logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 3 Terserang Cemburu

Bab 3
"Woy, Alvin, ini yang diminta Imran." kataku sambil menyerahkan kertas-kertas yang berisi informasi yang dia minta tadi kepada Alvin.
"Baiklah, tinggalkan saja di mejanya," kata Alvin sambil matanya fokus ke laptopnya.
Aku mengerutkan kening. "Dimana dia?"
"Eh lo tau di mana Pak Imran?" tanyaku.
Sudah beberapa minggu berlalu sejak dia kembali dari New York. Sepertinya orang gila itu amnesia sehingga lupa apa yang dia lakukan padaku. Aku terus bertingkah seolah aku tidak pernah terjadi apa-apa. Namun, dalam hatiku ingin sekali aku memukulnya beberapa kali saat dia mengandalkanku.
Dia baru saja pergi tapi ini masih waktu yang tepat!
"Di kafe bersama Rara." kata Alvin.
Rara? Sahabatku? Mengapa mereka bersama? Dan apa yang Rara lakukan di Toha Grup?
Wah, mau apa si Rara ke sini. Mengapa dia tahu oerihal kedatangan Imran? Aneh. Terlebih lagi, kenapa Imran bsia dengan mudahnya bertemu wanita setelah semua sikapnya padaku kemarin. Ih, menyebalkan sekali!
Aku memutuskan untuk pergi ke kafe untuk menjawab pertanyaan di benakku.
Aku memergoki mereka sedang duduk di sebuah meja di sebelah pojok, sepertinya mereka sedang berbincang-bincang. Jantungku berdebar kencang saat melihat Rara memegang tangan Imran.
Rara?
Imran?
Ternyata, semua lelaki sama aja! Tidak ada yang benar-benar jujur, Hafidzah Zahra!
Aku hendak pergi ketika Imran dan aku melihatnya, dia bahkan bangkit dari tempat duduknya.
Di luar keinginanku, aku mendekati mereka seraya masih tersenyum. Walau sebenarnya, aku tetap tidak tahu apakah benar-benar tersenyum atau tidak.
"Zahra! Apa kabar? Lama tidak bertemu, ah?" kata Rara sebelum mencium pipiku. Hari ini dia terlihat begitu cantik. Apakah dia memang telah-telah berdiap-siap sebelumnya untuk pertemua "terbaik"?
"Ya. Lumayan. Gue cukup sibuk. Bagaimana kabar lo?" tanyaku sebelum duduk di kursi yang ditarik Imran.
"Baik. lo kok gak bilang sih kalau dia datang satu minggu yang lalu." kata Rara bersemangat.
Aku tiba-tiba teringat. Rara memang sudah lama menyukai Imran. Tepatnay saat masih SMA, ketika Imran menjemputku dari sekolah, di situlah dia pertama kali melihatnya dan sejak itu, dia tidak menyukai pria selain Imran.
"Gue gak peka nih. Maaf. Sepertinya apa yang lo bicarakan sama dia penting ya?" kataku sambil menatap Imran yang terdiam di satu sisi.
"Ah, gak ada apa-apa kok. Kami hanya sedang mengobrol dan tertawa," jawabnya. "Kami bertemu sebelumnya di Mall. Gue gak tahu dia akan pulang. Gue pikir dia akan bekerja di Manhattan, karena setahu gue dia kan tinggal di sana setelah dia lulus."
"Gue tinggal di sana untuk liburan dan tur. Lagi pula, gue kan punya perusahaan, mengapa gue harus bekerja?" kata Imran dengan suara dingin.
"Gue gak tahu, Imran. Lo bisa memberi tahu gue jika masih mau tetap berhubungan." Tempo dalam suara Rara sangat jelas dan aku merasa cemburu karenanya.
Aku berharap bisa mengatakan itu juga pada Imran. Aku berharap bisa mempertanyakan mengapa dia tidak membalas, mengapa dia tidak menepati kata-kata dan janjinya.
"Ah, baiklah. Gue gak mau mengganggu pembicaraan kalian. Gue akan kembali ke atas, masih ada pekerjaan yang harus dilakukan," kataku.
Rara hanya mengangguk sambil tersenyum.
"Baiklah, gue akan ikut dengan lo, Hafidzah Zahra." Aku mendengar Imran berkata sebelum aku pergi.
Mengapa sepertinya ada sesuatu yang lain di langit hatiku? Mengapa hatiku sakit? Apakah aku cemburu pada teman sendiri?
Kalau aku sih nggak ada salahnya kan? Lagi pula mereka tidak berpacaran kok. Rara menyukai Imran. Tapi itu sudah menjadi masa lalu. Sekarang, Imran belum menyukai Rara, jadi itu belum terjadi.
Aku menghela nafas.
Mengapa aku memikirkan ini?

Bình Luận Sách (250)

  • avatar
    DurahmanTurina

    Ceritanya bagus tapi gantung ada kelanjutan ceritanya kah?

    22/10

      0
  • avatar
    greatkindness

    nice

    12/07/2023

      0
  • avatar
    Aditya

    seru ni🥰

    12/04/2023

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất