logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

3. Ratu Telat

"Mata ini hanya perwakilan dari rasa yang terus berusaha untuk terlihat baik-baik saja."
——Raina Zeana Kinan——
Seperti nya pagi ini memang tidak mengizinkanku untuk tidur terlalu lama, sampai mata dengan bulatan panda ini harus kembali terbuka tepat pukul 7 pagi. Setelah drama panjang malam tadi, aku memilih memejamkan mataku kembali. Tapi naas, aku harus bangun ke siangan lagi.
Penuh rasa enggan ku paksakan mata ini untuk terbuka, yang pertama kali kulihat adalah Stikers Note yang berwarna biru, sengaja di tempelkan di botol minum ku.
"Jangan lupa sarapan ya non! Bibik harus pergi ke pasar soalnya. Oh iya, bekalnya udah bibik siapin di atas meja."
Setelah membacanya, aku menempelkan kembali Stikers notenya, lalu meminum air di botolnya untuk meredah rasa harus di tenggorokanku.
Sembari duduk di atas kasur aku mengalihkan pandangan menuju jam dinding yang tertempel di sisi kiri kamarku, sudah jam 7 pagi ternyata.
Sial, ini hari Jum'at lagi!
Aku terlambat!
Ketahuilah bapak dan ibu guru SMA Tunas Bangsa, tak ada murid yang ingin terlambat untuk pergi ke sekolah, semuanya pasti mengandung unsur ketidak sengajaan.
Tidak sengaja terjebak macet, tidak sengaja melawatkan bus pagi atau seperti aku yang tidak segaja bangun pagi ini. Rasanya aku hanya ingin bergelung dalam selimut kamarku sampai sore nanti, karena mood ku sedang tidak baik untuk berangkat sekolah hari ini.
Aku juga sangat membenci hari Senin dan Jum'at pagi, karena di situ aku harus mendengar teriakan yang lebih melengking dari pak Santo
Teriakan yang membuat kami yang terlambat harus cepat berlari, padahal posisi kami belum makan pagi sama sekali. Hari Senin dan Jum'at pagi memang hari di mana guru galak sedang beroperasi dengan tensi darah yang menjulang bak gunung meletus di siang hari.
"Mau kemana kalian? Kelapangan ikut yasinan! ngak ada yang kabur ke UKS atau ke WC. Buat yang pura-pura sakit silahkan berbaring dibarisan depan, biar sekalian dibacakan surah yasin!" Teriak Pak Santo dengan kerasnya. Saat mendengar itu aku langsung mengambil tempat duduk di lapangan.
"Mau kemana kamu? Mau kabur lagi? ngak bosen di jemur sampai badan kamu jadi gosong begini!" teriaknya pada salah satu siswa laki-laki yang duduk di terpal baris ke dua disampingku dengan begitu kerasnya.
"Ini lagi, pakek celana pensil. Jalan aja susah malah sok-sok an. Bapak ngak tahu menahu, besok pagi celana kamu harus normal lagi, kalau ngak bapak gunting itu celanya."
"Raina!" Ah, tamatlah riwayat ku.
Ransel bergambar anggota grub BTS langsung ku sembunyikan di belakang punggungku. Sebenarnya percuma saja, karena Pak Santo pasti sudah melihat nya dari tadi. Aku berusaha tersenyum manis, padahal aku sendiri belum sikat gigi pagi tadi. Aku hanya sempat mengguyur wajahku dengar air, setelah itu aku langsung mengenakan pakaian sekolahku.
Untung saja satu tahun setengah lagi aku akan keluar dari sekolah, jadi aku tidak akan terjebak terlalu lama lagi di sekolah yang menyebalkan ini. Mungkin Tuhan sudah terlalu murka dengan segala ke nakalan ku ini, karena itu ia menakdirkan ku untuk terjebak dengan guru-guru yang super menyebalkan ini.
"Eh, Bapak. Selamat pagi Pak." Ujarku dengan senyum selebar mungkin, berusaha seramah mungkin agar Pak Santo bisa mengurangi sedikit hukumanku.
"Pagi? kamu bilang jam segini masih pagi! Matahari sudah melotot menertawakan ucapan kamu barusan Raina. Astagfirullah, gadis jaman sekarang, ngak kayak gadis zaman bapak dulu, datang ke sekolah pagi-pagi dengan pakaian rapi." Mukadimah Pak Santo kepadaku.
"Jilbab kamu kemana, kamu muslim kan kenapa ngak pakai jilbab? ngapain kamu gaya-gayaan, pakek sweeter di kibat di pinggang kamu begini? Astagfirullah Raina, kamu niat yasinan ngak? cepat pindah ke barisan depan sekali sana. Awas aja kalau bapak ngak ngelihat kamu di bagian depan, bapak bakalan tarik kamu untuk baris di samping kepala sekolah."
"Eh, anu pak. Saya muslim kok, tadi itu jilbab saya nyangkut dipagar rumah. Jadinya saya ngak pakek." Jelasku asal.
Aku sedikit berlari menuju bagian baris depan. Baru setengah perjalanan aku berbalik melihat pak Santo yang masih berjalan ke sana kemari mencari mangsa baru. Aku rasa semua murid tidak menyukai Pak Santo tapi seluruh sekolah pasti membutuhkan guru seperti Pak Santo ini.
"Pak, Ayo!" Ajak ku kepada Pak Santo, terlihat jelas raut bingung di wajahnya akibat ajakanku barusan.
"Ngapain bapak masih di situ, yasinan udah mau dimulai. Nanti dihukum sama Tuhan di barisan depan di dalam neraka Lo pak!" lanjut ku. Wajah pak Santo terlihat merah padam.
"RAINA! awas kamu ya!" teriaknya penuh emosi. Aku berlari sambil tertawa senang, lalu aku berhenti lagi karena teringat sesuatu.
"Pak," Ujarku sambil berjalan mundur.
"Apalagi kamu, Ha?" bentaknya.
"Ayo lari pak, biar lemak di perut bapak kebakar. Biar sehat!" Setelah mengatakan itu aku langsung berlari pergi, menghindari amukan pak Santo kepadaku.
Setelah sampai ternyata sudah banyak siswa maupun siswi yang terlambat seperti ku, mungkin alasan kami terlambat cukup sama karena begadang menonton Drakor dan laki-laki nya menonton sepak bola.
Mungkin juga ada terlambat karena mati-matian menghafal kosakata untuk ulangan bahasa Arab hari ini. Karena setiap Jum'at mungkin setiap guru sepakat untuk mengadakan ujian serempak, apalagi untuk anak kelas 2 seperti ku ini.
Di barisan palingan depan itu aku juga menemukan Dinda yang juga terlambat hari ini. sepertinya kami memang di takdirkan untuk selalu bersama di saat duka seperti ini.
Sampai pukul delapan lewat sedikit, kakiku tidak bisa diam sebab kalau aku diamkan maka akan kesemutan. langit juga tak mau berdamai hingga teriknya serasa ingin membakar kulitku saat ini. Sampai-sampai kami serasa sedang berada di sauna.
Rasanya sangat gerah sekali ini, beruntung hari ini aku menggunakan sun blok, jadi pigmen kulitku tidak akan berubah karena panas terik ini. Tapi hidungku berubah menjadi merah, dan pipiku berubah seperti kepiting rebus.
Untungnya yasinannya cepat selesai, kalau tidak habislah aku saat ini juga. Para siswa yang taat mulai bubar dari barisan, tapi tidak dengan kami saat ini. Kami harus menyelesaikan urusan kami terlebih dahulu di sini.
Sebagai hukuman dari Pak Santo, yang notabene nya guru Agama, jadi kami di suruh menghafal surah al-Kahfi, kemudian lari keliling lapangan 5 kali serta memunggut sampah di sekeliling sekolah.
"Raina kamu telat juga hari ini?" Ucap seseorang yang menyusul langkahku, hingga berjalan di sampingku.
Aku hanya mengangguk kan kepalaku, "Mata kamu kenapa bengkak begitu? Kamu habis nangis ya semalam?" Tanya Dinda menyelidik. Merasa tidak nyaman dengan sikap Dinda yang seakan sudah kenal lama denganku.
"Semalam kurang tidur karena maraton nonton drakor, ceritanya sedih banget. Jadi nangis dan ngak sadar ketiduran." Bohongku.
"Ni bekal lo kemarin udah gue isi sama makan juga." Sambil mengeluarkan bekal makan dalam tasnya.
"Wah pasti enak ni masakan Bundanya kamu." Ujarnya semangat.
"Gue ngak punya Bunda, ini masakan bibik di rumah. Oh iya, mulai dari sekarang jangan bersikap seolah kenal dekat dengan gue. Urusan timbal-balik antara kita sudah impas. Jadi bersikaplah seperti orang asing yang tidak saling mengenal." Jelas ku sambil melangkah pergi dengan sedikit kesal.
------
Happy Reading!
Jangan lupa tinggalkan jejak Vote dan Komennya, agar Author nya semakin semangat ngelanjuti ceritanya!
.
.
.
.

Bình Luận Sách (454)

  • avatar
    MonicSulaiman

    bagus

    20d

      0
  • avatar
    Posco

    lumayan buat aku sihh

    25d

      0
  • avatar
    SafitriSafitri

    Bagus

    14/08

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất