logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Bertahan atau Lepaskan

Bertahan atau Lepaskan

devidasti


Chương 1 Perjuangan

“Feby Putri Andini, maukah kamu menjadi seseorang yang aku prioritaskan di hidupku?”
Riko berlutut di depan Feby dengan seikat bunga mawar merah di tangannya. Feby yang bahagia bercampur malu pun secepat kilat menerima Riko.
“Terima terima terima,” sorakan teman sekolahnya di tengah kantin sekolah.
“Iya iya gue terima udah bangun, malu gue,” ucap Feby mengambil bunganya.
“Temen-temen semuanya, hari ini gue traktir gorengan sepuasnya,” teriak Riko di tengah kantin.
“Yyyeeaaayyy,” sorak teman-teman Riko.
Feby menarik Riko yang berdiri di atas kursi sembari berbisik.
“Heh emang ada uangnya?” tanya Feby.
“Udah gue bayar 20 ribu, sebelum pada nambah kita cabs dulu,” Riko menarik tangan Feby pergi dari kantin.
Hari itu menjadi hari bahagia Feby dan Riko. Mereka telah menjadi sepasang kekasih dengan di saksikan teman-teman sekelasnya dan ibu kantin.
Riko telah menyukai Feby semenjak kelas 1 SMA, namun ia baru bisa mendapatkan hati Feby setelah setahun lebih pendekatan. Bukan karena Riko ini urakan atau sedikit bandel, namun Feby tipe perempuan yang tak suka lelaki hanya bermodal gombalan tanpa perjuangan.
Selama setahun Riko menunjukkan keseriusan cintanya melalui sikap yang mulai baik. Itu mengapa Feby yakin jika Riko benar-benar tulus padanya.
Suatu siang di kelas, jam kosong selalu di gunakan murid-murid untuk mengobrol, bermain game, dan ajang keluar masuk kantin untuk sekedar jajan.
Feby yang duduk di bangku paling depan dengan kesal memandangi ponselnya. Riko yang melihat itu pun secepat kilat menghampiri Feby. Sebagai pacar siaga ia tak mau kekasihnya mengalami kesusahan.
“Hai honey, kok cemberut gitu sih,” tanya Riko menghampiri Feby yang terduduk lesu di kursinya.
“Ini nih masak si keket batalin janji,” ucap Feby dengan bibir manyunnya.
Chatrine adalah sahabat Feby sejak SD, namun beranjak SMA mereka berpisah sekolah.
“Ya udah gak usah ketawa gitu,” ledek Riko.
“Marah!” ucap Febi kesal.
“Oh marah hahaha, gini toh pacar abang kalo marah, utuk utuk utuk,” goda Riko mencubit hidungnya.
“Iihh gak lucu deh,” Feby menepis tangan Riko.
“Emang mau kemana sih pacar abang ini, hmm?” tanya Riko duduk di samping Feby.
“Kan dia janji mau temenin aku cari keperluan buat anak bayikku,” ucap Feby.
“Hah? Sejak kapan kamu punya bayi? Aku kan belum..” Riko memperagakan jari tangannya membentuk ciuman.
“Setdah, ada sikat gak gue bersihin otak lu ngeres mulu,” omel Feby mengacak-acak rambut Riko.
“Lah terus lu punya bayi dari mana anjim, membelah diri?” Riko mulai menatap Feby serius.
“Bayi kucing aelah nih,” jawab Feby memperlihatkan foto bayi kucing dari ponselnya.
“Ooh anak kucing ehehe, ya udah ntar abang anterin,” Riko menawarkan.
“Seirus?”
“Serius munaroh,” Riko melirik sinis.
“Bukannya hari ini kamu ada ekskul renang?” tanya Feby.
“Ekskul bisa menunggu lain waktu, tapi kamu? Tak akan ku biarkan menunggu,” ucap Riko memejamkan matanya sembari tersenyum.
“Aww sa ae Juned, oke deh kalo kamu memaksa,” Feby menyeringai.
“Untung cinta,” gumam Riko memalingkan muka.
Riko adalah sosok pria yang bisa di bilang cukup famous di sekolahnya. Sedangkan Feby hanya siswi biasa yang mampu menaklukkannya. Bak sinetron ftv Feby dapat memiliki Riko tanpa perlu mengejarnya. Namun di balik itu semua Riko adalah tipe pria setia. Ia tak akan mengumbar cinta kepada semua wanita.
Siang itu matahari begitu terik bersinar. Bel sekolah pun sudah berbunyi menandakan kegiatan telah usai.
“Yuk,” Riko melingkarkan tangannya seolah memberi kode.
“Malu malu, udah jalan buruan,” Feby mendorong Riko keluar kelas.
Di lorong sekolah telah banyak berkumpul anggota ekskul renang. Riko yang melihat mereka telah bersiap akan pergi ke kolam pun sedikit canggung karena tahu ia harus absen hari itu.
“Woi kiko, kok gak siap-siap si,” ucap Jodi ketua ekskul.
“Bro gue izin dulu ya hari ini, ada tugas negara dulu ini urgent,” Riko mempercepat jalannya.
“Hhuu dasar bucin!” teriak anggota lain.
Feby yang merasa tak enak pun ikut malu melihat kekasihnya di teriaki seperti itu. Ia ingin membatalkan pergi dengan Riko waktu itu, namun Riko telah memegang tangannya dan sedikit menarik hingga tiba di parkiran sekolah.
“Udah gak usah aneh-aneh ya, aku udah berkorban buat kamu, jangan bikin pengorbananku sia-sia dengan kamu bilang udah kita gak jadi aja dan bla bla bla,” ucap Riko sembari memasangkan helm pada Feby.
“Kok dia tau isi pikiran aku sih,” batin Feby yang tengah bengong di depan Riko.
“Ya tau lah, bahkan pikiran kamu yang belum kamu pikirkan pun aku tau loh, tiati kalo ngebatin, udah ayok cepet naik,” ucap Riko.
“Wuihhh keren,” ujar Feby dengan mata terbelalak.
Riko memacu vespanya dengan kecepatan tinggi versi vespa Riko. Feby yang masih bingung dengan sikap Riko, ia pun masih terdiam tak percaya. Mana mungkin baru pacaran sebulan tapi Riko seperti mengetahui semua tentangnya bahkan isi pikirannya.
Lima belas menit berlalu, akhirnya Riko memarkirkan motornya di depan sebuah petshop tak jauh dari sekolahnya.
“Sampe,” Riko memberi kode pada Feby agar turun.
“Beb turun ayok panas ini,” ucap Riko mengejutkan Feby.
“Eh iya maap, terlalu nyaman,” ucap Feby.
Feby dan Riko masuk ke toko itu dan mulai mencari beberapa keperluan basic untuk merawat anak kucing.
“Nyari apa dek?” tanya penjaga toko.
“Kemaren saya nemu anak kucing kayaknya belum ada seminggu, nah mau beli keperluan buat ngurusnya kira-kira butuh apa aja ya mas?” tanya Feby.
“Oh paling kasih susu dan makanan basah dulu dek,” jawab penjaga toko.
Selagi Feby memilih di dalam toko, Riko pun ke luar toko untuk mencari tukang es di sekitar sana.
"Ko, aku udah beres..." Feby heran tak melihat Riko di parkiran.
Tak berselang lama Riko pun kembali dengan membawa dua gelas es cincau di tangannya.
"Beib, es krim cincau extra susu buat ayang beb," Riko memberikan satu gelas untuk Feby.
"Ya ampun kamu kek anak kecil jajan es," Feby tersenyum.
"Udah cepet minum ntar ga manis loh," ucap Riko.
Feby dan Riko menghabiskan kebersamaan mereka di depan toko hewan tersebut. Riko yang terlihat urakan dan bad boy ternyata bisa jadi teman yang asyik saat mengobrol. Dari caranya bicara hingga menanggapi semua yang di obrolkan Feby terlihat sekali dia sangat nyaman dan asyik.
"Beb, kamu sebenernya kenapa sih bisa suka sama aku?" tanya Feby.
"Sederhana aja sih, aku mencari sosok wanita kalem, lemah lembut, manis yang bisa imbangin aku yang model begini," jelas Riko.
"Tapi aku kan gak seperti itu," Feby menggigit bibir bawahnya.
"Wah berarti aku salah pilih dong ya ini, wah gimana ya, gak bisa di tuker lagi, udah sayang banget gimana dong," ucap Riko menggoda Feby.
"Iihhh gombal teruusss," Feby mencubit perut Riko.
"Aahh aah ahh, sakit," rintih Riko.
"Biarin, gak bisa serius sih," ujar Feby.
"Bisa, belum waktunya aja," jawab Riko.
Feby hanya memandang dalam ke arah Riko. Ia tak habis pikir mengapa bisa dirinya jatuh cinta pada lelaki seperti Riko.
"Jangan ngeliatin kek gitu, ku baca lagi pikiran mu ntar panik kau," ujar Riko sembari menghabiskan es krim cincaunya
"Ehh, iya gak jadi deh," Feby buru-buru menepis pikirannya agar tak terbaca oleh Riko.
"Beb aku boleh mampir ke rumah kamu nggak?" tanya Riko.
"Nanti aja deh ya," ucap Feby.
"Mampir doang kenal sama orang tua kamu, kan secara kamu udah jadi pacar aku, setidaknya aku izin buat jagain kamu," ujar Riko.
"Nanti ya kalo aku udah siap, aku pasti kenalin kamu ke orang tuaku, tenang aja mas bro," ucap Feby menepuk bahu Riko.
"Ya sudah lah yuk kita pulang, nasib emang jadi kang ojeg," ucap Riko.
"Hei aku mendengarnya ferguso," ledek Feby.
Hingga sore hampir tiba mereka memutuskan untuk pulang. Jalanan kala itu lumayan padat merayap. Bersamaan dengan para karyawan yang pulang dari kantor, tukang dagang di sepanjang jalan, hingga deretan mobil angkot yang sedang menunggu penumpang membuat jalanan terasa padat.
Obrolan ringan mewarnai perjalanan pulang mereka. Hanya rasa bahagia yang di rasakan hingga mereka lupa betapa stresnya melalui jalanan padat tanpa oksigen itu.
Tak berselang lama, motor Riko berhenti di ujung komplek rumah Feby. Riko yang tak di izinkan untuk sekedar singgah dan berkenalan dengan orang tua Feby pun hanya bisa pasrah mengantarnya sampai ujung jalan.
"Beb, besok pagi setengah tujuh udah ada di sini ya?" ucap Riko.
"Iya baweeelll, aku akan ontime," jawab Feby melepas helmnya.
"Eh beb, kamu hati-hati jalan ke rumahnya, takut kamu di di ikutin semut," ujar Riko.
"Hah? kenapa?" tanya Feby bingung.
"Soalnya manisnya di kamu semua, eeaaa," Riko tersenyum.
"Kamu juga hati-hati di jalan pulang ya," ujar Feby.
"Emangnya kenapah?" tanya Riko tersenyum.
"Tuh udah gerimis," Feby melirik ke atas.
Feby seketika berlari mmnuju ke rumahnya karena mengetahui akan turun hujan.
"Otoke, gak bawa jas ujan lagi," gumam Riko sembari menancapkan gas motornya.
Riko menembus derasnya hujan dengan tanpa keraguan. Ia hanya berharap cepat sampai rumah tanpa terserang flu ke esokan paginya.
Sesampainya di depan rumah Riko.
"Lah, nyampe rumah malah berenti nih ujan, aarrgghh," umpat Riko kesal.
"Ko, kamu ekskul renang gak bawa baju renang apa? kok basah semua gitu," tanya papa yang keluar rumah.
"Apaan inih kena ujan pa, deres banget, udah ah Riko mau mandi dulu keburu pilek," jawab Riko masuk ke dalam rumah.
"Ujan dari mana," papa melihat sekeliling yang terlihat terang benderang tanpa hujan.

Bình Luận Sách (492)

  • avatar
    Ndrii

    ditunggu kelanjutan ceritanya yaa kaa😍 seruu bngeet😊, smpee kebawa suasana aku bacanya:)

    19/01/2022

      1
  • avatar
    HOMEGREA

    hidup adalah proses, dalam proses ada kenyataan yang terjadi kadang tidak sesuai harapan dan harus di jadikan pelajaran hidup, pelajaran hidup memberi pengalaman yang membuat kita bijak membuat keputusan yang tepat dalam memilih jalan terbaik untuk masa depan rumah tangga yang di idamkan.

    30/12/2021

      2
  • avatar
    Annisa Febri

    baguss dan menarik,karena mewakili hati seorang perempuan di sayang oleh pacarnya..dan tidak ada yang seperti dia

    22/12/2021

      1
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất