logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

PART 04

Adinda POV
Akhirnya sampai juga aku dirumah Eyang kung setelah sebelumnya mengantar Mayda sampai di rumahnya terlebih dahulu. Dan tepat didepan rumahnya. 😎
Ternyata emang iya, benar ada tamu dirumah Eyang kakung. Maksud aku tamunya belum pulang.., jadi aku masih sempat untuk pamer kecantikan wajah seorang gadis bernama Adinda, cucu perempuan satu-satunya dari Eyang Harnoto😃😆
Kulihat nampak sebuah avanza silver dengan nomer plat luar kota terparkir manis tepat di depan halaman rumah Eyang kung. Dan jika sayup-sayup kudengar percakapan didalam rumah, sepertinya tamunya lebih dari satu orang. Karena suara tawa yang sempat tertangkap telingaku begitu riuh..
Begitu motor aku parkirkan didepan rumah Eyang kakung, tak jauh dari letak mobil itu terparkir, akupun segera berjalan menuju kedalam rumah yang pada saat itu pintunya telah terbuka cukup lebar.
" Assalam mualaikum.."
Berkataku mengucap salam dengan suara lebih lembut dan lebih terdengar sopan dari biasanya yang langsung dijawab dengan serentak oleh orang-orang yang ada di ruang utama tersebut.
" Wa alaikum salam..". Hampir seremapak mereka menjawabnya.
Ku ulas senyum semanis dan seramah mungkin sembari melangkahkan kaki, lebih kedalam. Kuhampiri bundaku yang duduk tak jauh dari eyang kakung. Setelahnya begitu dekat, langsung kuucium tangan bunda dan eyang kung seperti kebiasaanku sehari-hari. Setelahnya barulah aku menyalami semua tamu yang telah duduk manis di kursi ruang tamu satu persatu.
Seorang perempuan dan laki-laki setengah baya yang usianya dibawah Eyang kakung lalu sepasang muda mudi yang usianya mungkin enggak beda jauh dariku.
Atau lebih muda dariku mungkin untuk yang cewek. Kalau yang cowok udah terlihat cukup dewasa.
Suami istrikah?? Dalam hatiku  bertanya, sedikit penasaran.
Hemm
Sayang bangett mereka harus menikah di usia muda.. enggak bisa sepenuhnya menikmati masa remaja. Apalagi si cowoknya yang jadi suaminya.., super ganteng.
Rasanya kog enggak pantas banget disandingkan dengan cewek yang di sebelahnya itu.
Dia terlalu culun.
Terlalu lugu penampilannya kalau dibandingkan si cowok yang cukup keren dan terlihat lebih trendi.
Duhhh sangat-sangat disayangkan sekali.. 🥺
Lihat aja, jaman now rambut masih dikepang dua aja. Saat wanita seusianya begitu memperhatikan tampilan fisik, dia masih cukup dusun dengan cara berpakaiannya. Juga dandannya. Udah pakai kemejanya norak banget. Khas orang-orang yang tinggal di pelosok desa dan terpencil.. Corak kotak-kotak dengan warna yang sangat mencolok seperti pelangi. Semua warna ada disitu. Terus juga lengannya yang panjang dikancingin sampai sebatas pergelangan tangan. Arloji mungil dengan tali dari kulit berwarna marun. Sepasang anting yang menghiasi telinga mungilnya itu lebih memperlihatkan identitas asalnya. Dengan bentuk sangkar burung dan rantai yang cukup panjang menggelantung hingga hampir menyentuh pundak.
Ampuunn deeeh, malu sendiri aku mengakuinya sebagai famili. Meski baru sekali ini kita bertemu.
' Tabrakan beruntun judul warna bajunya..'
Dalam hati aku bergumam sembari menyungging sedikit senyum yang aku tahan-tahan karena geli.
" Adinda duduk, ndak sopan berdiri terus begitu."
Tiba-tiba suara Bunda mengejutkan aku yang sedikit asik memperhatikan sosok gadis di depanku yang waktu itu hanya duduk dan diam membisu dengan sikap malu-malu.
Dia seperti anak itik yang kedinginan. Duduk aja seperti anak kucing yang kelaparan. Meringkuk dengan sepasang kaki saling menempel dan tangan yang saling terengkuh dan diletakkan dipangkuan. Posisi duduknya membungkuk kayak orang pesakitan yang sedang menunggu vonis hakim 😆😆
" Adinda.." Ulang bunda memanggilku.
Aku senyum menahan malu sembari buru-buru duduk di samping Bunda.
" Ini anakmu Rumina ?" Lelaki setengah baya yang ternyata adik angkat Eyang yang selama ini suka Eyang kung ceritain ke aku itu bertanya dengan memandangiku sembari senyum-senyum.
Bunda mengangguk.
" Iya pak lik, namanya Adinda. Si bungsu yang hobi ngambek." Bicara Bunda yang seolah benar-benar menegaskan jika aku gadis yang masih sangat kolokan dan hobinya udah kek mesin motor yang udah tua.
Huuhhh
Aku langsung aja cemberut mendengar perkataan Bunda barusan. Tak terima lebih jelasnya. Iyaa masa siih putri cantiknya yang cuma semata wayang dijelek-jelekin didepan orang banyak??
Masa sih anak secantik dan sebaik aku di katain begitu?? Mana cowok yang duduk disebelah istrinya itu terus memperhatikan aku sembari senyum-senyum. Terlebih dia sangat seksama mengawasiku. Semakin merah aja mukaku waktu itu. Soalnya dia super ganteng.. 😍
Dan ternyata namanya Widhi, aku baru tau saat tadi sempat terdengar sekilas saat wanita setengah baya itu memanggil namanya dengan cukup jelas. Malu dan merona mukaku ketika sempat dia lempar seulas senyumannya. Duhhh
Eitttt.. tapi dia udah punya bini..! 🤦
Ihh.. aku bukan pelakor.. Bukan.!
" Tapi dia yang paling rajin nganterin makanan untuk kakeknya dan kesayangan Eyang pun.."
Menyela Eyang kakung sembari tertawa dan di ikuti yang lain. Aku agak tersedak, namun juga tersipu malu mendengarnya.
Cuma aku yang senyum-senyum kecil aja dengan dada sedikit membusung bangga.
 
Enggak sengaja tatapanku beradu sepersekian detik dengan gadis dusun di sebelah cowok yang bernama Widhi itu.
Dia senyum. Senyum yang lebar tapi enggak terlihat deretan gigi-giginya.
Sepasang matanya menyipit karena senyum itu. Dan bibirnya,, ternyata basah. Indah sekali.
Aku kaget sendiri pas saat itu. Saat otak dan pikiranku jadi tak beres. Buru-buru aku membuang tatapan ke arah lain. Sebelum isi dikepalaku lebih liar dan traveling jauh..
Ampun, jahil juga pikiranku ini !.
Widhi tersenyum ke arahku sewaktu aku juga iseng memandanginya. Namu aku sedikit enggak respon. Entah kenapa..
Otakku menjadi agak eror sesaat.
Huuhh
" Iyus nanti bisa main ke rumah tante. Ada Adinda yang bisa diajakin ngobrol juga.. biar lebih akrab. Dirumah tante cuma ada Dinda dan tante saja, karena anak tante yang laki-laki harus tinggal jauh.. dinas di pulau Batam "
" Iya, makasih tante.. Kalo ada waktu pasti nanti saya main ke rumah."
Jawabnya malu-malu dengan wajah memerah. Masih selalu dengan senyum di bibirnya
Apa karena terlalu aku perhatikan?? Entahlah.
' Oughh namanya Iyus..lucu sekali namanya..hemm..'
" Kalau gitu mas Wid enggak perlu terlalu sering main kesini dong kalau Iyus udah ada Dinda.." Celetukan cowok di sebelah gadis itu. " " Iya.. mas Widhi enggak usah terlalu sering kesini.. Mas juga sibuk kerja.."
Aku hanya mengulas senyum mendengarkan obrolan rumah tangga mereka. Dan lucunya Iyuspun ikut-ikutan tersenyum. Tersipu malu dan cukup malu-maluin.
Heran.. ngapain juga dia ngikutin aku.. 😒
Dari pertama melihatnya aku udah enggak ada menaruh respek sedikitpun, apalagi harus jadi teman???
Haddduuhhh kiamat buat aku!!
Lebih sering Widhi kesini justru lebih baik.
( Nahh kannn,, balik lagi pikiran gilaku?! Hadeehh..)
Tapi aku merasa jika aku enggak akan bisa sejalan sehati sama gadis yang noraknya aja bikin aku malu sendiri.
Kulirik Iyus yang nampak asik mengutak atik hape di pangkuannya.
" Ihh enggak sopan."
Gumamku lirih agak jengah. Dia asik sendiri dengan benda di tangannya. Seolah itu adalah benda baru yang dia belum pernah lihat dan punyai. Lamaa dia menunduk dan sibuk sendiri, hingga aku tak menyadari jika aku sudah terlalu amat memperhatikan dia.
Sampai kemudian kuutangkap sepasang mata yang di buat-buat inocent itu memperhatikan aku balik. Dengan senyum di bibirnya yang pakai di basahi dulu. Biar dikata seksi apa??
Mendengusku tak suka. Cuma tersenyum kecut aja aku balas keramahannya dia. Meskipun dengan muka sedikit bego dan malu plus plus.
Entahlah, aku merasa kalau kehadiran gadis itu akan merebut simpati dari Eyang kakung. Aku perhatikan dia cewek yang enggak suka neko-neko. Anak rumahan banget kayaknya. Dan jika aku perhatikan lebih detail lagi, sikap dia bisa dengan mudah menarik perhatian orang. Lihat aja Bunda, sekalinya ketemu langsung yang merasa begitu akrab dan dekat. Bahkan sikap Bunda sama seperti Bunda memperlakukan aku.
" Boleh kan nantinya saya sering-sering main kesini eyang..?" Setengah bertanya Widhi menatap Eyang kakung yang langsung manggut-manggut senang. " Tentu saja boleh.. eyang malah seneng.. karena rumah bakalan ramai. Ada teman ngobrol yang sama laki-lakinya.. jadi ndak cuma kicauan love bird saja yang eyang dengar.."
Begitulah suasana ngobrol dirumah Eyang-ku. Cukup hangat meski satu yang aku tak suka, yaitu keberadaan Iyus, Udah.

Bình Luận Sách (431)

  • avatar
    TaneA.a

    bagus terus berkarya ya kak

    24/05/2022

      0
  • avatar
    JuliasariKenaya

    bgss bngttt

    04/08

      0
  • avatar
    MuhammadMuhammad isayama

    cerita nya sangat menarik

    21/07

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất