logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 16 You trapped me!

"Ra, lu yakin gak perlu kursi roda? gue tanyain satpam deh," ujar Riko yang telah sampai di depan loby apartement Lira.
"Nggak usah, bisa kok, lu bantuin gue ya," jawab Lira.
Riko pun memapah Lira untuk berjalan ke dalam lift. Meski terlihat menyakitkan namun Lira tetap bersikeras untuk berjalan. Sesekali ia mengaduh ketika kaki kanannya menyentuh lantai.
"Lantai berapa Ra?" tanya Riko.
Lira menempelkan kartu aksesnya dan memencet tombol 18 pada lift. Tak berselang lama pintu lift pun terbuka. Riko pun dengan cekatan membopong Lira yang memang sangat tertatih untuk berjalan.
"Ah kelamaan," Riko menggendong Lira di depan bak pengantin baru.
"Eh ko ko, lu ngapain," Lira terkejut.
"Kamar nomer berapa nih?" tanya Riko yang terus berjalan.
"Tuh dua empat," jawab Lira.
Saat sampai di depan pintu kamar, Lira pun menempelkan kembali kartu aksesnya untuk membukakan pintu. Segera Riko masuk untuk menurunkan Lira di depan sofa.
"Di sini dulu ya, gue ambilin lu minum," ucap Riko menuju ke arah dapur Lira.
Riko kembali ke sofa dan memberikan segelas air putih pada Lira.
"Thanks ya ko," jawab Lira dengan senyum manisnya.
"Lu yakin nggak perlu ngabarin ortu lu?" tanya Riko yang duduk di samping Lira.
"Percuma mereka juga nggak akan dateng, lagi di UK ngurusin bisnis mereka," jawab Lira.
"Trus lu di sini tinggal sendirian?" tanya Riko.
"Iya, kadang ada kakak gue tapi ya cuman nengok doang pergi lagi," jawab Lira.
"Wah enak ya si Stefan, bisa ngapel terus," goda Riko.
Plaakkk
Sebuah tamparan mendarat di wajah Riko yang tak sempat menghindar.
"Otak lu isinya ngentot doang emang ya," ujar Lira.
"Aw aw, hih cewek napa sukanya kekerasan sih, nggak lu nggak Feby sama aja maen fisik," ucap Riko mengusap pipinya.
"Bahagia banget ya lu sama dia," ucap Lira menatap Riko.
"Yah namanya juga rumah tangga bund, ada aja ributnya," jawab Riko.
"Gue kira pacaran bisa bikin gue nggak ngerasa kesepian, tapi sama aja, malah makin bikin makan ati," ucap Lira menyandarkan tubuhnya.
"Bego aja tuh Stefan yak, di kasih cewek perfect gini di sia-siain," Riko pun menyandarkan tubuhnya di sebelah Lira.
"Hhhuuffftttt,"
Lira menarik napas dalam seolah ingin melepaskan sesuatu yang menyesakkan dadanya.
"Bagi sebat ko," pinta Lira.
"Lu udah bonyok gini masih aja ngerokok, nih," Riko memberikan sebungkus rokoknya pada Lira.
Lira pun menyalakannya, kakinya ia letakkan tepat di atas meja di hadapannya. Saat ini ketenangan berusaha mengobati Lira. Rintik hujan terlihat membasahi pintu kaca di samping mereka. Suasana itu tak di sangka membuat Lira menitikkan air matanya.
"Gak usah cengeng, lu aja tadi di UGD gak nangis pas di obatin," ujar Riko yang mengusap air mata Lira.
"Menurut lo tujuan kita hidup apa sih selain bahagia?" tanya Lira dengan tatapan kosongnya.
"Hhhaahhh, apa ya, gue sih cuman ikutin alurnya, kalo sesuatu yang gue lakuin bikin gue bahagia ya gue akan lanjutin, tapi kalo tujuan secara garis besar sih gue cuman mau bahagiain bokap gue aja, kalo lu?" tanya Riko.
"Gue cuman pengen ngerasain rasanya di perhatiin," jawab Lira dengan tatapan kosongnya.
"Lu kesepian, gue tekanan batin Ra, bedanya ortu lu masih bersama, kalo gue udah cere, nyokap gue dah kawin lagi sama lelaki yang lebih kaya dari bokap, dan gue sakit tiap inget nyokap yang tega banget ninggalin bokap saat lagi di bawah," jelas Riko.
"Sakit hati kita hampir sama," jawab Lira.
"Lu bisa cerita sama gue kalo lu butuh temen," ujar Riko memegang tangan Lira.
Lira yang tersadar atas perlakuan Riko, tiba-tiba menoleh dan menatap Riko penuh harap.
"Eh sorry," Riko melepaskan genggamannya.
"Ko, gue mau istirahat, bantuin gue ke kamar ya," ucap Lira.
"Wokeh," Riko menggendong Lira menuju ke kamarnya.
Namun saat Riko hampir sampai di tempat tidur Lira, ia tak dapat menyeimbangkan tubuhnya hingga Lira terlempar ke atas kasur. Sialnya tubuh Riko yang tidak seimbang membuatnya jatuh menimpa Lira, tetapi masih dapat di tahan oleh siku Riko.
Sesaat tubuh mereka seperti membeku satu sama lain. Baik Lira dan Riko hampir bisa mendengarkan degub jantung mereka masing-masing. Wajah Riko kini hanya berjarak lima senti dari wajah Lira. Hembusan napas mereka saling beradu di iringi rintik hujan yang semakin deras menghiasi jendela kaca Lira.
Entah apa yang merasuki Riko saat itu, tanpa intruksi ia pun mengecup bibir Lira dengan lembut. Lira pun seolah hanyut dalam buai asmara Riko. Matanya terpejam menandakan ia tak menolak dengan perlakuan Riko.
"Mmmhhh," lenguhan Lira seiring Riko yang kini menciumi leher jenjangnya.
Napas Lira yang sudah tak beraturan membuat rangsangan tersendiri bagi Riko. Kini Lira telah tak berdaya di hadapannya. Ciuman yang awalnya terasa sangat lembut kini berubah menjadi kecupan panas dari bibir Riko.
"Ko, seriously?" tanya Lira yang kini sedikit menjambak rambut Riko yang telah berada di dadanya.
"Do it or leave it?" goda Riko.
"You trapped me," jawab Lira.
Tanpa menghiraukan Lira yang tengah meracau, Riko melanjutkan aksinya. Dengan cekatan Riko membuat Lira benar-benar terlihat jelas tanpa penghalang apapun. Sesuatu yang tak pernah terbesit di benak Riko untuk meniduri Lira pun akhirnya terjadi dengan keadaan yang di luar dugaannya.
Sementara itu Feby yang menunggu penuh cemas pun hanya bisa terus bertanya pada Ana apakah Lira dapat di hubungi.
"Gimana Na?" tanya Feby.
"Nggak di angkat Feb, udah coba telpon terus ini," jawab Ana.
Kepanikan Feby tak bisa ia atasi setelah mengetahui jika Lira benar-benar tak bisa di hubungi. Beberapa siswa pun satu persatu telah meninggalkan sekolah. Hanya tersisa Feby dan beberapa anak OSIS di sana.
"Feb, beneran nggak mau pulang? besok harus dateng pagi-pagi banget loh," ujar Ana.
"Aku nunggu Riko, kalian pulang aja duluan," jawab Feby.
"Ya udah kita duluan ya, inget istirahat biar besok fit ya," ucap Ana.
Feby pun menunggu di parkiran dekat motor Riko. Berharap jika Riko segera datang untuk menjemputnya. Namun hingga larut malam Riko tak kunjung datang. Bahkan untuk mengambil motor atau ponselnya.
"Neng belum pulang?" tanya pak satpam yang menghampiri Feby.
"Sebentar lagi pak, nunggu Riko," jawab Feby.
"Oh iya udah, kalo mau nunggu di pos boleh neh, sambil bikin teh biar nggak dingin," ujar pak satpam.
"Iya pak makasih," jawab Feby dengan senyum.
|
|
|
|
|
"Ko, bangun ko," Lira mengguncang tubuh Riko.
"Hah, mmmhhh,"
"Ini Ana dari tadi sore nelponin gue," ujar Lira.
"Mmhh ya mungkin khawatir sama lu," jawab Riko yang masih memejamkan matanya.
"Iya udah gue telpon balik, besok gue nggak bisa tampil dan udah ada yang gantiin, terus kata Ana lu di tungguin sama Feby di sekolah," ujar Lira yang mulai memakai bajunya.
"Emang sekarang jam berapa?" tanya Riko.
"Jam sepuluh malem," jawab Lira.
"HHHAAAHHH,"
Riko pun meloncat dari tempat tidurnya untuk segera menjemput Feby.
"Heh, lu mau jalan make sempak doang gitu?" Lira melemparkan baju dan celana Riko.
"Anjir persaan baru sejam tidur udah malem aja njir," gerutu Riko.
"Dah sana, tiati ya," ucap Lira.
Riko setengah berlari keluar kamar. Namun beberapa saat kemudian ia masuk lagi dan mencium kening Lira.
"Kalo ada apa-apa kabarin gue ya, bye," ucap Riko.
Lira hanya tersenyum melihat tingkah Riko. Meski kesalahan itu di dasari atas kemauan mereka, tetap saja ada rasa bersalah dalam diri Lira.

Bình Luận Sách (492)

  • avatar
    Ndrii

    ditunggu kelanjutan ceritanya yaa kaa😍 seruu bngeet😊, smpee kebawa suasana aku bacanya:)

    19/01/2022

      1
  • avatar
    HOMEGREA

    hidup adalah proses, dalam proses ada kenyataan yang terjadi kadang tidak sesuai harapan dan harus di jadikan pelajaran hidup, pelajaran hidup memberi pengalaman yang membuat kita bijak membuat keputusan yang tepat dalam memilih jalan terbaik untuk masa depan rumah tangga yang di idamkan.

    30/12/2021

      2
  • avatar
    Annisa Febri

    baguss dan menarik,karena mewakili hati seorang perempuan di sayang oleh pacarnya..dan tidak ada yang seperti dia

    22/12/2021

      1
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất