logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Pengantin Pengganti

Pengantin Pengganti

Al Rizky Pratama


Bab 1 - Pengantin Baru

"Ya, kalau Mas Arvin sama Mbak Kirana kan, nikah pakai cinta. Sedangkan aku, terpaksa gara-gara permintaan terakhir Deffi." Ucap Bintang di depan kedua kakak kandungnya.
Bintang Pratama Raharja, anak ketiga dari Muhammad Raharja dan Mardina Halimatus. Sekarang di Tahun 2022, Bintang sudah berusia 24 tahun, dan baru saja menikah----selepas hari raya idulfitri kemarin.
"Lah, kalau kamu ngerti menikah tanpa cinta itu seperti ini. Kenapa kamu lakukan?" Tanya Arvin Nur Raharja, kakak pertama.
Ya, Bintang memiliki istri bernama Atisya Maharani. Saudara dari mendiang kekasihnya, Deffi Gisel Arsana. Meninggal tiga hari sebelum akad nikah di ikrarkan oleh Bintang.
Sebelum meninggal. Deffi mengalami sebuah insiden---kecelakaan saat hendak mengantarkan undangan pernikahan dia dan Bintang kepada rekan rekan kerjanya. Pada pertengahan bulan puasa kemarin.
"Karena aku pengin kekasihku tenang di sana, walau aku sendiri yang mengorbankan kebahagiaan." Jawab Bintang dengan menatap kedua kakaknya.
Bintang sedang berada di rumah Arvin. Ya, ketiga anak dari pebisnis senior Muhammad Raharja ini tinggal di rumah terpisah, tetapi masih dalam komplek perumahan yang sama. Termasuk rumah Raharja dan Mardina.
Tulip Town House dalam sebuah blok atau deret rumah-rumah yang elit. Arvin hanya bisa diam setelah mendapatkan jawaban dari adik terakhirnya itu.
"Dek, itu berarti kamu nyesel dengan keputusan apa yang kamu ambil sekarang." Kirana memberi kesimpulan.
"Lagian, gak lucu juga kalau kamu tiba-tiba menalak dia dalam pernikahan yang masih berjalan satu minggu. inget pernikahan kamu kemarin sudah viral diliput oleh warganet dan juga media lokal."
Arvin benar, pernikahan Bintang dan istrinya, Atisya kemarin telah banyak disorot oleh para tamu. Karena, mempelai perempuan yang berganti dan bukan sesuai dengan undangan yang sudah tersebar.
Banyak sekali tamu undangan yang memberi selamat sekaligus ucapan belasungkawa kepada Arvin dan keluarganya.
"Sekarang Tisya di mana? Kok gak kamu ajak ke rumah ini?" Anggun Indira---istri Arvin juga ikut duduk di ruang tamu.
"Lagi beres-beres rumah, Mbak. Mumpung hari minggu katanya," Bintang menatap Anggun dengan tatapan teduh.
Pernikahan Bintang dan Atisya sudah disetujui oleh Raharja dan Mardina dan juga Arvin serta Kirana, dengan dalih bahwa Bintang sendiri yang meminta.
"Paling penting, sekarang kamu harus menjadi pemimpin yang dapat diikuti oleh Tisya. Ketika akad nikah kemarin, tanggung jawab tentang Tisya sudah berpindah ke kamu.
Seperti Mas Arvin dan juga Mas Agam yang telah diberi kewajiban menjaga Mbak Anggun dan Mbak Kirana." Anggun mencoba menasehati adik iparnya dengan nada lembut.
Bintang, laki-laki bertubuh maskulin dan tegap itu hanya bisa menunduk ke arah kedua kakinya yang telanjang tanpa menggunakan alas apa-apa di dalam rumah.
Arvin dan Anggun sudah memiliki dua orang anak perempuan, Ayya dan Nadira usia mereka hanya terpaut tiga tahun. Lebih tua Ayya. Delapan dan lima tahun.
Sedangkan Agam dan Kirana baru memiliki anak laki-laki, Arav yang sangat tampan seperti Agam. Berusia tujuh tahun.
"Udah ya, Mbak mau pulang. Soalnya Arav di sebelah sendirian."
Rumah Arvin berada paling kanan, disusul dengan rumah Kirana, Raharja dan juga rumah Bintang yang berada di paling kiri. Bintang akhirnya juga ikut berpamitan pulang.
"Kalian mau ikut Om Bintang gak ke sebelah?" Tanya Bintang sambil melihat ke arah Ayya dan juga Nadira yang sedang bermain gawai.
"Nggak deh, Om. Di sana gak seru, sunyi." Ayya menolak mentah-mentah ajakan Bintang.
Setelah berpamitan kepada semua orang yang berada di rumah Arvin, Bintang berjalan keluar dan menutup kembali gerbang yang baru saja dia buka.
Mungkin maksud dari Raharja membeli rumah dan menempatkan anaknya secara berdekatan seperti ini---tidak lain untuk menunjang masa tuanya seperti sekarang.
Raharja sudah berusia 50 tahun, Mardina 24 tahun, Arvin sudah 28 tahun sedangkan Kirana 26 tahun. Jarak antara kakak beradik ini hanya dua tahun saja.
Bintang masuk ke dalam rumahnya tanpa memberikan salam kepada Tisya yang sedang menyapu lantai, kemudian dia melenggang pergi dan menuju ke kamarnya mereka berdua.
"Deff, maafkan aku. Aku belum bisa membuka hati secara langsung kepada Tisya, tahu sendiri, kan. Kalau aku masih sayang sama kamu." Bintang menatap foto latar belakang gawainya yang masih menampilkan wajah senyum Deffi.
Walau memang ada satu folder yang isinya foto pernikahan mereka, tetapi dia tidak tertarik sama sekali untuk menjadikan sebuah pajangan di gawainya.
"Mas Bintang tadi kok cuma sebentar di rumah sebelah, belum ada satu jam dia sudah pulang." Gumam Tisya sembari menaiki anak tangga menuju ke lantai dua.
Tisya kemudian membuka pintu dan menemukan Bintang yang sedang berbaring di atas ranjang yang berukuran besar ini. Sejurus kemudian Bintang merubah posisinya menjadi bersandar.
"Mas, aku bikinin minum ya? Kopi mau gak?" Tisya duduk di sebuah sofa panjang yang menjadi tempat tidurnya sehari-hari.
Memang setelah menikah, mereka tidak tidur di ranjang yang sama melainkan terpisah, Tisya di sofa berwarna hitam, Bintang di ranjang. Terkadang mereka juga berganti posisi.
"Gak usah, kalau pengin nanti aku bikin sendiri," Bintang berbicara dingin.
"Tapi, itu tugasku menjadi seorang istri, yaitu melayani suaminya dengan sepenuh hati." Tisya mencoba berbicara dengan Bintang.
"Tetapi juga, tugas seorang istri adalah nurut apa yang dikatakan sama suaminya, bukan membantah atau juga melawan." Jawab Bintang tanpa menatap Tisya.
Tisya mengelus dada, menyabarkan diri. Tidak menyangka, Bintang berbeda ketika sebelum menikah dengannya. Saat meminta dia untuk menjadi istri sekaligus pendamping hidupnya, Bintang tidak seperti ini.
Dia berbicara pelan dan sangat meyakinkan, bahwa pernikahan ini akan berjalan baik-baik saja. Seperti pada umumnya, walau tanpa dilandasi cinta yang kokoh.
"Mas, itu baju tidur kamu kemarin? Kok kamu pakai lagi? Ganti pakaian deh." Tisya menunjuk ke baju yang dikenakan oleh Bintang.
Dengan terpaksa, Bintang kemudian meletakkan gawainya dan membuka kausnya. Atisya hanya bisa melihat bentuk tubuh Bintang, walau dalam hati selalu berharap mendapatkan rengkuhan dikala dia lelah karena kegiatan sehari-hari.
"Aku ambilkan baju ganti kamu ya," Tisya bangkit menuju ke lemari besar yang isinya pakaian mereka.
Bintang hanya bergeming, sambil fokus melihat laporan di lima kedai minuman kekinian yang menjadi usaha pertamanya, sudah digeluti sejak Januari---pertengahan bulan.
"Pakai dulu, Mas." Tisya memberikan kaus berwarna hijau kepada Bintang.
Dia selalu melakukan apa-apa dengan senyum yang tidak pernah tertinggal dari kedua bibirnya, sebagai ketulusan dalam pengabdian kepada Bintang.
"Aku tinggal ke bawah lagi."
Tisya berjalan keluar kamar---tidak lupa menutup kembali pintu kamar mereka. Tisya kembali duduk di ruang televisi yang ada di bawah. Perempuan berjilbab itu menghela napas.
"Mbak Deff, entah sampai kapan hubungan pernikahanku dengan Mas Bintang seperti ini." Ucap Tisya sambil melihat sebuah foto besar di gawainya.
Foto adalah saat mereka sedang merayakan tradisi punggahan puasa---mengunjungi makam di malam pertama sebelum melaksanakan salat tarawih. Foto terakhir mereka berdua, sebelum Deffi pergi untuk selamanya.
"Apa mungkin, Mas Bintang belum terima tentang kepergianmu yang secepat ini, Mbak?" Atisya berbicara lirih.
Dia susah menyembunyikan kesedihan ketika sendiri seperti sekarang. Bahkan, malam setelah akad nikah dan resepsi, Atisya tidak tidur satu malam.
Bebeda sekali dengan Bintang yang malam hari langsung tidur, tidak ada malam pertama, tidak ada tidur berdua menikmati taman bunga yang bermekaaran di kamar pengantin, tidak ada.
"Semoga, nanti dia segera sadar ya, Mbak." Gumam Tisya sebelum mematikan layar gawainya.

Bình Luận Sách (156)

  • avatar
    Rafa Kusnaedi

    Sangat bagus ceritanya saya suka banget

    2d

      0
  • avatar
    AdrianFatah

    Ceritanya sangat bagus!

    28d

      0
  • avatar
    PutriFadila

    crta ny sgt menarik

    15/08

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất