logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 5 Tak Sengaja Kagum

Margaret mengetuk pelan pintu kamar Lara, tak ada jawaban ia langsung membukanya dan masuk. Dilihatnya Lara tengah termenung sambil menatap jendela dengan mata sembabnya. Margaret perlahan melangkah duduk di sampingnya.
"Sayang, ada Pak Polisi Irawan di bawah, kamu siap-siap ya, katanya ingin membicarakan hal penting, mama tunggu dibawah ya," jelas Margaret.
Mendengar itu Lara hanya diam tak memberi jawaban. Margaret hanya bisa menghela napas berat. Ia pun kembali menuruni anak tangga menemui Irawan dan Wilson suaminya. Melihat kedatangan Margaret Irawan langsung menyodorinya dengan pertanyaan. "Bagaimana?" tanyanya singkat.
Margaret menggelengkan kepalanya, memberi isyarat bahwa Lara tak ingin kemana-mana. Melihat itu Irawan lantas merogoh ponsel di saku celananya dan mengirim pesan singkat kepada Lara.
[Ada hal yang ingin saya bicarakan, ini terkait orang tuamu, temui saya di bawah kita akan pergi ke suatu tempat.]
Di sisi lain Lara yang sejak tadi pagi termenung mendengar dering ponselnya tanda sebuah pesan masuk. Ia memandang ponselnya dengan malas. Detik berikutnya ia langsung menyalakannya. Sebuah pesan yang dikirim oleh Irawan. Melihat isi pesan itu ia langsung mengambil swetter putihnya dan langsung bersiap-siap ke bawah.

Tak lama Lara akhirnya menuruni anak tangga, dilihatnya Papa Wilson dan Mama Margaret serta Irawan duduk di sofa sambil berbincang. Melihat kedatangan Lara ketiganya sarentak mengurai senyum. Namun, hanya dibalas dengan tatapan dingin oleh Lara.
***
Usai berpamintan Irawan dan Lara langsung keluar bersama. Mobil Sedan milik Irawan melaju membelah jalan raya. Sesekali ia melirik wajah Lara. Namun, tidak ada sama sekali senyuman di sana. Dia kaku, bisu juga sendu.
Setelah 15 menit keduanya akhirnya sampai di sebuah tempat.
"Tempat apa ini?" tanya Lara.
"Ini adalah panti tempat saya dibesarkan," jelas Irawan sambil menuntun Lara agar mengikuti langkahnya.
Mendengar itu Lara membesarkan bola matanya beberapa detik. Ia tak terlalu kenal Irawan. Akan tetapi, dari apa yang ia katakan barusan Lara mengerti ada sesuatu yang sedang ingin ia katakan agar Lara mengerti satu hal.
"Saya adalah bayi yang terbuang, orang tua saua tidak mau membesarkan saya dengan alasan yang saya sendiri tidak tahu. Saya hampir mati karena mereka membiarkan saya terkurung di dalam sebuah plastik selama tiga jam," ucap Irawan disusul hembusan napas beratnya. Entah mengapa mengatakan kebenaran ini membuat dadanya tiba-tiba sesak.
Lara terdiam sejenak. Setelah akhirnya memberikan diri bertanya. "Apa Anda membenci orang tua Anda?" tanya Lara ragu.
"Tidak! Sebab jika bukan karena mereka membuangku aku mungkin tak akan berada di panti ini, mungkin juga bukan seorang polisi yang mencoba menyelesaikan kasusmu saat ini," terang Irawan sambil tersenyum.
Mendengar itu Lara hanya diam. Namun, netranya tak sengaja menangkap mata lelaki itu berkaca-kaca. "Pasti berat sekali menjadi Anda," batin Lara iba.
"Lara, kamu hanya kehilangan sosoknya. Akan tetapi aku, aku kehilangan kasih sayang, cinta bahkan belas kasih," jelas Irawan sambil menyeka bulir bening panas dingin yang hampir saja jatuh di hadapan mata Lara.
Lara langsung tertegun. Ternyata seseorang yang terlihat baik-baik saja menyimpan luka yang jauh lebih dalam darinya selama ini.
"Anda punya saya, Papa Wilson dan Mama Margaret, anggap kami keluarga, kita akan baik-baik saja," jelas Lara.
Kini keduanya duduk di salah satu kursi yang ada di taman bermain anak-anak di panti. Lara tersenyum saat melihat anak-anak itu bermain dengan bahagia dan melihat hal itu membuat Irawan sedikit lega.
"Tadi malam. Adam, rekan saya di Singapura membantu saya mencari informasi tentang kematian Juna," ucap Irawan yang tiba-tiba saja langsung membuat wajah Lara menjadi berubah saat mendengarnya.
"Lalu?" tanyanya dengan tatapan kosong seperti tadi sewaktu ia berada di mobil. Ah, Irawan jadi menyesal mengatakannya sekarang. Namun, mau bagaimana lagi?
"Kamu tahu, kematian Juna telah direkayasa." Mendengar itu sorot mata Lara langsung berubah menatapnya. "Ya, banyak lebam-lebam merah di tubuh Juna. Namun, didalam laporan tubuh korban dinyatakan baik tanpa ada bekas luka atau lebam, yang artinya menegaskan bahwa Juna memang menghebuskan napas terakhirnya sendiri bukan sebab perbuatan orang lain. Ini sangatlah aneh, mengingat bagaimana hebat-hebatnya polisi di sana. Namun, kasus ini sama sekali tidak dilakukan identifikasi," jelas Irawan membuat Lara kembali terdiam.
"Apa Anda mencoba mengatakan bahwa orang lain telah sengaja menghabisi Juna waktu itu dan membuat kasus kematian orang tua saya di tutup," tanya Lara.
"Ya, ini jelas sekali. Kamu tenang saja saya berhubungan sangat baik dengan Adam. Dia akan membantu saya untuk membuka kasus kematian Juna dan mencoba membantu menyelesaikan masalah kamu," ucap Irawan memberi Lara secercah harapan.
"Terima kasih," ucap Lara tersenyum tipis
"Sama-sama," ucap Irawan sambil menatap sudut pipi gadis itu yang tertarik beberapa detik lewat senyuman tipisnya.
Tiba-tiba Seorang anak kecil mendekat dan mencoba menggoda keduanya. Al hasil terjadilah kejar-kejaran antara anak perempuan itu dan juga Irawan membuat Lara yang tengah memperhatikan mereka jadi terkekeh.
Mata sembabnya menatap lekat Irawan yang tengah berlari di kelilingi anak kecil. Rasa kagum mulai menyelubungi hatinya. Ia tak mengerti kenapa netranya tak bosan menatap Irawan. Caranya menghibur serta membantu Lara membuat Lara tersentuh.
Lara tersenyum. Tidaklah dia mengerti tentang isi hatinya sendiri. Rasanya nyaman sekali jika kita berda di sisi orang yang mengerti kita dengan begitu baik. Membuat kita tertawa dan mencoba membalikkan keadaan seperti yang tengah Lara rasakan.
"Anda membuat saya tersentuh," ucap Lara sambil tak henti menatap manik mata Irawan.
Menit berikutnya Irawan balik duduk di samping Lara. Ia tanpak kelelahan karena menemani anak-anak panti itu bermain.
"Jangan menatap saya begitu lama, saya suka grogi," jelas Irawan malu-malu kucing.
"Sejak tadi saya memperhatikan anak-anak," elak Lara yang tertangkap basah oleh Irawan.
"Masa sih begitu?" ledek Irawan dengan mimik wajah yang dibuat-buat.
"Ih, Anda ...," grutu Lara yang malu.
Melihat ekspresi Lara membuat Irawan terkekeh. "Anda ini," tambah Lara sambil menekuk wajahnya kesal. Kesal karena Irawan terus menggoda nya dan membuat wajahnha merah seperti tomat. Bukankah itu membuatnya sangat malu? Ah, Irawan apa-apa saja.
Tak lama setelah itu ibu panti pun datang dan menyapa keduanya. Mengajak Lara serta Irawan untuk makan bersama dengan anak-anak panti. Awalnya keduanya menolak. Namun, karena rayuan bu panti keduanya akhirnya mengiyakan membuat bu panti serta anak-anak senang karena bisa makan siang bersama mereka.
Hari ini menjadi hari yang cukup indah bagi Lara. Di mana kedekatannya dengan Irawan semakin baik. Hal paling membahagiakan adalah Ada harapan bahwa kasus orang tuanya akan terpecahkan. Jauh dari banyak kebahagiaan yang ia miliki. Ia akan terus bersyukur atas itu.

Bình Luận Sách (355)

  • avatar
    Jesen Eleek Koyo

    tak pernah mengecewakan aku walaupun kita bukan orang yang diterima oleh para students macam aku ni jenis kalau takda daia nk hidup atau kayu yang telah berpartisipasi seputar produk dan layanan Telkomsel silakan mention kembali apabila ada yang telah berpartisipasi seputar produk dan layanan Telkomsel silakan mention kembali apabila ada yang telah berpartisipasi seputar produk dan layanan Telkomsel silakan mention kembali apabila ada yang telah berpartisipasi seputar produk dan layanan Telkomse

    22h

      0
  • avatar
    AdrianaFiffy

    good

    1d

      0
  • avatar
    ArlianiMira

    judul ny sangat seru

    5d

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất