logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 7 Tingkah Vero

Hari menjelang malam, pengunjung lebih banyak laki-laki kali ini. Anak sekolah yang baru pulang les, juga beberapa guru yang mampir ke sevenmart.
"Permisi," ucap seorang wanita.
Vero yang sedang merapikan barang dagangan itu menoleh. Lalu, ia berdiri dan menghadap ke arah wanita itu.
"Apa boleh kenalan?" tanya wanita itu sambil mengulurkan tangan.
Vero menaikkan kedua alisnya lalu tersenyum simpul sambil menjabat tangan wanita tersebut. "Namaku, Vero, apa ada yang bisa saya bantu, Kak?" tanyanya dengan ramah. Vero segera melepaskan tangannya.
Wanita itu cantik dengan balutan dress berwarna navy selutut. Memperlihatkan lekuk tubuhnya bak gitar Spanyol, bibirnya merah merona dengan make up tipis. Kulitnya putih berseri, rambutnya ikal tergerai sepinggang. Sesaat membuat Vero takjub. Namun, rasa itu hanya sebentar saja hinggap dihatinya. Ada wanita lain yang sudah mengisi hatinya.
Wanita itu mendekat ke arah Vero, sementara Vero masih diam di tempatnya.
"Aku hanya butuh nomor ponselmu," bisik wanita itu tepat di telinga Vero.
Vero terdiam, ia menoleh sekilas ke arah Sheril yang sedang sibuk melayani pembeli. "Maaf, kak. Nomor itu privasi. Bagaimana kalau follow akun Minsta-ku?" tanya Vero.
Raut wajah wanita itu berubah muram. Seakan Vero memberi batas dengan jelas.
"Ah, maaf. Kalau begitu, boleh." Wanita itu menyerahkan ponselnya. Vero segera mengetik nickname-nya di papan pencarian. Setelah menemukan nama akunnya, ia segera menfollow akunnya sendiri. Lalu, Vero menyerahkan ponsel itu ke pemiliknya lagi.
"Terima kasih," ucap wanita itu. Ia masih berdiri dekat dengan Vero. "Apa kamu sudah punya pacar?" tanya Wanita itu sambil memasukan ponselnya ke dalam tas kecil.
"Sudah, kak," jawab Vero dengan senyum merekah.
Wanita di depannya segera membungkuk sambil meminta maaf. Lalu pergi membawa keranjang belanjaannya menuju meja kasir.
"Totalnya 35 pound, ya, kak." Sheril berkata dengan wajah dihiasi senyum ramahnya.
Wanita itu menyerahkan card pembayarannya. Wajahnya masih muram, membuat Sheril hati-hati berkata.
Sheril segera menggesekan card itu ke mesin pembayaran.
"Ada. Yang diperlukan lagi?" tanya Sheril pada wanita cantik itu.
"Um. Tidak, terima kasih!" ucap Wanita itu sambil meraih tote bag yang diberikan Sheril serta card miliknya.
Wanita itu pergi tergesa. Sekilas Sheril melihat wajah wanita itu, ia sudah bisa menebak apa yang sudah terjadi.
"Pasti ulah Vero," gumam Sheril diakhiri tawa kecil.
Vero berjalan mendekat ke arah Sheril, lalu mengambil kursi dan duduk di samping kanannya.
"Cowok itu kenapa masih di sana, sih?" tanya Vero.
"Cowok yang mana?" tanya Sheril.
"Itu tuh!" tunjuk Vero dengan dagunya ke arah luar.
Di seberang jalan, pria yang mengenakan hoodie hitam masih setia duduk di kursinya. Sementara kedua temannya yang siang tadi menemani, kini sudah tidak ada.
"Biasanya nongkrong lama di cafe, pesennya cuma satu gelas kopi."
"Hihi." Sheril tertawa kecil.
"Iya, kan biasanya gitu. Sok-sokan nongkrong lama di cafe, pesennya cuma air minum doang."
Sheril masih terkikik geli mendengar gerutuan Vero.
"Dia siapanya kamu, Sher? Tadi siang nganterin makanan, sekarang masih aja nungguin kamu?"
Sheril menghentikan tawa kecilnya. "Dia tetanggaku. Aku sudah menyuruhnya pulang, tapi dia mau menunggu. Ya, terserah."
"Oh, cuma tetangga. Yakin?" tanya Vero sambil memberi tekanan pasa kata 'yakin'.
"Kamu kenapa, sih?" tanya Sheril.
"Nggak!" sanggah Vero. Ia berdiri dan mengambil alih tugas mengecek barang belanjaan pembeli.
Selepas pria paruh baya membayar belanjaannya. Datang seorang pemuda, dari wajahnya Vero menebak bahwa pemuda itu masih sekolah.
"Rokok satu bungkus," pinta pemuda itu sambil menyodorkan dua botol minuman bersoda.
"Boleh lihat kartu tanda pengenalnya, Dek!" pinta Vero.
Pemuda itu dengan santainya merogoh saku celana, ia mengeluarkan sebuah kartu tanda pengenal.
Vero mengambil kartu tanda pengenal milik pemuda itu. Ia memeriksanya dengan teliti. Lalu, senyum tersungging di bibirnya.
"Anak di bawah umur dilarang merokok. Beli yang lain."
"Ash!" Pemuda itu menggerutu. Ia memalingkan wajahnya sambil menggaruk kepala saking jengkelnya karena tidak mendapat izin.
"Beli yang lain atau aku beritahu orang tuamu?"
"Kak, kali ini saja. Aku di suruh," ucapnya terbata.
"Siapa yang menyuruhmu? Kenapa tidak dia saja yang datang ke sini?" tanya Vero.
Pemuda itu celingukan, sampai akhirnya mata dia menangkap sosok Rey yang memasuki sevenmart. Pria itu memakai jaket abu-abu, rambutnya memakai cat rambut berwarna hitam kemerahan dengan gaya rambut undercut. Kedua telinganya memakai tindik. Kulitnya putih, badannya tinggi 189 senti, tubuhnya atletis. Sorot matanya yang berwarna hazel memindai sekitarnya. Membuat siapa saja yang melihatnya akan berprasangka bahwa Rey adalah seorang bad boy.
"Pria itu!" tunjuk pemuda yang sedang berurusan dengan Vero di meja kasir ke arah Rey.
Vero mengangkat kedua alisnya, setelah Rey tiba, tatapan mata Vero berubah. Sebuah tatapan mengintimidasi.
Rey yang baru tiba pun terperangah. "Ada apa, Al. Kenapa kamu menatapku begitu?" tanya Rey.
"Kamu yakin kalau dia yang menyuruhmu beli rokok?" tanya Vero kepada pemuda di depannya. Rey berseru, ia tidak terima. Namun Vero menyuruhnya diam.
"Ah, sepertinya aku salah orang," ucap pemuda itu. "Tadi dia mengancamku supaya membelikannya rokok."
"Beli yang lain saja, Dek." Vero menyerahkan kartu tanda pengenal. Rey mengintip dari belakang pemuda itu. Lalu, Rey terkikik geli saat melihat foto di kartu tanda pengenal milik pemuda itu.
Pemuda itu diam, wajahnya merah seperti tomat yang sudah matang. Kemudian, ia memutuskan untuk membeli dua kaleng minuman soda. Setelah membayarnya, ia pun pulang.
"Sher, ayo kita pulang!" ucap Vero. Ia merapikan meja kasir, lalu mengambil jaket dan berjalan keluar dari meja kasir.

Sheril bangkit dari duduknya, waktu pulang yang sangat dinantikannya itu pun tiba. Sheril masih berdiri di meja kasir saat Rey menghampirinya.
"Rey, kira-kira Pak Davin mau ngizinin aku nggak, ya? Aku mau cuti setengah hari buat cari kontrakan."
Rey menoleh ke arah Sheril yang sedang merapikan rambutnya. Baru saja ia mau berkata. Namun kata-katanya terhenti begitu saja.
"Pasti ngizinin," ucap Vero.
Sheril menoleh ke arah Vero. "Kenapa kamu masih di sini? Katanya mau pulang?"
"Nunggu kamu," ucap Vero sambil menoleh ke arah luar.
"Rey," panggil Sheril.
Rey menoleh ke arah Sheril, menatapnya penuh tanya.
"Besok bantu aku, ya!" pinta Sheril.
Rey mengangguk. "Besok ke sini, biar kita berangkat bareng," ucap Rey. Sheril mengacungkan kedua jempolnya.
"Sheril, ayo pulang!" teriak Vero.
"Aih, kamu kenapa sih?" Sheril menggerutu sambil berjalan keluar dari area meja kasir.
Yuri datang, ia menatap Vero dengan penuh tanda tanya. Lalu menatap Rey dan Sheril bergantian.
"Selamat bekerja, Yuri, Rey!" seru Sheril sambil melambaikan tangan. Vero menarik tangan Sheril, berjalan cepat keluar dari sevenmart.
Yuri dan Rey yang baru saja membalas lambaian tangan dari Sheril, kini saling tatap.
"Apa yang sudah terjadi selama dua hari ini, ya?" tanya Rey.
"Sepertinya Vero sedang jatuh cinta. Haish, sayang sekali," gumam Yuri.
"Sayang kenapa?"
"Apa?" tanya Yuri. Wajahnya bersemu merah. Ia segera memalingkan wajah sambil mengikat rambut panjangnya yang ikal.

Rey tertawa kecil. "Maksudku, sayang kenapa, gitu!"
"Oh," jawabnya. Lalu segera beranjak pergi ke arah ruang khusus pekerja.
Di luar, Sheril dan Vero berdiri saling berhadapan.
"Kenapa minta sama Rey? Aku juga bisa antar kamu cari kosan."
Sheril menatap Vero, keduanya berhenti di depan pintu masuk. Sheril melepaskan cengkraman tangan Vero dari tangannya. "Aku nggak percaya sama kamu!" Sheril beranjak pergi.
Tedi yang sudah menunggunya sejak pagi, segera menghampiri Sheril. Mereka berjalan bersama menuju halte bus.
"Oh, kamu lebih percaya cecunguk itu daripada aku? Hah!" teriaknya. Vero berlari menyusul Sheril dan Tedi. Geram, itulah yang ia rasakan saat ini.
Sheril yang sedang berjalan bersama Tedi Itu menoleh ke arah Vero. Lalu ia mendengkus kesal. Tak lama, dering ponselnya, membuat Sheril merogoh saku celana. Sebuah notifikasi muncul, membuat Sheril terdiam.
[Sepertinya malam ini perjalanan pulangmu seru, ya?]

Bình Luận Sách (824)

  • avatar
    Carlos Santaro

    best plot story ever

    09/05/2022

      0
  • avatar
    zunzun

    penasaran bangetttt sama ceritanya.. tiap hari selalu cek apa udah update belum.. secepatnya mungkin ya.. soalnya bikin penasaran banget sama ceritanya sheril.. 😍😍🥰🥰

    28/12/2021

      1
  • avatar
    MimiAzli

    sorg pmpn yg jomblo..disukai tiga pria.

    27/07/2023

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất