logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 7 Awas! Banyak yang Suka Maling Perasaan

Usai memeluk foto keluarganya, Hera beranjak pergi ke dapur. Ia ingin makan, karena sedari siang perutnya belum terisi apa-apa. Saat tengah asyik-asyiknya menyantap makan kesukaannya, Hera terkaget dengan suara warga yang berteriak.
"MALING ... MALING ... MALING!" Hera kaget bukan kepalang, apalagi mengingat ia tidak mengunci pintu depan kosannya, ia takut kalo saja maling itu masuk kekosanya untuk bersembunyi atau bahkan mencuri barang berharga miliknya.
"Nyeet ...!" Terdengar suara, seperti seseorang tengah membuka dan menutup pintu. Hera yang mendengar pun langsung sigap ambil posisi, setelah ia mencuci tangannya. Kemudian, ia mengambil sapu yang kebetulan ada di saat yang ia butuhkan.
Hera mengintip dari samping sosok lelaki berjalan seperti orang ketakutan, ntah kemana ia mau bersembunyi.
Buk! Hera memukulnya secara tiba, "Siapa lo heh? Berani-beraninnya masuk ke kos gue?"
"Maling yah?" tanya Hera, masih sambil memukul-mukul punggung orang itu.
"Ampun ... ampun, gue bukan maling!" teriaknya sambil kesakitan.
"Gak! Ngaku gak lo!" titah Hera.
"Aw ... aw ... aw berenti mukul, nanti gue ngaku!" ucap lelaki itu.
"Duduk! Duduk di kursi itu!" ucap Hera sambil menunjuk kursi yang disebutnya.
Hera membuka laci di sampingnya. Tangan kirinya fokus memegang sapu, takut kalau saja lelaki itu akan kabur sedang tangan sebelanya menjamah mencari satu benda yaitu 'tali'.
Hera mengikat tangan dan kaki lelaki itu, ia tahu sebenarnya ini agak konyol, tapi demi menyelamatkan diri dan harta bendanya ia harus melakukannya, terlepas dari lelaki ini maling atau bukan.
Sekarang Hera sudah duduk berhadapan dengan lelaki itu, "Sekarang ngaku! Lo siapa, atau gue panggil warga buat ke sini!" ancam Hera.
"Yaelah jangan! Gue bukan maling, kalo lo gak percaya, periksa aja gue, gak ada barang berharga apa pun yang gue curi."
"Ini juga ngapain gue diiket Arcy! Mana ada maling ganteng kaya gini!"
"Huek!" Rasanya Hera mau muntah mendengar ucapanya, dasar kepedean.
"Woy napa lu?" tanyanya lagi, "Gue gak ngapa-ngapain lu!"
"Geli gue, dasar sok pd lo!" balas Hera.
"Sekarang serahin KTP lo! " titah Hera.
"Lho, kok sekarang lo yang jadi maling?" balas lelaki itu.
"Lho, kok lo ngomong gitu, jangan-jangan beneran maling lagi!" Hera mulai panik ia kembali mengangkat tangannya yang masih memegang sapu.
"Woy Jubaedah! Stop sakit tau!"
"Gue bukan maling anjir," ucapnya sedikit teriak.
Tiba-tiba tanpak sekurumunan warga, berlalu lalang sambil membawa salah seorang yang di duga adalah maling sebenarnya.
Hera membuka pintu dan bertanya kepada salah seorang dari mereka, "Lo kok, malingnya udah ketangkep?" tanya Hera keheranan.
"Iya neng, tadi banyak warga yang bantu ngejer, makanya sampe bisa ditangkep!" ucap salah seorang dari mereka.
DEG! .., "Mampus gue, terus yang di dalem siapa dong," batin Hera.
Lelaki yang masih terikat tangan dan kakinya sambil duduk di atas kursi itu menatap Hera tajam, wajahnya terlihat kesal dan ia seperti sedang merencanakan aksi balas dendam.
"Lepasin gua!"
Hera mendekatinya sambil berjalan pelan, "Mmm ... anu salah orang gue," ucap Hera sambil menggaruk tengkuk yang sebenarnya tidak gatal.
"Lepesin ...!" teriaknya lagi.
"Iya sabar!" Usai melepaskan lelaki itu, ia langsung mengambil sapu ijuk yang masih menempel di tangan Hera.
"Waktunya balas dendam!" ucapnya.
"Sial!" batin Hera.
Ia sudah mengangkat lengannya untuk memukul balik, Hera panik sekali sekarang. Sapu itu makin dekat, makin dekat, makin dekat, eaa yang jelas dekat sekali dengan Hera. Hera sontak saja melakukan hal di luar dugaan lelaki itu!
"Ampun Bang Jago ... tret tew tewtetew ... ampun Bang Jago, Bang Jago, Bang Jago, ampun," pekik Hera panik. Hera spontan bernyanyi di depan lelaki itu sambil menggerakan tubuh besarnya, kepala menghadap ke kanan dan ke kiri, seperti gaya orang joget di aplikasi Tiktok biasanya.
Tangan lelaki itu tertahan tak bergerak, matanya menatap lebar sosok Hera, sedang mulutnya menganga terheran-terheran. 10 detik kemudian. Ia lantas tertawa, sambil memegang perutnya. Tanpa sadar badanya yang berdiri tegap sudah duduk di kursi semula, sambil memegang perutnya menahan tawa.
Hera terdiam sejenak, ia pun meresa aneh dengan dirinya sendiri. Mereka berdua sontak saja tertawa berbarengan, "Hhhh lo imut banget pas joget kaya gitu!" ucapnya sambil masih tertawa terbahak bahak.
Hera tertegun menelan ludahnya sendiri, mendengar pernyataan lelaki itu. Selama ini, hanya Aditialah satu-satunya lelaki yang menyebut bahwa Hera itu imut. Selain itu, tidak pernah ada yang menyebutnya sama persisi seperti itu. Akan tetapi, lelaki ini sepertinya berbeda. Ia bahkan tidak menyinggunh tubuh Hera atau bahkan menghinanya.
"Duh, capek gue, yaudah gue mau pulang, capek tau di pukulin sama lo!" ucapnya sambil berjalan menuju ambang pintu setelah puas tertawa.
Hera tidak membalas apa-apa, ia hanya memperhatikan lelaki itu beranjak pergi.
Baru ia hendak menutup pintu kamar kosnya. Seseorang dari luar tiba-tiba mengetuk pintu kosnya.
Hera kaget bukan kepalang, ternyata laki-laki tadi, bukannya pulang malah balik lagi.
"Gue lupa mo bilang, nama gue Kenzo, Kenzo Wadiasmoro Putra Sutomo, jangan lupa!"
"Oh, iya KTP gue, pegangin yah, gue yakin nanti kita pasti ketemu lagi, eh gua suka lupaan naronya, lo ajadeh yang simpeni!"
"Uluh, dasar tembem imut!" ucapnya mencubit pipi Hera. Hera hanya terdiam kaku, tidak bergerak atau mengucapkan apa-apa. Hera bingung, entah apa yang ada dipikiran lelaki itu.
"Dasar maling perasaan!" ucap Hera, sambil menutup pintu kosnya sambil kelihatan kesal dan sedikit tertawa.
****
Waktu cepat sekali berlalu, matahari yang menyembunyikan dirinya dari balik awan, kini sudah mulai menunjukan pesonanya.
Aroma wangi khas makanan tercium jelas di indra penciumana Hera. Pagi ini iya malas mau makan nasgor kesukaannya. Ia lebih memilih menu makanan lain yaitu sate padang. Rasanya benar-benar enak sampai membuat orang khilaf saat memakannya.
Hari ini Hera juga ditemani Andin. Mereka mampir di tempat biasa, saat Hera sarapan pagi.
"Uwwu ... enak banget Ra!"
"Gue kekenyangan," ucap Andin, sambil memegang perutnya yang mulai terlihat buncit.
"Yaudah gue bayar dulu!" ucap Hera, beranjak mendekati meja kasir.
Keduanya berlalu meninggalkan tempat makan, yang tadi mereka datangi. Tak butuh waktu terlalu lama, keduanya sudah sampai di sekolah tepat waktu dan kini sudah berada di dalam kelasnya.
"Selamat pagi anak-anak," ucap Pak Erwin.
Pak Erwin yang mengajar Bahasa Indonesia di kelas Hera, kini sudah berdiri tegap di hadapan para siswa-siswinya, "Baik, jadi pada hari ini kelas kita kedatangan siswa baru."
"Ayo masuk!" titah Pak Erwin, pada seseorang yang tengah berdiri di luar kelas mereka.
Lelaki itu berjalan pelan masuk ke dalam kelas. Kedua tangannya di masukannya ke saku celana, ramputnya tersisir rapi, ala-ala Ke-Pop Korea Selatan, ia mengenakan jaket hitam yang menempel lekat di punggungnya. Kulitnya putih bersih, dengan tinggi yang cukup lumayan, dan deretan gigi putih yang rapi serta lesung pipit yang tanpak saat ia tersenyum, manis sekali!
Para gadis di kelas kegirangan menatap sosoknya, bak pangeran tak berkuda dengan mata berbinar-binar, tanpa terkecuali Hera, ia masih fokus menyalin mata pelajaran yang kemarin tak sempat ia kerjakan karena asyik sibuk menangis.
"Ra, ganteng! Fiks jodoh gue, jodoh gue," ucap Andin sambil menghentak-hentakkan kakinya ke lantai.
"Ndin jan goyang-goyang dong! Gue harus nyelesein salinan gue!" ucap Hera, masih fokus menatap lembaran kertas berisi tulisan di atas mejanya.
Kelas yang semula adem anyem, tiba-tiba saja riuh dengan suara pujian terhadap sosok baru itu.
"Jangan ribut! Kalian ini," ucap Pak Erwin, sedikit memarahi para siswa siswinya.
Sontak sesisi kelas kembali ke keadaan seperti semula. "Sekarang perkenalkan dirimu!" ucap Pak Erwin.
"Perkenalkan, Nama saya Kenzo Wadiasmoro Putra Sutomo." ucapnya. Ada banyak perempuan cantik di kelas ini, tapi matanya terfokus pada sosok gadis bertubuh besar, yang sepertinya biasa saja atas kehadirannya, bahkan sama sekali tidak menoleh seperti gadis lainnya.
Kenzo menatap Hera tajam, ia mengeraskan suaranya. Mengulangi kalimat sebelumnya yang ia ucapkan.
"PERKENALKAN NAMA SAYA KENZO WADIASMORO PUTRA SUTOMO! SAYA PINDAH KE SEKOLAH INI, KARENA INGIN BERTEMU DAN BISA LEBIH DEKAT DENGAN ARCY!" teriaknya, yang mebuat kaget semua orang.
Seluruh orang di kelas dibuat bingung, tidak ada satu pun gadis bernama Arcy di kelas ini, atau bahkan kelas lain juga belum ada nama itu. Lalu, siapakah yang di maksud oleh Ken?
"Arcy!" sepertinnya Hera merasa ia pernah mendengar nama itu sebelumnya.
Deg, Hera mengangkat kepalanya, benar saja. Kini orang yang Hera anggap maling semalam telah berdiri tegap di depan kelasnya. Kenzo tersenyum mentap Hera.
"Akhirnya lo natap gue juga," batin Ken, sambil tersenyum-senyum sendiri di depan kelas.
"Sekolah temoat belajar, bukan pacaran. Kamu ini masih anak baru juga," tukas Pak Erwin kesal, melihat kelakuan anak muda sekarang sementara Ken yang baru saja dimarahi, dia hanya garuk-garuk kepala sambil cengengesan.

Bình Luận Sách (150)

  • avatar
    Dumpchive

    keren + bagus banget cerita nyaa , alurnya juga ga mudah di tebak , salut dehh

    04/01/2022

      1
  • avatar
    AzrilHaikal

    seru kak

    07/08

      0
  • avatar
    Siti Nurhafiza

    seruuuuuuuuu

    07/07

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất