logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

SUAMI   YANG DIHINA KELUARGAKU

SUAMI YANG DIHINA KELUARGAKU

Anik Safitri


1

Gelak tawa memenuhi ruangan. Riuhnya menambah ramai suasana. Tetapi tidak dengan ku dan ayah. Ayah hanya mengelus lembut pucuk kepalaku.
Baru saja, ada seorang laki-laki melamarku. Dia adalah anak teman ayah. Tidak seperti kakak-kakak ku yang dilamar dengan membawa pernak pernik mewah, tetapi laki-laki tadi membawa seikat pete, setengah karung cabai serta sayur mayur lainya. Tentu berbanding terbalik dengan kehidupan kota yang aku jalani. Namanya Yitno. Reflek dengan penampilan, nama dan apa yang ia bawa sontak membuat keluarga besarku tak dapat menahan tawanya.
Tetapi ayah justru setuju. Entah mengapa aku percaya pada keyakinan ayah bahwa dia adalah laki-laki yang tepat. Keputusan itu juga membuat diriku menjadi bahan olokan kakak-kakak ku. Suami mereka semua orang berada. Suami Kak Dinda adalah seorang anggota DPR. Suami Kak Oliv seorang pengusaha besar. Dan suami Kak Mayang adalah seorang dosen.
" Ayah, yakin dengan keputusan ayah akan menikahkan Sela dengan lelaki desa begitu ?"
" Kamu yakin akan hidup di desa Sel ? Ih orang desa jorok lho. Mandinya di sungai,"
" Nggak takut miakin kamu hidup dengan orang desa Sel ?"
Dan beragam olokam lainya terlontar dari mulut-mulut kakak ku.
" Jangan melihat seseorang hanya dari satu sisi. Kalian belum tau sisi yang lainya.". Itu wejangan ayah.
" Kamu sudah berumur Nduk. Sudah saatnya kami memikirkan masa depanmu. Jangan terus menerus memikirkan ayah. Ayah tidak apa-apa. Ayah merestuimu,".
Ku peluk pria sepuh itu. Bagaimana aku tega meninggalkanya, sementara ibu sudah terlebih dahulu meninggalkan ayah dalam keabadian. Ayah tidak pernah menuntut salah satu anaknya akan tinggal bersama. Karena semua anaknya perempuan. Mereka harus menurut apa kata suami.
*
Selang beberapa hari Yitno datang lagi. Penampilanya selalu begitu. Kemeja masuk dan rapi. Rambutnya klimis.
" Om saya kesini ingin membantu sedikit dana untuk acara pernikahan nanti. Terimakasih telah memberi restu saya menikahi Sela. Saya berjanji akan membahagiakan Sela sekuat yang saya bisa,"
" Eh Yitno bahagiain darimana ? Kamu cuma petani ? Apa bisa membahagiakan Sela ?" hina Kak Oliv.
" Paling-paling nanti setiap hari disuruh buat sambal pete," tambah Kak Dinda
" Tidak bahagia justru mengancam jiwa nanti, Sel," Kak Mayang tidak mau kalah menimpali
Yitno hanya tersenyum. Tidak terlihat sama sekali gurat emosi di wajahnya.
" Kamu itu punya mulut atau tidak ? Senyam-senyum. Jangan-jangan kamu malah gak waras ?" tanya Kak Dinda.
" Akan saya bahagiakan Sela dengan cara saya sendiri," ucap Yitno dengan begitu yakin.
Namun semua Kakak dari Sela, justru menatapnya penuh sinis. Seakan meragukan kalimat dari Yitno yang ia sampaikan tadi.
" Kamu nggak lihat kalau keluarga kami semua ini keluarga terpandang ? Beraninya kamu menikahi adik kami. Mau ajak adik kami menjadi miskin ?" sindir Kak Mayang lebih tajam.
Lagi-lagi Yitno hanya tersenyum.
" Perempuan yang baik adalah dia yang mau diajak hidup susah oleh seorang pria. Tetapi pria yang baik adalah dia yang tidak membiarkan wanitanya hidup susah," jawab Yitno dengan bijak.
Ketiga kakak ku terdiam karena bersamaan ayah juga datang.
" Kalian mau diadakan resepsi di gedung mana ?"
Aku menggeleng cepat.
" Tidak usah resepsi ayah. Sela hanya ingin ijab kabul saja di rumah. Di tempat lahir Sela,"
" Benar itu ayah. Tidak usah pakai resepsi. Malu dilihat orang. Sela bersuamikan seorang petani dari desa. Lagipula dana nya apa cukup ?" Kak Oliv menimpali.
" Ayah bertanya kepada Sela dan Yitno. Bukan bertanya kepada kalian," kata ayah lenuh penekanan.
Mendengar nada suara ayah yang tak biasa, ketiga kakak ku masuk ke dalam. Mereka sengaja menginap seminggu disini karena mendengar aku ingin di lamar seseorang.
***
Setelah Yitno pulang, kami membuka uang dari nya. Kami terbelalak kaget menghitungnya. Jumlahnya lima puluh juta. Tidak kurang tidak lebih. Padahal niat kami hanya ijab kabul biasa.
" Jangan-jangan ini uang hasil hutang, Yah. Kasian Sela kalau harus menanggung hutang setelah menikah,"
" Kalian tidak boleh suudzon. Jika ada lebihnya akan ayah kembalikan,"
*
Ijab kabul berlangsung khidmat dan lancar. Hanya ketiga kakak ku tetap tidak suka padanya. Karena Yitno tidak seperti suami-suami mereka.
" Yitno, uang yang kamu berikan kepada ayah kemarin terlalu berlebihan. Ambilah ini sisanya,"
Yitno menolak dengan halus pemberian ayah.
" Tidak ayah. Ini sudah menjadi hak ayah sekeluarga. Yitno menyerahkanya dengan ikhlas. Insya Allah ini halal bukan uang riba ayah,"
Ayah merangkul Yitno dengan hangat. Beliau seperti terharu dengan segala tutur kata dan sopan santun Yitno.
***
Selesai acara, aku diboyong ke arah tenggara kota. Menuju kediaman suamiku. Dia adalah anak yatim piatu. Jadi aku akan tinggal hanya dengan suamiku. Sejauh perjalanan melewati beberapa desa dan hamparan sawah, aku bertanyan dalam hati kenapa tidak kunjung sampai ? Apakah rumahnya memang sangat pelosok. Ku lihat kanan kiri warga kampung yang riwa-riwi beraktifitas. Juga ada sebuah pemandangam beberapa anak kecil bermain di sungai. Oh Tuhan apakah nasibku sama, apa benar yang dikatakan kakak ku kalau aku harus mandi di sungai kalau hidup di desa ?
Mobil berhenti di sebuah rumah.
" Kita sudah sampai dik,"
Rumah yang menurutku...

Bình Luận Sách (696)

  • avatar
    Al azzamiFatih

    baik

    7d

      0
  • avatar
    Edwar Syalom Sangka

    menarik

    7d

      0
  • avatar
    Izzah afkarinaIzzah afkarina

    baik

    11d

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất