logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Bab 2

Di waktu yang sama tepatnya di sebuah kastil tua milik keluarga Strauss. Di sana Ilya sedang duduk di sebuah kursi di depan meja makan. Di hadapannya sudah dihidangkan steak yang menjadi menu makan malamnya. Di bawah cahaya remang-remang, Ilya menikmati makananya. Ketika hendak memotong daging menggunakan pisau, Ilya kemudian merasakan sebuah firasat di kepalanya. Ilya kemudian melayangkan senyuman menyeringai sambil menyantap hidangannya. Steak terlihat cukup horor dengan tampilan saus mirip dengan darah membuat cukup merinding. Suasana ruangan yang penuh dengan hiasan gothic menambah suasana menyeramkan. Di balik jendela petir menyambar, hujan yang semakin deras membuat Eldelius malam ini diselimuti kedinginan.
“Lihatlah cuacanya. Apa ini pertanda buruk?” ucap seorang pemilik toko kepada pelanggannya yang berada di sana sambil menunggu hujan reda
“Sampai kapan akan seperti ini?”
Orang-orang di kota ini merasakan firasat buruk sudah sejak lama setiap datang hujan disertai petir. Jam sudah menunjukan pukul 9 malam. Rumah-rumah yang menghiasi kota megapolis ini berubah menjadi gelap. Mereka seolah sengaja mematikan lampunya. Kali ini di markas pusat, Gabriel yang termenung tidak lama kemudian Mckena memberinya secangkir kopi untuk menghangatkan suasananya.
“Kau mau?”
“Ah, iya.”
“Mungkin kau bingung. Tapi itulah kenyataannya.”
“Sebenarnya, ada banyak yang ingin kutanyakan. Pertama bagaimana awal mula ini? Dan selanjutnya, kenapa bisa seperti ini?”
“Semuanya berawal dari sejarah.”
“Apa?”
“Tapi, semuanya tidak mengingatnya bahkan tidak ada catatan apa-pun. Kau tahu kenapa?”
“Memangnya kenapa?”
“Semua orang membenci itu. tidak tahu pastinya apa hanya saja itulah kemungkinannya. Para arkeolog dan ilmuan lainnya mencoba untuk mengungkapkannya lagi-lagi hasilnya nihil. Karena itulah tidak ada yang tahu.”
“Begitu ya.”
“Oh iya. Besok kita akan melakukan perjalanan. Apa kau tidak keberatan?”
“Karena Leo juga menginginkan lebih cepat, jadi itu bukan masalah.”
“Baguslah.”
“Orang yang tadi, memiliki sebuah tanda di lengannya. Aku jelas sekali melihatnya.”
“Tanda?”
“Iya. Semacam simbol.”
“Hmmm.... ini menarik. Sudah malam kau lebih baik istirahat saja.”
“Ah, iya. Sampai bertemu besok.”
“Yo.”
Gabriel kemudian meninggalkan ruangan Mckena. Dalam perjalannya menuju ke kamarnya, dirinya kemudian merasakan sensasi aneh dalam kepalanya. Tidak hanya itu, ingatan mengerikan di mimpinya terus terlihat dan membuat dirinya mendadak sempoyongan. Sesampainya di dalam kamar Gabriel, dirinya membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur empuk. Tubuhnya yang lelah kemudian terlelap dengan mudah. Kali ini di dalam mimpinya terlihat sebuah ingatan masa kecil Gabriel yang semakin lama semakin kabur. Cahaya yang menyinari membuat mata terasa perih. Di dalam sana, dirinya yang ceria dipenuhi dengan kebahagiaan. Sampai suatu ketika, dimana semuanya berubah bermandikan darah. Ingatan tersebut semakin membuatnya tenggelam di bawah bayang-bayang kegelapan. Gabriel yang melihat dirinya di dalam cermin terpantul dirinya yang masih kecil terus memandangnya dengan tatapan dingin. wajah tanpa emosi menjadikannya seolah seperti orang lain. perlahan-lahan dirinya mencoba untuk keluar dari ruangan tersebut dan lagi-lagi semua itu hanya sia-sia.
“Kau akan melarikan diri?”
“Bukankah kau yang memulainya?”
“Pengecut!”
“Sampai kapan kau akan seperti itu?”
“Kenapa kau tidak mati saja Gabriel!”
Gabriel yang terus mendengar ucapan dirinya yang masih kecil tersebut terus membuatnya merasa ketakutan hingga akhirnya melukai dirinya sendiri dengan memukul semua cermin tersebut dan kemudian memasukan pecahan kaca yang berserakan di sana ke lengan kirinya. Sambil menahan rasa sakit dirinya tidak dapat pergi dari suasana mengerikan itu dan terus memandangi wujud dirinya yang masih kecil dan terus menertawakan dirinya. Perasaan yang semakin memuncak, darah bercucuran dari tangannya. Suara rintihan dirinya menggema di setiap sudut ruangan.
“Sialan. Apalagi ini?” ucap Gabriel
Tidak lama kemudian, Gabriel terbangun dengan perasaan terkejut sambil mengeluarkan banyak keringat di keningnya. Gabriel yang sudah terbangun, lalu melihat jam dan ternyata masih malam. Nafasnya yang semakin berat membuatnya tidak dapat tidur kembali. Pandangan kosong menghiasi dirinya. Ini bukan pertama kalinya Gabriel memimpikan hal tersebut dan seiring berjalannya waktu terasa seperti kenyataan.
“Jika terus seperti ini, aku bisa gila,” gerutu Gabriel
Keesokan harinya, Leo dan Mckena sudah berada di ruangan Jake mereka berdua tinggal menunggu kedatangan Gabriel. Dan benar saja, tidak lama kemudian Gabriel datang menghampiri mereka. Kali ini semuanya sudah berkumpul dan bersiap untuk berangkat. Jake hanya memberitahukan rencananya saja dan kemudian mereka bertiga mengikutinya.
“Baiklah, ayo. Waktunya berangkat,” ucap Mckena
“Kami permisi dulu,” ucap Leo
“Iya. Berhati-hatilah kalian,” sahut Jake
Sekarang mereka bertiga pergi meninggalkan markas dan menaiki mobil khusus. Gabriel hanya berjalan mengikuti mereka tanpa mengatakan apa-apa. Leo yang menyadari ada yang tidak beres dengan Gabriel dan hanya membiarkannya saja seperti itu tanpa banyak bertanya. Perjalanan mereka menuju ke kota Eldelius cukup memerlukan waktu lama karena jaraknya yang lumayan jauh sehingga harus menghabiskan 5 jam perjalanan. Di dalam perjalanan mereka bertiga tidak banyak mengobrol dan hanya fokus saja.
“Apa terjadi sesuatu, Gabriel?” ucap Mckena sambil mengemudi
“Tidak.”
“Benarkah? Apa kau kurang sehat?”
“Tidak.”
“Hmm.... aneh sekali, sebelumnya kau terlihat luar biasa. Kenapa sekarang kau seperti ini?”
“Sudahlah. Biarkan saja,” sahut Leo
“Tidak baik jika hanya membiarkannya begitu,” ucap Mckena
“Lagi pula percuma saja bertanya, tidak akan ada jawaban yang memuaskan.”
“Iya iya.”
Di sebuah tempat mirip dengan markas, orang-orang sedang berkumpul di balik kegelapan. Ruangan yang minim dengan cahaya membuat wajah mereka tidak nampak. Semuanya terdiam melihat ke arah seseorang. Di sana, berdiri seseorang yang terlihat putus asa dengan tatapan ingin sekali melarikan diri. Tangannya terikat oleh borgol di hadapan mereka semua orang itu berlinang air mata. Tubuhnya yang dipenuhi dengan luka membuat darah memenuhi pakaiannya. Tidak lama kemudian, seseorang yang memakai kalung besar menghampiri orang tersebut dan langsung membawanya ke sebuah meja dan membaringkan pria itu dengan paksa. Tangan dan kakinya di ikat. Beberapa orang yang berada di sana langsung mengelilinginya dan seseorang menggunakan lingkaran sihir keluar sebuah asap yang kemudian menelan pria tadi dengan kejam. Mereka yang hadir hanya terdiam dan menikmati suasana tersebut.
“Ini menyenangkan.”
Beberapa orang di sekitar kota Eldelius sedang melakukan aktivitas sehari-hari mereka seperti tidak terjadi apa-apa. berita yang terlihat di berbagai stasiun televisi tidak membuat aktivitas mereka terganggu. Orang-orang terlihat sibuk. Kali ini tepatnya di sebuah perusahaan farmasi milik orang yang bernama Jodie. Di sana semua pekerjanya sedang sibuk. Jodie duduk di kursi ruangannya dan menikmati waktu luangnya dengan melihat berita di saluran televisi. Tidak hanya itu, Jodie juga mendapatkan sebuah panggilan dari seseorang.
“Halo?”
“Kau sudah menyiapkannya?”
“Tentu saja. Bagaimana dengan anda? Apakah anda dapat bertemu dengan saya akhir pekan?”
“Tidak. Kirimkan saja barang ku minta. Dengan begitu transaksi selesai.”
“Ah, iya tentu saja. Saya akan memprosesnya dengan cepat. ngomong-ngomong kapan lelang itu akan dilaksanakan?”
“Kau cukup melihat jadwalnya di situs kami.”
“Ah iya. Baiklah. Tentu saja.”
Seseorang yang menelpon Jodie merupakan orang misterius. Setelah mendapat panggilan dari orang tersebut, dengan cepat Jodie langsung menemui pekerjanya dan segera mempersiapkan barang yang di pesan oleh orang itu. Di dalam perusahaan yang sangat maju suasana sibuk terus terlihat bahkan sampai matahari terbenam. Kali ini Mckena bersama dengan mereka berdua sudah sampai di kota Eldelius. Begitu sampai di kota ini mereka bertiga langsung menemui seseorang yang akan membantu mereka. Tepat di sebuah rumah yang terlihat hanya bangunan berbentuk kotak saja. Mereka bertiga langsung turun dari mobil dan kemudian mengetuk pintu. Beberapa saat kemudian seorang pria keluar dari pintu. Rambutnya berwarna coklat dengan penampilan cukup rapi.
“Oh kalian sudah sampai rupanya,” ucap orang tersebut
“Bagaimana kabarmu?” tanya Mckena
“Masih sama seperti biasanya. Oh iya siapa mereka berdua?”
“Perkenalkan mereka rekanku. Ini Leo dan yang ini Gabriel.”
“Halo,” ucap Gabriel
“Halo tuan,” ucap Leo
“Halo juga, saya Antoni. Mari masuk,” ucap Antoni kepada mereka bertiga
Begitu masuk ke dalam rumah milik Antoni, ternyata isinya bukanlah tempat biasa. Melainkan seperti sebuah markas eksekutif. Di sana banyak sekali barang-barang elektronik beserta komputer seperti milik hacker. Tidak hanya itu saja, di dalamnya juga banyak sekali perlengkapan senjata beserta laboratorium. Memang diketahui bahwa Antoni ini merupakan anggota organisasi perlindungan manusia yang sengaja berbaur dengan orang biasa dan hidup di kota ini. Ketika mereka bertiga mulai membicarakan maksud dan tujuan kedatangannya tentunya Antoni menerima tawaran mereka untuk membantu. Sejauh ini berita mengenai hancurnya Antherius memang sudah menyebar bahkan ke penjuru Fedelion. Selama beberapa waktu mereka harus menggunakan kediaman Anthoni sebagai markas. Penyelidikan ini memang tidak memerlukan banyak agen cukup dengan mereka saja. Namun, kenyataannya tidaklah semudah yang dibayangkan.
“Kalian sudah yakin? Ini akan berbahaya,” ucap Antoni
“Tidak masalah. Lagi pula, ada yang ingin kuketahui,” sahut Leo
“Ku rasa kalian tidak hanya akan terlibat dengan kelompok itu saja. Oh iya jika ini memang tidak dapat terkendali. Apa boleh buat kita harus datang menemui orang itu,” ucap Antoni
“Tidak masalah. Cepat atau lambat itu pasti akan terjadi,” sahut Mckena
“Apa semua ini kau yang melakukannya?” tanya Gabriel dengan penasaran
“Benar. karena disini hanya ada diriku seorang yang masih tersisa jadi apa boleh buat.”
“Apa? hanya kau yang tersisa?”
“Akan ku ceritakan nanti. Sekarang bagaimana kalau kita makan BBQ di luar,” ucap Antoni
“Tunggu dulu, di saat seperti ini?” tanya Leo
“Memangnya kenapa? Lagi pula kalian sudah jauh-jauh datang kemari dan tidak menikmati kota ini walau sebentar? Itu akan merugikan loh.”
“Ayolah. Ini tidak akan lama,” ucap Mckena
Akhirnya mereka setuju untuk berkeliling sebentar di kota ini dan menikmati BBQ. Mereka makan-makan di sebuah restoran khusus yang menyajikan BBQ terkenal di kota ini. Suasana megapolis yang sedikit berbeda dengan Antherius.

Bình Luận Sách (129)

  • avatar
    Nul fikriAfrihan

    ngap lu

    12d

      0
  • avatar
    Jakajaya Anugerah

    ini sangat bagus sekali

    03/07

      0
  • avatar
    LungsetMan

    menarik

    30/06

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất