logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 4 DEAL

LARA🌈
Memang benar kata orang, "Jika seseorang menangis saat ia marah, maka amarahnya akan hilang beserta tangisannya."
Hal ini juga sama seperti yang dirasakan Hera, segala amarah dan kebenciannya, sundah lenyap saat Aditia membuka matanya dan pikirannya sedikit lebih lebar, amarahnya ikut serta runtuh beriringan isak tangisnya. Perlu diketahui! Saat seseorang menghabiskan waktu terlalu banyak bersama orang lain, maka dia akan mengerti banyak hal tentang orang itu. Itulah mengapa Aditia paham betul, bagaimana harus menghadapi Hera yang tengah terpuruk seperti itu. Apa yang Hera rasakan, dia pun juga bisa merasakannya dengan baik. Bersyukur samalam Aditia bisa mampir ke kos Hera dan mampu membalut luka hati Hera yang parah sampai hampir kembali pulih.
***
Waktu cepat sekali berlalu, kini sinar terang matahari yang menyala sedari tadi siang hingga berakhir dengan keindahan senja melalui cahaya jingganya, keduanya kini sudah terkalahkan oleh cahaya jelita rembulan dan gelapnya langit malam.
Hera merebahkan tubuhnya di atas kasur kesayangannya, semua tugas sudah ia lakukan, mencuci pakaian, membereskan kamar kosnya, dan juga tak lupa mengerjakan PR yang cukup membuat kepalanya berpikir keras.
Tubuh besar itu sudah bisa tenang sekarang, tidak perlu waktu lama ia sudah terlelap dengan begitu cepat. Ada banyak mimpi, harapan, dan keinginannya di hari esok. Ia berharap mimpinya kali ini, akan bisa kembali membuatnya semakin lebih bersemangat.
***
"Sayur ... Sayuur ... Sayuuuuuur!" teriak salah seorang pedagang keliling, yang setiap pagi biasanya lewat di depan kos Hera. Hera tersentak ia lekas bangun dari tidurnya. Syukurlah, jam masih menunjukan 06.45 dini hari.
"Wah cepat sekali tukang sayur itu bangun!" gumam Hera, saat hendak membuka jendela kamarnya.
Usai beberpa menit berlalu, kini Hera pun sudah selesai mempersiapkan dirinya. Ia pun nampak sudah rapi, dengan seragam putih abu-abunya dan rambut panjangnya yang diikat kebelakang dan yang pasti dengan seragam baju putih baru, yang pas dengan ukuran tubuhnya.
Hera tersenyum mendapati dirinya terlihat lebih cerah hari ini. Aditia pasti sudah bisa merasa tenang jika saja ia melihat Hera yang kini tengah bisa menjadi sosok dirinya yang seharusnya.
Hera sudah tiba di sekolah, sebelumnya itu, ia juga telah melalukan rutinitas biasanya, yaitu pergi ke salah satu warteg pinggir jalan untuk sarapan pagi.
Hera berjalan menyusuri koridor sekolah. Tercium dengan jelas aroma wangi khas pepohonan dan bunga-bunga yang tumbuh di halaman sekolah yang makin membuat Hera merasa lebih segar hari ini daripada biasanya.
"Pagi, Ra," sapa Andin sambil menyunggingkan senyumnya.
"Pagi juga," balas Hera.
"Lo keliatan seger banget, Ra hari ini," tukas Andin.
"Yaiya dong, capek sadgirl mulu," jawabnya asal.
"Nah gitu dong, baru sahabat gue!" ucap Andin.
"Oh, jadi selama ini gue bukan sahabat lu?" selidik Hera kepada Andin.
"Ye, bukannya gitu, Ra. Kalo lo sedih gue juga ikut sedih, kalo lo bahagia gue juga ikut bahagia. Sebagai sahabat yang baik, gue tuh pengen lo selalu bisa bahagia." ucap Andin sambil tersenyum.
Hera tersenyum menatap wajah sahabatnya yang sudah sejak SD hingga sekarang selalu ikut serta menemani perjalanan suka duka hidupnya. Hera lantas memeluknya tak lupa diiringi senyum bahagia.
"Makasih yah Din," ucap Hera serius.
"Sama-sama." Andin balas memeluknya juga.

****
Ting ... ting ... ting ... ting! Suara khas lonceng sekolah sudah terdengar di segala penjuru, waktu istrahat pun kini sudah tiba. Hera dan Andin kini bergegas untuk menuju ke tempat favoritnya yang tak lain adalah kantin. Namun, langkah mereka terhenti saat ketiga gadis mencegat mereka di ambang pintu keluar dari kelas. Gadis itu tak lain adalah Clara, Anggun, dan Lisa. Ketiganya memang sengaja ingin menahan dua orang di hadapannya, yang tak lain adalah Hera dan Andin.
"Pagi, Ra," sapa Anggun. Hera merasa bingung, biasanya secara terang-terangan ketiga orang itu selalu menghina dan merendahkan dirinya. Namun, hari ini tampak jelas ada sebuah perbedaan.
Hera dan Andin masih tegap di tempatnya berpijak, tanpa mau membalas sapaan Anggun.
"Ra, kemaren lo buka WA gak?" celetuk Lisa.
"Nggak!" jawab Hera malas. Sepertinya Hera sudah mulai tahu kemana arah pembicaraan yang mau ketiga orang ini bawa.
"Duh, sayang dong, Ra, kita udah capek-capek ngegibah eh tapi gak dapet dosa! " celetuk Lisa.
"Kalian ini! Kalo punya mulut tuh di jaga!" Andin membuka suaranya geram. Hera menahan tangan Andin yang mulai mengepal, memberi isyarat bahwa ia memintanya agar menghadapi orang-orang ini dengan
sabar.
"Ada perlu apa?" tanya Hera seolah mulai tahu, ada sesuatu yang diinginkan ketiga orang ini.
"Kerjain PR kita bertiga!" titah Clara.
Ketiga orang yang tidak tahu diri ini, menyodorkan bukunya masing-masing ke hadapan muka Hera, "Tunggu!" sergah Hera.
Ia mencegah langkah ketiga orang itu untuk memerintahnya seenaknya saja! "Kalo lo mau gue ngerjain tugas lo lo pada bertiga, kalian harus kabulin satu permintaan dari gue?"
Clara menyunggingkan senyum sombongnya, "Apa!" tanya Clara.
"Traktir gue makan dan orang yang mau gue ajak makan," ucap Hera tersenyum tipis.
"Lho, kok cuma gitu doang sih, Ra,
permintaannya?" protes Andin. Namun, Hera tak manjawab hanya menatapnya saja. Lagi. Kini, Clara pun menunjukan ekpresi sombongnya lagi dengan bangga, sembari melihat Hera yang dipikirannya telah bodoh membuat permintaan semacam itu.
"DASAR ISTRI SUMO!" ucap Anggun dan lisa serentak sambil tertawa.
"OK! DEAL!" Clara dan Hera telah membuat keputusan final. Ketiga orang itu pun berlalu dari hadapan Hera dan Andin.
Setelah itu, Hera dan Andin mengerjakan tugas yang tadi beberapa menit lalu di terimanya. Mereka menghabiskan waktu lumayan lama. Namun, pada akhirnya mereka sudah selesai juga mengerjakannya.
Kini saatnya membalas ketiganya. Hera dan Andin menyusuri koridor sekolah, mereka menuju tempat di mana mereka akan bertemu dengan tiga orang sombong tadi.
Tak perlu waktu lama Andin den Hera kini sudah bertemu dengan tiga 'Mak Lampir" dunia nyata itu. Mereka tengah asyik bercincang satu sama lain. Melihat kedatangan Hera dan Andin mereka lantas berhenti melanjutkan obrolannya.
"Ini!" Hera menyerahkan masing-masing buku mereka.
"Sekarang giliran lo nepatin janji!" ucap Andin.
"Silahkan makan dan pesan apapun yang kalian mau, gue yang bayar!" ucap Clara. Ah, dia sombong sekali.
Hera tersenyum tipis, ia tahu betul siapa Clara, hari ini ia tak mau lagi-lagi menjadi bahan bullyan gadis itu. Jika hanya Hera dan Andin yang makan ujung-ujungnya pasti mereka sendiri nanti yang akan bayar, sementara Clara and the geng pasti tidak akan mau bertangging jawab. Hera lantas punya pemikirin lain, bagaimana memberi pelajaran pada mereka bertiga, agar tak selalu semana-mena terhadap orang lain.
"Kita sudah terlalu lama berperang," ucap Hera.
"Dan gue kenal betul, siapa lawan gue!" tambanya lagi.
Hera dan Andin saling bertatapan dan tersenyum. Andin lantas berjalan menaiki meja yang di mana tempat mereka Clara dan teman-temannya berkumpul. Ia memegang pengeras suara sambil berteriak.
"SIANG SEMUANYA, ALHAMDULLILLAH REZEKI ANAK SHOLEH!" ucap Andin sambil tertawa cekikikan.
"HARI INI SELURUH ORANG YANG ADA DI SEKOLAH AKAN DITRAKTIR CLARA MAKAN, KALIAN BEBAS MAKAN APA SAJA, PESEN APA YANG LO PADA MAU MAKAN, DAN CLARA YANG BAKAL BAYARIN! INGET SATU SEKOLAH YAH!" ucap Andin tersenyum puas.
Clara membelalakan matanya, ia terlihat menahan emosi dan ingin protes. Tak menunggu lama seuruh kantin menjadi ramai, para siswa dan siswi berkumpul di satu tempat, 'Kantin.'
"Beneran lo, Ndin?" tanya siswa lain antusias.
"BENERKAN ClAR?" tanya Andin masih dengan pengeras suara.
Clara belum menjawab pertanyaannya Andin sudah berbicara lagi, tapi tidak menggunakan pengeras suara lagi, "Oh iya, Clar! Tadi, pas kita bikin kesepakatan gue rekam lo, bahkan ada vidionya juga," ucap Andin menakutinya.
Clara mengepal tangannya, napasnya turun nik menahan emosi, sedang dua sahabatnya menatap Andin dan Hera dengan tatapan sinis sekaligus jengkel.
"BENER!" ucap Lara menggunakan pengeras suara yang dipegang Andin. Clara terpaksa mengiyakannya.
Seluruh orang yang di ruangan itu lantas langsung berhamburan memesan makanan.
Andin tersenyum puas, Hera juga cekikan. Rasanya hari ini segalanya terbayar impas tapi dengan cara yang bener dan sesuai kesepakatan.
"Yuadah yuk, Ra, kita ke tukang bakso di sana aja, gue males makan di sini!" tukas Andin.
Mereka berlalu meninggalkan ke tiga orang yang tengah mematung tak bisa berkata apa-apa lagi, nampaknya kini meraka tengah memakan kerugian akibat perbuatan mereka sendiri.
"SIAL!" Clara memukul-mukul tembok dengan tangannya. Ia benar-benar sangat marah.
Nb: "Orang-orang yang melewati batasan-batasan yang sudah dibuat perlu di peringatkan, entah itu dengan ucapan atau dengan membuat ia merasa jera! Karena yang melewati batasan itu, sering kali adalah orang-orang yang merasa dirinya sempurna. Namun, lupa diri, untuk itu kita perlu untuk selalu mengingatkannya. Maka mulailah untuk itu! Dan jangan pernah merasa takut!"
_A Author_
Sajak Bumi, 16 November 2020

Bình Luận Sách (150)

  • avatar
    Dumpchive

    keren + bagus banget cerita nyaa , alurnya juga ga mudah di tebak , salut dehh

    04/01/2022

      1
  • avatar
    AzrilHaikal

    seru kak

    07/08

      0
  • avatar
    Siti Nurhafiza

    seruuuuuuuuu

    07/07

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất