logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 2 GARA-GARA KETIDURAN

Sementara itu aku kembali sambil garuk kepala tidak gatal, lalu pada akhirnya memilih tersenyum sekilas pada rendang-rendang yang kukira sedang bergoyang.
"Nasi ayam bakar," ucapku seraya meraih piring, dari pada mikirin pesanan Mas tower mending bikin dulu yang punya Mbaknya.
Btw, kok cewek yang bareng dia cantik banget yak.
Aku jadi insecure.
"Mbak, ayamnya paha yak," teriak si cewek tadi.
"Oke," jawabku mantap.
"Oke ... Oke, gak sopan!" Gerutu Mas Tower.
Aku menoleh sekejap, lalu pura-pura tidak peduli.
Lah, gak sopan dari mananya coba.
Setelah pesanan si Mbak jadi aku langsung kembali ke meja dan meletakkan piring dengan sedikit lebih anggun.
"Makanan saya mana?" Tanya Mas Tower.
"Hmmm tadi pesen apa yak?" Tanyaku sambil tersenyum kikuk.
"Padahal saya sering lho makan di sini masa kamu gak hafal."
"Ya kan saya gak tahu ... Gimana kalau hari ini menunya mau pesan beda."
"Udahlah saya gak jadi makan," ketusnya.
"
"Yaudah gak apa-apa ... Btw selamat makan Mbaknya."
"Eh, India gitu amat sih jadi pelayan!"
"Lah, salah saya apa toh? Pertama Mas gak pesan apa-apa.
Kedua tadi bilangnya gak jadi makan terus saya kudu piye?"
Greget deh rasanya, kalau gini jadi pengen segera bawa dia ke penghulu eh kok gitu.
"Udah,Mbak ... Riswan jangan di tanggepin dia emang begitu orangnya," ucap Si Mbak disela-sela mengunyahnya.
"Owh jadi namanya Riswan,"ucapku pelan.
"Emang kalian belum kenalan?" Wajah Mbaknya tampak kaget.
"Lah,emangnya harus?!" Sambar Si Mas Tower alias Mas Riswan.
"Hmmm, sudah yak Mbak ... Mas sepertinya mulai besok saya mengundurkan diri dari pekerjaan ini." Ucapku sembari berlalu pergi menuju kamar mandi.
Sedangkan mereka berdua tampak melongo.
Rasanya hari ini lebih panas dari kemarin.
****
Gedoran pintu itu membuat aku melonjak kaget.
Gila untung aja gak jatuh dari WC.
"TATA! kamu ngapain dari tadi gak keluar-keluar ... Ini di luar banyak pelanggan."
Astaghfirullah, jadi aku ketiduran di Wc.
Lah, terus bagaimana Mas Tower apakah dia sudah pulang.
Kreet
Pintu kamar mandi kubuka perlahan dan langsung menerima plototan dari si Uda.
"Bagus!"
"Kok, Uda tahu ... Baru aja aku beli semalam, bagus banget makannya aku suka."
"Apannya?!"
"Bajuku yang bagus kan?"
"Kelakuan kamu tuh yang bagus, bikin darah tinggi ... Tadi saya sempat panik gara-gara kamu ngilang, kirain diculik tikus."
"E-ehh .... Tadi aku mules,Da ... Lama banget jadi ketiduran deh."
"Udah nanti aja ceritanya ... Itu di depan banyak pelanggan ngantri."
"Ya emang udah selesai kok,Da ceritanya."
"Kamu ya, ngejawab terus."
"Hehe."
Ternyata benar, di luar banyak pelanggan yang ngantri.
Kini aku kebagian tugas membuat minuman.
"Es teh manis empat, ke meja paling belakang ... Oke, semangat Tata,"ucapku sambil membawa nampan.
Bagiku memberikan semangat pada diri sendiri itu penting.
Ya, sebelum ada yang nyemangatin sih.
"Silahkan di minum, Mas," aku meletakan gelas-gelas teh ke meja.
Tepat di hadapan keempat pemuda yang penampilannya bikin mata enggak mau berkedip.
"Mbak?" Panggil si Mas yang pakai jam tangan itu.
"Iya, kenapa?"
"Karyawan di sini cuma sendiri?"
"Iya, kenapa?"
"Bilangin bos nya dong, Mbak biar cari karyawan lagi yang rada Wah gitu dilihatnya."
"Lah, emang kalau melihat saya kenapa,Mas?"
"Ya gak apa-apa ya gak sih gess," timpal Mas yang pakai baju ijo.
"Owhh ..." Aku hanya manggut-manggut.
Serius, pelanggan yang datang hari ini entah kenapa rada geser semua.
Gak laki-laki gak perempuan, semua sama saja bikin darahku mendidih.
"Tata, itu meja depan minta tambah es ... Pacaran aja sih," teriak si Uda.
"Astaghfirullah, aku gak pacaran Uda."
Buru-buru aku menghampiri meja depan nanya mau nambah es apa yekan.
****
Hufhh, akhirnya aku bisa bernafas lega juga.
Selepas mandi, langsung ganti baju.
"Masya Allah seharian gak lihat HP rasanya rindu banget," ucapku sembari menjatuhkan diri ke kasur yang sama sekali gak ada empuk-empuknya.
Tapi namanya juga sedang ngerantau, ya disyukuri aja yekan.
Dari pada tidur di emperan, sangat menyeramkan.
"Ta ... Tata, keluar sebentar!"
Aduh, si Uda ngapain sih teriak-teriak ... Gak tahu aku lagi capek banget ini.
"Iya, kenapa Uda!"
"Buruan keluar ... Mau gak?"
"Mau ... Mau,Da."
Berlari aku keluar soalnya, kalau si Uda udah bilang begitu suka bawa makanan.
Ternyata benar dugaanku, lihat saja Si Uda udah benteng dua plastik indoapril.
"Kenapa kamu senyum-senyum?"
"Gak boleh yak?"
"Gak."
"Sadis ... Btw, ada apa manggil,Da."
"Eh, tadi saya beli vocer internet tapi gak tahu cara masukin nya."
Si Uda menyodorkan Vocer internet dengan nomilan kuota yang wah...
"Wah, ini mending buat aku aja,Da."
"Dih, mana ada begitu ... Kalau mau beli sana."
"Gak ada duit, kasbon dong."
"Yah jelek ujungnya."
"Dasar pelit."
"Tenang, saya juga udah beliin sesuatu kok buat kamu ... Itung-itung bonus karena, hari ini jualan rada ramai."
"Hmmm, beneran ... Asyikk, Uda emang baik hati dan paling cakep."
"Giliran di kasih sesuatu aja muji-muji."
"Haha."
"Udah buruan masukin ini HPnya."
Gini nih, kalau punya bos yang gaptek ... Dan kuper banget apa-apa serba gak tahu.
"Ini udah masuk tuh ... Mana buat aku tadi katanya."
"Sabar, Nih."
Si Uda menyodorkan sebotol madu sih menurutku.
"Madu?"
"Baca dong, sekolahkan."
"M i n y a k urut."
Aku mengeja sebelum pada akhirnya repleks memukul betis si Uda.
"Apa-apaan sih Da, beliin aku beginian."
"Itu tuh tanda perhatian bos sama karyawannya."
"Perhatian tuh kasih es krim, roti atau vocer internet sepuluh giga kek bukan minyak urut."
"Seharian ini kan kamu bolak-balik Mulu, kali gitu kaki kamu pegel butuh di urut."
"Ya tapi ... Ah, sudah makasih Da minyak urutnya!"
Dengan segabrek rasa ngambek aku pergi dari hadapan Bos paling nyebelin di dunia ini.
Masa aku yang masih muda dan cakep ini di kasih minyak urut, yellow penghinaan ini.
Dari pada dengerin si Uda ngomel-ngomel gak jelas di luar.
Mending buka Hp, putar musik biar asyik.
[Tata, kamu gak malam mingguan.]
Satu pesan masuk dari Bang Zaki, dia pekerja warteg seberang sana.
Akhir-akhir ini aku memang mulai akrab dengannya.
[Sekarang emang malam Minggu ya?]
[Malam Jum'at Kliwon.]
[Yang bener mana, Jum'at atau Minggu?]
[Keren ya, masih muda udah pikun.]
[Idih, datang-datang langsung menghina!]
[Canda doang kok, lagian kamu masa sama hari aja lupa.]
[Kebanyakan utang tak gini.]
[Haha, emang Tata banyak utangnya gitu?]
[Iya utang nyawa.]
[Tata ... Tata ngelawak aja, malam mingguan yuk. Kita makan di caffe depan pertigaan.]
[Kayak yang punya duit aja sih.]
[Eh, kasbon dong.]
[Mau sih, tapi tahu sendiri si Uda gak bakalan ngizinin.]
[Lagian punya Bos parah banget sih.]
[Ya lebih parah emang.]
Sesaat aku terhanyut obrolan dengan Bang Zaki.
Dia emang paling asyik kalau di ajak bercanda.
OHSAIBA OHSAIBA
Astaghfirullah, suara musik di mana itu?
Aku yang lagi rebahan mendadak bangkit dan menyelidiki sumber suara tadi.
"Ya Allah demi apa coba malam-malam begini si Uda muter lagu India sekenceng itu!"
Mentang-mentang kuota full sih.
Tapi kalau didengerin enak juga lagu indianya.
Bikin jadi melayang-layang gimana gitu, jadi keinget sesuatu.
"Mas Tower?!"
Oh Tuhan kenapa wajah manusia menyebalkan itu tiba-tiba hadir dalam benakku.
"Istighfar ... Tata, eling!"
Aku mengelus dada berkali-kali berharap bayangan itu hilang.
"Uda hentikan lagu Indianya!"
OHSAIBA OHSAIBA
"Uda please!"
Hah?! Lama-lama aku stres kalau gini ... Masa bayangan wajahnya gak ilang-ilang.
Dengan terpaksa aku lari keluar, mematikan KWH biar musik itu berhenti.
"TATA ... ini mati lampu?" Teriak Si Uda dari dalam kamar.
"Engga kok,Da .. yang mati hatiku!"
Ya salam aku lupa jalan ke kamar lagi.
Baru aja melangkah.
Dughhh
Sepertinya ada sesuatu yang menabrakku.
"AAAAA ... asem SETAN!" teriakku sekencangnya.
Sial, baru saja berulah malah kena tulah.

Bình Luận Sách (70)

  • avatar
    Iin Raencika

    bagus

    16d

      0
  • avatar
    LaiaDewimanis

    sangat terharu dgn ceritanya🥺🥺😓

    24d

      0
  • avatar
    Sakdiah

    Ceritanya best! tak bosan 💖 Terbaikkkk 👍👍😁

    24/08

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất