logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Mulai Kasar

'Yah, apa maksud pembicaraan mereka?' batinku. 
"Iya Tante. Awan minta maaf banget karena mungkin sudah mengecewakan Tante. Sebenarnya Awan ngak bermaksud begitu Tante tapi..."
"Sudah Awan ngak apa-apa, lagian sekarang kamu sudah menemukan jodoh."
"Oke, Awan cuma takut kalau Tante marah sama Awan."
"Ngak." 
Tante Mawar tersenyum tapi pahit. "Aduh maaf ya Tante ngak punya air jadi Tante ngak bisa buatin kalian minuman."
"Ngak usah repot-repot Tante." Sambung ku. 
Aku masih belum mengerti apa maksud dari pembicaraan mereka berdua, jadi aku akan menanyai Bang Awan saat tiba di rumah nanti. 
"Kalau begitu kita pamit pulang aja dulu Tante, karena memang sekarang juga udah kelewat malam."
"Kalian mau langsung pulang?"
"Iya." Jawab kami berbarengan. 
"Ya udah, hati-hati aja di jalan."
Bang Awan mengangguk, setelah berpamitan kamipun naik motor lagi. Di perjalanan Aku segera bertanya pada Bang Awan. 
"Siapa tadi?"
"Mantan."
"Apa? Mantan? Gila kali abang ini, Abang emang ngak ada bosannya ya nyakitin hati adek."
"Emang begitu kenyataan nya kan? Harusnya adek itu bersyukur karena abang ngak sembunyiin apa-apa dari adek."
"Tapi..."
"Tante Mawar itu janda beranak dua dan dia pacar abang waktu abang kuliah kemaren, dia cantikkan? Beda jauh sama adeklah."
"Apa maksud abang? Hina terus bang sampai bosan mulutmu." Jawabku kesal. 
Dia mencoba membanding-banding Aku sama janda beranak dua itu. Ya jelaslah Aku ketinggalan jauh yang hanya memiliki wajah pas-pasan. Bang Awan tak menggrubis jawabanku, dia melanjutkan lagi ceritanya. 
"Jadi pas kemaren Abang udah niat buat ngelamar Tante Mawar tapi sayangnya Mamak abang ngak setuju. Mamak bilang kalau abang sampai nekat nikahin Tante Mawar abang disuruh pergi dari rumah dan ngak boleh kembali. Miriskan?"
"Ya." Jawabku ketus. 
---
Tak terasa pernikahan kami sudah berjalan hampir dua bulan, selama itupun suka duka ku lalui tanpa adanya perasaan mengeluh. Aku sudah ikhlas menerima perlakuan kasar bang Awan padaku.
Pagi itu ada yang aneh, Aku merasa seperti tak enak badan. Merasa meriang dan bercampur aduk. 
"Bang, kepalaku pusing bisakan Abang belikan adek obat?" Pintaku pada bang Awan yang masih berbaring dengan malas di atas kasur. 
"Nanti saja."
Aku tak menyahut tapi rasanya badanku sudah tidak tahan, badanku menggigil hebat. Mataku mulai kabur serta berat sekali rasanya, sehingga Aku tak kuasa lagi untuk membuka mataku. 
"Gimana keadaan isteri saya?"
Samar-samar ku dengar suara bang Awan, tapi kesadaran ku sepenuhnya belum pulih, Aku masih bingung apa yang terjadi denganku? Perlahan tapi pasti ku celekkan segera mataku dan astaga di mana Aku? Ini bukan kamar kontrakan ku. Ya, Aku bisa mengingat jelas, ruangan ini memang bukan kamarku. 
"Isteri Anda baik-baik saja, dia cuma kelelahan. Maka dari itu di jaga dulu ya pak isteri nya, takutnya nanti berpengaruh sama janinnya." Jelas orang yang bang Awan tanyai.
"Iyalah pak terimakasih atas penjelasannya jadi kita bisa langsung pulangkan pak?"
"Ya, boleh, apa sudah jelas pak? Kalau memang tidak ada yang ditanyakan lagi, saya permisi dulu."
Kulirik bang awan dan pria paruh baya yang berdiri disampingku, pria itu ternyata adalah seorang dokter. Dia tersenyum dan segera berjalan keluar. 
Merasa sepertinya Aku sudah sadar, bang Awan pun menoleh. 
"Tadi adek pingsan!" Ucapnya langsung. 
"Pingsan? Hanya pingsan?" Tanyaku pelan
"Adek hamil."
'Hamil? Ya Tuhan sebegitu cepatnya kah? Padahal sebenarnya Aku masih belum siap. Aku tidak yakin jika semua ini akan baik-baik saja tapi ternyata Allah lebih percaya padaku.' Batinku sedih. 
Aku sedih karena sikap kasarnya bang Awan sehingga membuatku hampir-hampir saja memilih untuk kembali kepada kedua orangtuaku tapi nyatanya sekarang aku malah hamil. 
"Adek cuma kecapean jadi nanti kalau di rumah jangan terlalu di porsir tenaganya, lagian kerjaan adek cuma di rumah." Jelas Bang Awan tidak suka. 
"Beban ya kalau ternyata Aku hamil?"
"Ngak juga sih."
"Lalu kenapa wajah abang kayak ngak bahagia?"
"Ngak penting buat adek tahu." Jawab bang Awan tegas. 
Aku tak menjawab dan coba bersikap tenang. Semua yang terjadi ternyata tak seperti film yang biasa ku tonton, dimana seorang suami akan bahagia jika mendengar isteri nya hamil. Aku tertawa sendiri dalam hati, menertawakan kebodohanku yang terlalu naif. 
Aku bangun dari ranjang sakit itu, menahan sesak di dadaku, biarlah aku tak perduli!
"Pelan-pelan." Katanya. 
Kupikir bang Awan tak memperhatikan Aku yang bangun sembarangan. 
"Apa perdulimu?" Tanyaku. 
"Karena adek isteri abang! lagian ni ya kalau adek tambah sakit, siapa juga yang bakalan susah dan kerepotan, abang jugakan."
"Udahlah bang ngak usah sok perduli, adek ngak butuh perhatian khusus dari abang, toh adek cuma status di buku nikah! Bukan sampai ke hati abang."
Bang Awan tak menggrubis omelanku dia malah memegangi lenganku dengan hati-hati, menuntunku agar bisa berdiri. 
'Ya Tuhan, kenapa waktu Aku pingsan tadi ngak langsung bablas aja ke akhirat biar dia tahu gimana sakitnya ditinggal. Ah bodoh sudah pasti dia tidak akan sedih, toh dia tidak mencintaiku kan?'
"Kita langsung pulang ya, biaya pengobatan tadi sudah abang bayar!" Katanya mengalihkan pembicaraan ku tadi. 
"Dari mana abang dapat uang?"
"Ngutang."
"Sama siapa?"
"Itu tanggungjawab abang dan Adek ngak perlu tahu."
"Aku ini siapa sih bang? Kenapa semuanya harus rahasia?"
"Udahlah bawel! Kita sedang di rumah sakit, ngak malu apa dari tadi ngomel terus."
Aku tak menjawab dan terdiam seribu basa dibuatnya. Lucunya hidup ini, harus pasrah oleh keadaan. Rasanya Aku tak ingin pulang, Aku enggan untuk pergi dari sini, tapi melihat ku yang tak ada respon bang Awan tiba-tiba menyentak tanganku. 
"A-aduh bang sakit!"
"Aku paling ngak suka jika ada orang yang diam-diam melawan! Jadi cukup sekali Aku ngomong dan kamu harus peka."
Dia terus menarik tanganku dan menyeret ku untuk segera keluar dari ruangan itu. 

Bình Luận Sách (105)

  • avatar
    SalsabilaSarah

    keren

    01/07

      0
  • avatar
    Ana Ardiana

    bagus

    30/06

      0
  • avatar
    dethiaaa

    wah keren

    29/06

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất