logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 20 Kok beda?

Selesai menghabiskan kue buatan Feby, Riko pun mengajak Feby untuk bersantai di halaman belakang rumah Riko.
"Ini teh lemon hangat spesial buatan bibi den, non," ujar bi Irah yang menaruh minuman di atas meja.
"Wah makasih bi, kesukaan Feby banget lemon tea," ucap Feby.
"Makasih bi," ujar Riko.
Sore itu Riko dan Feby menghabiskan senja menatap kolam ikan lengkap dengan ikan hias di dalamnya. Riko menyalakan sebatang rokoknya sembari duduk santai.
"Sejak kapan kamu ngerokok?" tanya Feby.
"Tahun lalu, kenapa? ngggak suka sama cowok perokok?" tanya Riko balik.
"Ya kalo bisa sih nggak usah ngerokok," jawab Feby.
"Kenapa kamu nggak pake baju sexy, rambut nggak di cat?" tanya Riko.
"Hah? ya karena aku nggak suka," jawab Feby sedikit bingung dengan pertanyaan Riko.
"Nah sama, bagiku rokok itu pilihan, kamu memilih jadi dirimu sendiri dengan pake baju dan penampilan yang buat kamu nyaman kan, aku juga gitu, aku memilih buat ngerokok karena aku nyaman," jelas Riko yang kembali menghisap rokoknya.
"Opini yang aneh," ucap Feby meminum tehnya.
Riko terlihat sesekali melihat ke arah ponselnya dengan tersenyum-senyum. Feby yang memerhatikannya itu pun merasa penasaran dengan siapa Riko bertukar pesan.
"Sibuk banget beb," ujar Feby melirik Riko.
"Hehe, enggak bi ini si Anton ngirimin foto aib aku lagi nginep semalem," jawab Riko berbohong.
"Hah mana liat dong pengen liat," rengek Feby.
"Ih jangan dong ini kan foto aib ku, jangan ya, nanti aku pap langsung aja ya," jawab Riko menaikan alisnya.
"Ih gitu lah males maennya rahasia-rahasiaan," ucap Feby cemberut.
"Maaf untuk rahasia yang menyakitkan ini bi," batin Riko.
Dan ternyata pesan yang membuat Riko tersenyum-senyum sendiri itu pun di kirimkan oleh Lira. Lira mengirimkan foto Riko yang tengah tertidur dengan mulut terbuka. 9
Kini perhatian Riko di salah artikan oleh Lira. Ia berpikir jika Riko menaruh perasaan padanya. Terlebih lagi mereka telah bercinta di belakang Feby.
"Ya udah deh kalo gitu aku pulang aja," ujar Feby sedikit kesal.
"Loh kok marah sih," Riko mencoba menghalangi Feby.
"Abisnya kamu sekarang beda," jawab Feby masih kesal.
"Embek sama kuda?" goda Riko.
Feby yang semakin kesal akhirnya berlalu meninggalkan Riko.
"Bi eh bi," Riko mengejar Feby.
"Aduh aku cuman becanda loh, aku anterin ya," ujar Riko memegang tangan Feby berusaha menahannya pergi.
"Udah nggak usah aku bisa naik ojol," jawab Feby.
Seketika Riko menarik tangan Feby untuk mengikutinya. Riko berjalan ke arah motornya yang terparkir di depan garasi.
"Ih mau kemana lepasin," ujar Feby mencoba melepaskan genggaman Riko.
"Aku anterin pulang, nggak usah protes!" ujar Riko sedikit meninggikan intonasinya.
"Kok kamu kasar sih beb," ucap Feby menatap Riko yang sudah di atas motornya.
"Naik," Riko melotot pada Feby.
Feby yang merasa ketakutan akhirnya menuruti ucapan Riko. Rasa kesal dan takut Feby pun mengalahkan niatnya untuk bertanya lebih jauh akan kemana Riko membawanya.
Sepanjang jalan Feby tak berbicara sedikitpun, begitu pula dengan Riko yang fokus menyetir. Feby heran dengan jalan yang Riko lewati, pasalnya jalan itu bukanlah jalan menuju ke rumahnya. Namun lagi-lagi Feby enggan bertanya kemana tujuan Riko siang itu.
"Udah sampe turun," suruh Riko.
"Ini rumah siapa?" tanya Feby heran.
"Udah ikut aja," Riko berjalan ke arah sebuah rumah.
Tiba di depan rumah itu, Riko mengetuk pintu beberapa kali.
"Eh, ko ada apa?" tanya Anton.
"Ini gue bawa Feby, dia penasaran gue kemana semalem, terus gue bawa aja ke sini," Riko memberikan lirikan matanya pada Anton.
"Oh iya Feb, semalem Riko nginep di sini, nggak usah khawatir Feb, aman sama gue," jelas Anton.
"Sorry ya," ucap Feby tersenyum pada Anton.
"Udah percaya kan sekarang? masih mau ngambek lagi?" tanya Riko.
Feby hanya menggelengkan kepala diiringi senyum malunya.
"Ya udah ke motor duluan bi," ucap Riko.
"Iyah, duluan ya," ucap Feby pada Anton.
"Iya Feb," jawab Anton.
Setelah melihat Feby telah berada di dekat motornya, Riko pun berterima kasih pada Anton yang telah membantunya berbohong pada Feby.
"Thanks ya bro," ucap Riko menepuk bahu Anton.
"Gila lu, cewek udah baek gitu masih lu kibulin," jawab Anton.
"Demi kebaikan bro, ya udah gue cabut dulu yak," ucap Riko.
Riko berjalan menghampiri motornya. Di lihatnya wajah Feby yang merah menahan malu.
"Maaf ya beb," ucap Feby.
"Iya, sekarang percaya kan sama aku?" tanya Riko.
"Iya," Feby menganggukkan kepalanya.
Riko pun menancapkan gas motornya untuk mengantarkan Feby pulang. Berbeda dengan sebelum datang ke rumah Anton, Feby yang enggan berbicara atau memeluk Riko pun sekarang terlihat sangat bahagia. Pelukan eratnya tak ia lepaskan sedikitpun hingga tiba di rumahnya.
"Bi, dah sampe lagi nih di tujuan," ujar Riko mengusap tangan Feby yang tak ia lepaskan.
"Mmmmm cepet banget sih sampenya," jawab Feby manja.
"Jadi mau di sini aja nih?" tanya Riko menggoda.
"Ya sudah aku turun," jawab Feby.
"Bi, aku nggak mampir ya, aku masih ngantuk banget nih mau bobo ciang dulu," ujar Riko.
"Yahhh padahal kita lagi liburan gini, aku ngapain dong di rumah?" Feby bingung.
"Masak lagi aja bi, nanti anterin ke rumah hihihi," ujar Riko.
"Itu sih mau kamu," ledek Feby.
"Ya udah aku pulang ya, salam buat ayah ibu," Riko mengelus kepala Feby.
"Hati-hati ya sayang," jawab Feby.
Riko pun kembali pulang ke rumahnya. Hasratnya untuk tidur pun bergejolak di iringi dengan mata sayunya. Kantuk yang tak tertahan pun ia luapkan pada siang itu. Entah berapa lama ia tertidur, Riko terbangun karena suara ponselnya yang tak berhenti mungkin sekitan sepuluh menit.
"Siapa sih ah ganggu orang tidur aja," gerutu Riko meraih ponselnya di samping meja tempat tidurnya.
"Ko, lagi suntuk nih diem di apart terus, gue mau ke bar baria nanti malem jam 9, temenin gue minum ya," tulis Lira dalam pesannya.
"Wedeh, gokil nih cewek ngajak minum," ucap Riko.
"Oke, gue susulin kalo lo dah typsi," balas Riko dalam pesannya.
Di lihatnya waktu masih menunjukkan pukul lima sore. Riko masih bermalas-malasan untuk bangun dari kasurnya. Ia pun hanya bolak-balik mengecek sosial medianya sekedar menunggu waktu untuk pergi bersama Lira. Di tengah aktifitasnya melihat sosial medianya, Riko tak sengaja membaca sebuah pamflet dari Instagram OSIS sekolahnya yang berisi acara perayaan sesuatu.
"Bentar bentar, ini kan tim yang kemaren pada tampil pensi, ngapain ngadain acara party ke puncak," gumam Riko.
Riko yang menyadari bahwa Feby pun tergabung dalam pengisi acara pensi kemarin pun sedikit terkejut saat melihat isi pamflet itu. Pasalnya di dalam pamflet itu di tuliskan bahwa akan ada perayaan malam gemilang bersama OSIS sekolahnya.

Bình Luận Sách (492)

  • avatar
    Ndrii

    ditunggu kelanjutan ceritanya yaa kaa😍 seruu bngeet😊, smpee kebawa suasana aku bacanya:)

    19/01/2022

      1
  • avatar
    HOMEGREA

    hidup adalah proses, dalam proses ada kenyataan yang terjadi kadang tidak sesuai harapan dan harus di jadikan pelajaran hidup, pelajaran hidup memberi pengalaman yang membuat kita bijak membuat keputusan yang tepat dalam memilih jalan terbaik untuk masa depan rumah tangga yang di idamkan.

    30/12/2021

      2
  • avatar
    Annisa Febri

    baguss dan menarik,karena mewakili hati seorang perempuan di sayang oleh pacarnya..dan tidak ada yang seperti dia

    22/12/2021

      1
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất