logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 9 Ulang Tahun Menyebalkan

Aku sudah menjadi apa pun
Untuk membuatmu jatuh hati
Untuk sekadar dilihat
Sebagai yang berarti
Tapi selalu nihil
Kita seperti dua kutub yang bertentangan
Kamu menyukai langit senja
Aku lebih tertarik kepada pagi
Dan menjadi seperti ini
Kita yang bukan siapa siapa
Tak akan mengubah apa-apa
Pasif
Tapi untuk berakhir
Aku belum belajar banyak hal
Belum siap kehilangan
Kamu
Riuh tepuk tangan kembali mengiringi akhir lagu 'Pasif' yang malam ini kunyanyikan. Sangat meriah, sesuai dengan ekspektasi saat menciptakan lagu itu.
Tepatnya sejak keributan kecil di malam pulang dari festival band itu, aku mulai menulis banyak lagu. Sederhana memang, hampir semua tentang seseorang yang ingin cintanya terbalas meski sedikit. Namun, cukup untuk membuat orang yang dituju sadar sekaligus peka maksudku.
Bukan tentang Kak Aldin, dia sudah menjadi pacar orang. Aku menulis Pasif untuk siapa saja yang kisah cinta sama perasaannya relate. Kan, di dunia ini yang jatuh cinta bukan hanya satu orang. Bukan aku saja.
"Tumben lagu kamu beda?" Pertanyaan seseorang di sebelahku membuyarkan lamunan.
Aku menoleh sekilas, ma-las!
Serius, tadinya sangat kangen melihat senyum manis itu. Namun, begitu ketemu, ya kesal lagi. Ingat toxicnya di pertemuan pertama, aku langsung ilfeel.
"Kak Aldin lagi! Apa dunia udah kekurangan manusia, sih? Acara apa pun selalu ketemu Kakak?" ujarku kesal.
"Nggak usah sok kesel. Bilang aja lagu tadi buat aku. Aldin Barata!" balasnya bangga sambil menepuk dada.
Sombong amat!
"Iya, kan?" ulangnya memastikan.
"Enggak tu!"
"Alaah, bilang aja kamu jatuh cinta sama Kakak tampanmu ini. Benar, kan?"
Astaga, ge-er banget sih pacar orang yang lagi berstatus pura-pura cakep di pesta orang. Overdosis gara-gara makan apa nih orang tadi?
"Eh, sorry, ya. Aku nggak akan suka sama cowok sombong kayak Kak Aldin, kok!"
Kuucapkan kalimat itu penuh penekanan, kemudian pergi meninggalkannya. Terdengar Kak Aldin masih terbahak di tempat semula. Sial, merusak nama baik sebagai penyanyi ulang tahun saja.
Aku segera bergabung dengan yang lain, setengah malas mengambil makanan hanya untuk penunda baper, bukan lapar. Namun, segera tersenyum simpul menyadari laki-laki penulis itu masih berdiri di tempat kami ribut. Belum beranjak satu langkah pun atau ada yang menghampiri. Gelas berisi sirup hijau yang tadi dia bawa, perlahan terminum habis.
Tumben nggak ada ceweknya?
Acara ulang tahun kali ini benar-benar meriah. Bahkan, orang tua Rena sangat terkesan dengan permainan pianoku pada lagu-lagu berikutnya. Banyak yang request, banyak pula hadiah mau tidak mau harus kubawa pulang.
Aduh, ini bagaimana bawanya, ya. Tadi berangkat sama Kak Arhan. Udah gitu naik motor.
Aku kebingungan, memandangi satu kotak besar berisi hadiah pemberian Rena, dan fens lain, sambil berpikir cara bisa sampai rumah cepat serta tepat waktu. Tiba-tiba sebuah ide cemerlang tiba-tiba melintas bersama dua orang yang tertangkap pandangan.
Saatnya menjalankan misi!
"Hai, apa kabar?" sapaku kepada beberapa orang gadis berpakaian mewah, sambil menyalami satu per satu mereka.
"Kak Icha! Udah mau pulang aja, nih?" balas salah seorang yang memakai gaun biru langit dengan hiasan mawar di rambutnya. "Padahal, kita masih pengen sama Kakak, loh."
Aku hanya membalas dengan kekehan kecil, saat ucapan gadis itu di iyakan yang lain.
Masih berada di antara teman-teman Rena, aku sengaja mengerling kepada seseorang. Dia adalah pacar Revi sejak kami masih bekerja sales kecantikan. Namun, laki-laki itu terkenal playboy. Ya begitulah jadinya.
Tanpa diperintah, pacarnya Revi buru-buru menghampiriku dan menawarkan jasa antar pulang gratis. Kasihan sekali kamu, Vi. Ke pesta ditemani pacar tampan yang belum berubah perangainya.
"Saya antar pulang, ya, Neng?" tawarnya begitu kami berdiri bersebelahan.
Padahal aku masih asik berbincang dengan gengnya Rena.
"Eh, nggak usah. Saya bisa pulang sendiri, kok," balasku pura-pura merasa tidak enak.
"Nggak apa-apa, saya senang nganterin idola saya."
"Mas, ngefens saya?"
Laki-laki berjas hitam itu mengangguk dengan senyum menawan. Ehm, Revi, kasihan banget sih kamu yang sedang menahan kesal di dekat pohon Cemara hias.
"Sini." Laki-laki itu hampir meraih kotak besar yang keberatan kubawa dengan tangan kiri. Namun, seseorang di belakangnya langsung mengambil alih.
"Yuk, pulang bareng Kakak aja!"
Di tengah situasi menyenangkan bisa balas dendam seperti ini, Kak Aldin muncul tiba-tiba. Merusak suasana hati, mengubah rencana yang aku susun beberapa detik hati. Orang kok kerjaannya merusak mood saja.
Aku berusaha berontak, tapi sia-sia. Sekilas melihat pacarnya Revi, dia juga sama gusarnya karena gagal mengantarku pulang. Karena tidak ingin direkam handphone netizen dan viral, terpaksa aku menurut maunya Kak Aldin.
"Kakak, lepas. Apa-apaan sih ini?" sentakku kesal begitu tiba di samping mobilnya.
"Masuk!"
Hanya itu jawaban Kak Aldin sambil membuka pintu mobil.
"Aku bisa pulang sendiri! Kakak kenapa, deh?"
Pelukis terkenal yang memakai hem abu-abu ini menatapku kesal, kemudian menghardik dengan kalimat lumayan pedas.
"Jalan sendiri dan masuk ke rumah Rena lagi, kemudian pulang dengan laki-laki playboy itu!"
Aku tersentak, menatap Kak Aldin lekat tanpa kata-kata. Ini orang kenapa semakin aneh? Memang aku siapanya dia, bisa diatur-atur?
"Masuk mobil, kamu butuh bantuan saya sekarang!" perintah Kak Aldin sekali lagi.
"Kak--"
"Jangan keras kepala!"
Apa tadi katanya, butuh bantuan dia sekarang? Sudah mirip korban longsor yang menunggu BPBD datang, ya! Atau jangan-jangan Kak Aldin juga mau balas dendam atas ucapanku tadi, sikapku kemarin kemarin ... aduh, bisa ribet ini nanti.

Bình Luận Sách (665)

  • avatar
    ZᴇʀᴏKɪɴɢ

    nice app

    23h

      0
  • avatar
    RayraChrisyra

    lucuu bingitt

    2d

      0
  • avatar
    Lilis Liss

    baukk

    12d

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất