logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 7 Membuat Misi

Setelah sampai di kelas, ternyata belum ada satu orang pun yang datang, hanya mereka berdua saja. Prisca berjalan menuju kursinya dan Alcasta pun berjalan menuju kursinya, "Pris, ke sini!" Alcasta menepuk kursi sebelahnya yang selalu kosong.
Prisca pun berjalan sambil membawa buku tugasnya. Namun, Prisca duduk di depan kursi Alcasta.
Prisca mulai mengajari Alcasta sampai Alcasta mengerti lalu mengerjakannya sendiri. "Nah, fisika sekarang masih tentang ini kan, Pris?" tanya Alcasta yang telah selesai mengerjakan tugasnya.
"Hm," jawab Prisca seraya kembali berjalan menuju kursinya.
"Gue mau maju ah kalau diberi soal sama bu Ati," ujar Alcasta dengan sombongnya.
"Eh, Pris lo belum sarapan, kan? ikut gue, yuk!" Tanpa mendengar jawaban Prisca, Alcasta langsung menarik lengan Prisca menuju kantin.
Kaki jenjang Prisca terseret-seret karena mensejajarkan langkah kaki Alcasta yang lebar. Beberapa siswa-siswi lainnya memandang Prisca dengan tatapan sinis lalu membicarakannya diam-diam membuat Prisca merasa risi.
Prisca melepas tangan Alcasta dengan kasar setelah sampai di kantin. Alcasta sedikit terkejut. Lalu ia menatap Prisca. Perlahan wajahnya ia dekatkan dengan wajah Prisca membuat siswa-siswi Alundra semakin sinis.
"Jangan galak-galak sama gue, kalau nanti gue jatuh cinta sama lo, gimana?" Alcasta menyunggingkan senyumannya lalu menjauhkan wajahnya kembali.
Ia langsung beranjak untuk memesan menu sarapan pagi ini untuknya dan Prisca.
Alcasta duduk di hadapan Prisca seraya melipat tangan di meja dan menatap Prisca dalam-dalam.
Tanpa perasaan salah tingkah Prisca terus saja melahap sarapan gratis pagi ini.
Alcasta yang lengah menatap Prisca pun langsung bersandar di kursinya, "imbalan apa? bukannya satu sama? lo bantuin gue tugas, gue antar lo ke sekolah."
"gue minta lo jemput gue?" tanya Prisca dan dengan polosnya Alcasta menggeleng.
"Belum satu sama karena itu bukan permintaan gue," jelas Prisca.
"Oh, shit!" Alcasta prustasi, "permintaan lo apa?"
"Selalu absen jam pelajaran."
Alcasta hendak menolak, tapi, "demi gang Bastard. Setelah ini gue keluar dari cewek sialan ini."
"Kerja sama yang bagus." Alcasta mengulurkan tangan bermaksud mengajak berjabat tangan. Namun, Prisca mengabaikannya dan tetap fokus menyantap makanan.
"Apa cantiknya Prisca, sih? kok Alcasta mau?"
"Biasa. Modal caper."
"Atau modal pelet?"
"Bisa jadi modal jual diri."
Antusias Alcasta berdiri lalu menghampiri sekumpulan siswi yang tidak jauh darinya. Ia menggebrak meja kantin membuat suasana kantin hening, "kalau ngomong di depan gue, bukan di belakang! Kurang kedengeran soalnya. "
Prisca berdiri lalu menghampiri mereka, "terkadang ucapan sendiri adalah cerminan harga diri kita."
"Tadinya mau gue pukul. Tapi, takut dibilang gue nggak sayang sama hewan." Alcasta tersenyum smirk lalu menarik lengan Prisca untuk meninggalkan kantin.
Alcasta duduk di ujung rooftop tepatnya di samping Arthur. Bryan dan Edghar yang baru saja datang langsung ikut duduk sembari menyeruput es di plastik.
"Totalitas banget kayaknya cari tahu si Prisca. Sampai belain kayak gitu," sindir Bryan sembari menyenggol Alcasta.
"Bukan cuma cari tahu. Tapi, gue akan buat dia jatuh cinta sama gue," ujar Alcasta.
Edghar, Bryan dan Arthur menoleh ke arah Alcasta secara bersamaan, "lo suka?" tanya mereka bersamaan membuat Alcasta terkekeh geli.
"Najis. Cewek so' dingin kayak gitu biar terlihat dollar padahal receh," cibir Alcasta dengan tatapan lurus menatap awan mendung yang masih jauh.
Edghar menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Arthur mengerenyitkan dahinya sehingga berbentuk gelombang, "terus? nafsu lo? badan tipis kayak jok motor."
"Ternyata nggak ada bagus-bagusnya ya si Prisca," simpul Edghar dengan wajah polos.
"Gue dendam sama Ragistic yang selalu ikut campur urusan kita. Setau gue Alpha pacaran sama Prisca dan keliatannya cinta banget sampai terdengar rumor mereka ciuman di parkiran," jelas Alcasta.
"Tapi, kemarin Prisca di antar sama Gavin. Jadi, pacarnya yang mana?" tanya Edghar kebingungan.
Bryan berdecak kesal, "oh bodoh! ciumannya sama Alpha dan Gavin temannya Alpha. Gak mungkin pacaran sama Gavin ciumannya sama Alpha. Jelas pacar Prisca itu Alpha. Gavin cuma antar karena kemarin Alpha di rumah sakit!" jelas Bryan dengan nada menahan kesal.
"Ngomong apa, sih? Nggak ngerti bahasa binatang, deh," ucap Edghar membuat Bryan memukul kepalanya agar otaknya bisa berfungsi kembali.
Arthur masih bertanya-tanya atas keputusan Alcasta yang menurutnya tidak masuk akal, "apa hubungannya lo buat Prisca jatuh cinta sama lo dan balas dendam sama Ragistic?"
"Prisca adalah kelemahannya. Percaya sama gue. Ragistic akan hancur dan kita bisa menguasai Alundra," terang Alcasta sembari mengeraskan rahangnya.
Dorr!
Alpha mendorong Gavin membuat Venus dan Raksa terlonjak kaget. Detik kemudian ia tertawa puas dan duduk di atas meja kelas paling pojok.
"Ekhem. Rumor-rumor ada yang romantis di parkiran. Nggak elite banget, sih!" lalu Alpha kembali tertawa terbahak-bahak.
"Dih! nyindir diri sendiri, lo?" tanya Raksa bergidik ngeri karena Alpha yang baru saja datang langsung tertawa tidak jelas.
"Lo pada nggak tahu? kalau pas gue sakit si Gavin antar kakak gue. Eh dia modus megang-megang bibir kakak gue. Belum aja bibir lo gue yang pegang!" jelas Alpha sembari terus terkekeh.
Gavin terkejut, "tahu darimana, lo?"
"Seantero Alundra tahunya Prisca pacar gue. Jadi, ada yang videoin lo sama Prisca terus dikirim ke gue," terang Alpha.
"Banyak cctv juga, ya! ngomong-ngomong kenapa lo nggak beri tahu mereka bahwa lo adik kakak sama Prisca?" tanya Venus penasaran.
"Biar tahu sendiri aja. Lagian, Prisca aman nggak ada yang dekatin," jawab Alpha.
"Sampai kapan lo posesifin Prisca?" tanya Raksa sembari mendongak menatap Alpha karena ia duduk di bawah Alpha.
"Gue nggak posesif. Gue cuma hati-hati aja jagain berlian." Alpha tersenyum mengingat wajah Prisca, "gue akan lepas sampai ada cowok yang menjadikan dia ratu."
Venus membetulkan kerah seragamnya lalu menyisir rambut dengan jarinya. Ia tersenyum lebar, "kalau diantara kita-kita mampu. Gimana? di lepas nggak?"
Alpha tampak berfikir, "cocok, sih."
"Muka kalian tampang-tampang babu. Cocok jadi pelayan ratu," lanjut Alpha. Raksa langsung melempar Alpha dengan kuaci yang ada di tangannya.
"Eh! Al! lo nggak ada rasa dendam sama Bastard?" tanya Gavin yang terdengar serius.
"Manusiawi kayaknya kalau dendam. Cuma balik lagi, kita turutin hawa nafsu atau nggak," jawab Alpha seraya merogoh plastik kuaci yang ada di tangan Raksa.
"Mencuri itu namanya mencuri! hawa nafsu itu!" seru Raksa tidak terima membuat ke-tiga temannya tertawa.
"Lo hampir mau mati tapi lo diam aja?" protes Venus yang mulai tersulut emosi.
"Maaf kita nggak ada disaat lo butuh bantuan, Al." Gavin merasa bersalah. Mereka bertiga bolos pada saat itu sehingga tidak tahu bahwa Alpha sedang dalam masalah.
"Yang ada dipikiran gue. Gimana caranya agar mereka nggak buat onar di sekolah," ujar Alpha.

Bình Luận Sách (1012)

  • avatar
    Robi Borent'z Namsembilan

    sip

    20h

      0
  • avatar
    Seliivanka

    bgs alur ceritanya

    4d

      0
  • avatar
    WicaksonoAkbar

    aku suka banget sama novelah aku sangat senang dengan novelah aku terkadang juga sukai juga Sukaesih film dan juga aku suka yang bagus yang bagus terima kasih ya play store play store aku sungguh kagum dengan novel hari ini aku cinta novel dan terkadang aku aku juga terkadang membaca di novel itu sangat seru sekali saya juga bukan sekali sama novira siapa Novi

    8d

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất