logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chapter 41

Author's POV
"Bisakah kau langsung menjelaskan pada intinya? tidak perlu bertele-tele" Jean.-
"Maafkan aku" Undine.-
Sementara Michelle duduk tenang di kursi nya memerhatikan Undine. "Ada gua selain burple bow yang menyimpan bola kristal lagi,kristal itu hanya ada dua di dunia" jelasnya.
"Sheriyu" Undine.-
"Gua itu bernama sheriyu, kalian pasti tau air Felochity kan?" Undine.-
Michelle mengangguk.
"Gua itu berada tak jauh dari sana, beberapa meter melewati negeri peri" jelas Undine.
"Apa kalian membutuhkan ku ? aku bisa membantu jika berkenan.."belum selesai Undine melanjutkan pembicaraannya,Jean sudah memotongnya dengan cepat. "Tidak perlu, kami tidak mempercayaimu" sahut Jean.
"Baik" jawab Undine singkat.
Michelle menghabiskan teh yang disajikan oleh keluarga Undine lalu berpamitan dengan layak kepada Ny.Phantom.
Michelle ingin sampai ke gua itu tanpa melakukan teleportasi,ia takut diluar sana akan ada manusia yang menyadari keberadaan Jean yang diakui sebagai monster oleh semua ras,mereka hanya menggunakan kemampuan itu jika ingin pulang ke rumah,lagipula Michelle merasa rindu dengan perjalanan jauh bersama Jean.
•••••••••••••••••••
Michelle's POV
Monster golem raksasa berjalan berpatroli ,mata nya bergerak kesana kemari mencari orang asing yang menyelinap, aku tak yakin monster itu bisa memusnahkan semua orang, apalagi pasukan Barone cukup kuat di bidang ilmu sihir.
Setelah melewati golem raksasa, aku dan Jean berjalan beriringan melewati jalanan hutan yang begitu panjang. Melewati jalan setapak dengan pemandangan pohon-pohon di sisi kanan dan kiri mengingatkanku pada Rick.
"Aku tak menyangka ia meninggalkan kita seperti itu" lirih ku,Jean menoleh ke arah ku "Apa kau masih tidak menerima kepergiannya?" sahutnya. "Tidak,bukan begitu maksudku,aku ingin semua orang baik meninggal dengan layak.." lirih ku.
"Michelle,kau tau Tuhan sudah merencanakan semua ini, termasuk bagaimana cara ia meninggalkan dunia. Inilah yang orang sebut takdir" Jean.-
"Bagaimana kau bisa mempercayai itu?"
"Entahlah,tanya saja pada Yang Maha Kuasa" jawabnya sambil menatap langit yang mulai mendung lalu turun gerimis yang perlahan butiran air nya membesar.
"Hei,saat kau menyebut Tuhan, hujan langsung turun, aku yakin Ia murka padamu. Bagaimana bisa menanyakan langsung pada Tuhan.." ucapku, Jean menarik tangan ku ke arah pohon eek tua yang besar dan daunnya amat rimbun.
Jean menyeka basahan air hujan di wajah ku dengan lembut,ia menatapku dengan tulus. "Kita akan berteduh hingga hujan reda,ya?" ujarnya,aku mengangguk setuju,siapa yang mau basah kuyup?
••••••••••••••••
Author's POV
Seperti biasa,para dayang sibuk menyiapkan sarapan untuk keluarga kerajaan. Marty dan Reina sedang menyantap roti gandum dengan susu hangat bersama. Seperti hari-hari sebelumnya,Marty tidak banyak bicara dan raut wajahnya tampak muram. Reina akhirnya memberanikan diri untuk menanyakan keadaan suami nya itu. Ia memegang telapak tangan Marty yang penuh bekas luka.
"Sayang,kau baik-baik saja kan?" Putri Reina.-
Marty menghentikan makannya lalu menatap Reina,ia tersenyum lebar seakan memberi tahu bahwa ia baik-baik saja,tapi Reina tak menyerah,ia berdiri dari tempat duduk nya lalu berjalan ke samping tempat duduk Marty, Marty menatapnya kebingungan.
"Aku siap mendengarkan semua cerita mu" ucap Reina, ia mengelus bahu kanan Marty.
"Tapi tak apa jika kau tak ingin mengatakannya, kuharap kau tidak lupa untuk makan malam karena kau selalu melewatkan makan malam mu,aku khawatir padamu" jelas Reina.
Marty meraih tangan Reina lalu menggenggamnya dan mengecup pelan punggung tangannya. "Aku baik-baik saja, aku pasti akan bercerita padamu jika ada masalah" sahutnya sambil menengadah menghadap Reina yang berdiri di sampingnya. "Lanjutkan makanmu, kita akan pergi ke istana hari ini" ucap Marty, Reina hanya mengangguk lalu kembali ke tempat duduk nya.
Di istana kerajaan Silver,Marty duduk muram di ruang kerja nya,tangannya menumpu dagu sambil menatap ke luar jendela.
Tok..tok..
"Ada apa pak ?" ujarnya saat melihat pak tua penjaga bawah tanah memasuki ruangannya.
"Aku menemukan ini di lantai bawah tanah,yang mulia" jawab nya sambil meletakkan sobekan kain satin berwarna merah.
"Apa kau tak menyadari keberadaan penyusup ini?" Marty langsung berdiri sambil menghentakkan tangannya diatas meja.
"Aku selalu mendengarkan suara langkah kaki di lantai bawah tanah karena sunyi, tetapi waktu itu aku tidak mendengarkan aku, maafkan aku Yang Mulia" lirih nya sambil menunduk dan meletakkan tangan kanannya di dada.
Marty memijat-mijat dahi nya karena pusing, diambilnya kain merah itu lalu mencoba mencium aroma nya. "Tunggu,aroma ini seperti cologne yang selalu dipakai Michelle.." pikirnya. Tetapi tentu saja ia berpikir bahwa tidak hanya Michelle yang mengenakan cologne itu,bisa saja salah satu dayang istana.
"Aku ingin ke lantai bawah tanah" Marty bergegas berjalan keluar ruangannya diikuti penjaga itu,ia menuruni tangga yang begitu panjang.
"Kau tunggu disini,jangan sampai ada yang masuk" Marty.-
"Baik,Yang Mulia"
Setelah Marty membuka segel pintu perak,ia kembali menutupnya dan menemukan bola kristal disana. Ia tidak ingin mencurigai Michelle tetapi ia merasa Michelle mengetahui semuanya.
Sejak ia menjadi pangeran mahkota,tentu ia diberikan ilmu sihir sehingga ia juga bisa menggunakan sihir walau tidak se mahir ras penyihir pada umumnya. Ia sudah mempelajari mantra bola kristal dengan Mr.Winckle agar ia bisa mengintai siapa saja sendirian.
Marty mulai merapalkan mantra bola kristal sambil memejamkan mata nya,hingga beberapa menit kemudian bola itu bercahaya.
"Tunjukkan padaku apa yang dilakukan Michelle di ruang penyimpanan bawah tanah" ucap nya sambil berkeringat.
Seperti biasa kristal itu selalu menuruti perkataan orang yang merapalkan dengan benar,ia menunjukkan apa yang terjadi di ruang bawah tanah,dan benar saja Michelle masuk ke ruangan itu bersama Jean.
Marty menonton reka ulang itu sehingga ia tau Jean ahli sihir,dari awal ia sudah mencurigai pria itu, ia tampak asing dan tidak seperti manusia biasa.
Hingga Michelle berlari keluar ruang penyimpanan, mereka berpelukan dan menghilang begitu saja.
"Apa?apa yang terjadi?" Marty mengusap-usap bola kristal itu kebingungan. "Apa hanya sampai disitu?mengapa ia tiba-tiba menghilang?" gumam nya.
Ia mulai menggigit jari jempol nya mencoba berpikir keras.
"Apa pria itu berteleportasi?tidak mungkin, tak ada yang bisa melakukan sihir itu bahkan Mr.Phantom sekalipun" gumam nya.
"Tunggu..hanya ras vampir yang bisa sihir semacam itu" lirih nya lagi.
"Apakah pria itu.." Marty sontak meletakkan bola itu ke tempat nya,ia berjalan keluar ruang bawah tanah dan berjalan lesu menaikki tangga.
•••••••••••••••
Author's POV
Karena hujan mulai teduh,Michelle dan Jean kembali melanjutkan perjalanannya sambil bergandengan tangan. Michelle menatap langit biru yang cerah sambil tersenyum.
"Ah iya!" Michelle.-
Jean menoleh.
"Aku punya serbuk peri,ayo kita terbang, bukankah itu menyenangkan?" Michelle.-
Jean tertawa pelan, "Kau yakin?" ujarnya.
Michelle mengeluarkan kantong serbuk itu dari saku rok nya dan melepas ikatannya. Ia menaburkan serbuk emas itu ke seluruh tubuh Jean lalu menaburkannya lagi ke dirinya sendiri.
Mereka mulai melayang tinggi,Michelle menggenggam erat Jean agar mereka tidak terpisah. "Bukankah terbang seperti ini akan membuat kita sampai lebih cepat?" ujarnya.
"Terserah kau saja,Michelle. Aku selalu mengikuti mu" Jean.-
Michelle pun mulai terbang pelan sesekali melihat ke bawah dan melambaikan tangan pada kawanan dwarf , melihat Michelle melayang tinggi,para dwarf ikut melambaikan tangan mereka.
"Kau mengenal mereka?" Jean.-
Ia mengangguk, "aku pernah mengunjungi mereka bersama Rick" sahutnya.
Tak terasa mereka telah terbang hingga ke negeri peri, Michelle mendarat tenang.
"Sayangnya kita tidak bisa menggunakan serbuk ini lebih lama,aku harus menghematnya" ujar Michelle.
"Gua itu hampir dekat,ayo berjalan sedikit lagi" ujar Jean,Michelle mengangguk.
"Mau kugendong? apa kau lelah?" Jean.-
"Tidak perlu, aku tak ingin kau kelelahan menggendong ku" Michelle.-
"Aku tak pernah lelah membawa mu kemanapun" jawab Jean.
"Tak perlu, kita berjalan saja" ucap Michelle.
Akhirnya mereka sampai di gua sheriyu yang disebutkan oleh Undine,mereka berjalan bersamaan memasuki gua itu,tidak ada yang aneh, hanya ada lumut dan genangan air.
Tetapi di ujung jalan,ada cahaya yang menerangi seisi gua. Apa ada orang disana?
Jean menggenggam erat tangan Michelle,ia takut bahaya mengancam nyawa nya. Hingga mereka sampai di penghujung gua,tak ada orang sama sekali disana,namun ada api unggun yang sepertinya baru saja dinyalakan.
"Pasti ada orang disini" Michelle.-
"Tidak apa-apa,aku akan melakukannya dengan cepat sebelum orang itu kemari" Jean.-
Michelle mengangguk setuju. Hanya ada bola kristal dan api unggun didalam gua itu,Jean mulai membaca mantra sedangkan Michelle menyebarkan pandangannya ke sekeliling mereka berjaga-jaga agar tak ada siapapun yang mendapati mereka didalam sana.
"Tunjukkan apa yang dilakukan Mr.Phantom saat hari eksekusi" ucap Jean.
Mereka memerhatikan gerak-gerik Phantom saat hari eksekusi,ia hanya berlatih bersama pasukan sihir nya, hingga ia diberitahu salah satu bawahannya tentang kematian pemimpin pasukan Barone.
"Ini berarti bukan pria ini yang membunuh nya? lalu siapa.." lirih Michelle.
"Tunjukkan apa yang dilakukan Undine saat hari eksekusi" Jean.-
Seperti yang Undine bilang,bukan ia yang melakukan semua itu,ia hanya menghias pai apel di pabrik nya bersama Ibu nya.
"Bagaimana ini,apakah mereka merancang ini semua" Michelle.-
"Tidak mungkin,bola kristal ini tidak bisa dirancang atau apapun itu,bola ini bisa dipercaya" ujar Jean, Michelle mengangguk pelan.
"Lalu siapa dalang dibalik semua ini,Jean" ujar Michelle mulai menyerah mencari tahu kebenarannya.
"Tenanglah..kita pasti menemukan jalan keluarnya" Jean.-
••••••••••••••••
*Flashback moments (pembunuhan pemimpin pasukan) *
Pria berpakaian rapi dengan jas hitam bercermin dengan tenang sambil merapikan dasi nya,ia lalu menghilang sekejap lalu tiba tepat didepan penjara bawah tanah.
"Easy!" ujarnya, perlahan postur tubuh nya membesar dengan otot yang terbentuk sempurna di lengannya, tak lupa pedang sihir di pinggangnya dan juga baju zirah khas ksatria sihir.
Ia benar-benar tampak menyerupai Phantom, ia berjalan santai ke penjara bawah tanah yang saat itu sepi dan hanya ada penjaga tua yang suka tertidur.
Benar,kemampuan menyamar itu adalah salah satu kemampuan yang ia miliki.
*Flashback end*

Bình Luận Sách (92)

  • avatar
    YayaLsnsi

    gila alur ceritanya keren banget👍👍 bikin baper+sedih sihh pokonya kudu baca sampe akhir soal pasti banyak kejutan setiap chapter nya 👍👍 untuk Mimin semangat nulis ceritanya,,Anu nunggu karya-karya Mimin yang lainnya ✨💛

    10/01/2022

      4
  • avatar
    MelCyzxly

    bagus

    12d

      0
  • avatar
    SariSania

    burhan

    17d

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất