang, Dayat mau dibelikan hadiah apa ?” ujar Hasan mencoba menghargai prestasi yang diraih anaknya itu.
“Tidak usah Yah, Dayat tidak menginginkan apa-apa” ujar anak yang polos itu. Ia seolah paham bahwa kata-kata ayahnya itu akan sulit terwujud. Pun jika terwujud, ia harus sabar menunggu pergantian musim hujan ke musim kemarau hingga terus-terusan saling bergantian.
“Dayat ragu ya, ayah tidak akan bisa membelikannya ?” tanya Hasan.
“Tidak Yah, yang dayat inginkan hanya ingin tetap bisa sekolah sampai ke jenjang pendidikan yang paling tinggi suatu saat kelak”
Hasan sangat terharu mendengar jawaban sang pemimpi cilik itu.
Perkataan anak kecil tentu tidaklah boleh disamakan dengan ucapan orang dewasa yang terkadang hanya mengandung canda semata. Ucapan mereka itu hakikatnya benar-benar berasal dari hati nurani paling dalam.
Sungguh Hasan tidak menyangka akan mendengar kata-kata tadi dari lisan seorang anak kecil yang masih sangat kalem. Perkataan itu biasanya hanyalah diucapkan orang yang sudah dewasa atau beranjak dewasa. Ia coba pahami, mungkin keadaanlah yang telah mendidik putra sulungnya itu menjadi seorang yang dewasa, berjiwa lapang, peka terhadap lingkungan dan mempunyai impian setinggi bintang.
Bersambung......

Bình Luận Sách (65)

  • avatar
    Ardnsyhh Mrf

    begitu lah perjuangan seorang ibu yang selalu nyiapin apa saja untuk keluarganya

    09/08/2022

      0
  • avatar
    Rava Arrafi Setiawan

    Saya tidak mencapai apa-apa hari ini. Tidak ada satu hal pun yang produktif. Tapi aku bergaul denganmu, jadi, ya, hari ini bagus.🎉aku mau diamond ff geratis ff max

    12h

      0
  • avatar
    tasnimputeri

    👍👍

    4d

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất