logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Narasi

Narasi

Baekharuu


Narasi 01

"Den, ada komplen masuk." Raden mengalihkan atensinya dari sketsa yang tengah ia buat pada wanita yang menggunakan setelan kerja fit to body, Oktarima Ayu. Raden berdiri tegak mengamati wanita yang ada di dekat pintu menunggu lontaran kalimat selanjutnya.
"Katanya perpaduan warna gak match each other gitu." Okta berjalan dan menyerahkan catatan pada Raden. "Ini semua udah gue tulis, tinggal ikutin aja maunya gak usah sok buat peraturan warna yang lo mau, oke."
Raden mengambil catatan dari Okta dan membacanya, "tulisan lo jelek banget, gak bisa dibaca. But thanks."
"Sempet ya bacotnya keluar. Dasar." Okta mendengus sebal dan masuk ke dalam gedung kantornya menuju biliknya sendiri. Raden sekarang tengah berada di luar kantor, yakni serambi gedung.
Raden menghela nafas sembari mengurut kening, desain klien pribadinya saja tidak kunjung selesai, namun desain yang sempat membuat Raden lega justru menambah runyam. Masalah proporsi bangunan dan warna. Raden meletakkan kertas catatan Okta dan mengambil satu puntung rokok di atas meja.
Raden menghisap dalam puntung rokoknya yang menyala dan nyaris hampir tiga linting nikotin telah ia habiskan tetapi ide tak datang menyapa.
Oktarima dari dalam gedung mengamati lelaki yang tengah menengadah ke arah langit, ia tersenyum kecil dan mendekatinya. "Itu kepala udah capek mikir, Raden, kasih waktu buat istirahat," ujarnya lembut dengan penuh perhatian.
"Lah udah mau balik?" tanya Raden tidak nyambung.
Okta memutar matanya sebal, "iyalah, gue bukan budak kantor. Pengen balik, Adimas udah di depan gue duluan ya."
Raden menggumam sebagai jawaban. Otaknya sekarang seperti air yang mendidih, panas dan menimbulkan efek pusing. Dalam hati ia membenarkan ucapan Okta, rekan kerjanya saja sudah banyak yang meninggalkan kantor. Otaknya butuh istirahat, ia mematikan ujung rokoknya di asbak dan merapikan kertas desainnya yang ada di atas meja.
Drrrt. Drrrt.
Bundaa
Den, pulang jam berapa?
Sebuah pop up chat muncul di layar hapenya. Raden mengambil hapenya dan membalas dengan gerakan cepat.
Raden Bayu
Bentar lagi pulang
Bunda
Oke, nanti bunda mau ngomong penting
Raden Bayu
Ok
Raden tidak berburuk sangka pada chat yang dikirimkan ibunya. Ia melanjutkan merapikan meja kemudian ia berjalan ke dalam gedung guna menaruh berkasnya di atas meja kerjanya, tak lupa ia memasukkan ke dalam tas beberapa berkas penting yang perlu ia garap di rumah.
Ya, Raden tipikal lelaki yang suka bekerja bahkan saat bukan jam kerja.
.baekharuu.
Raden memarkirkan mobilnya di halaman rumah kemudian turun menuju pintu rumahnya. Sukma, ibu Raden sudah menunggu di daun pintu dengan muka semringah. Raden masih tak curiga, ia mendekatinya dan mencium tangannya.
"Ada apa, Bun?"
Sukma menarik tangan kanan Raden dengan semangat, "Den, kamu harus dengerin Bunda. Bunda bawa kabar baik."
Raden diseret tak melawan, ia juga tak punya tenaga untuk melawan. "Iya, Bunda, iya. Sambil duduk aja."
Sukma menurut, mereka berdua duduk di depan ruang televisi. Ada kakak kedua dan adik Raden disana. "Dengerin Bunda ya, bentar Bunda bukain dulu." Sukma mengambil handphone-nya di saku kanan dasternya lalu menyodorkan sebuah gambar.

"Namanya Kalya, dia owner event and wedding organizer. Masih single, cantik, mandiri, cerdas, terus apalagi yaa. Intinya bakal Bunda comblangin sama kamu, gimana?"
Shit. Raden memaki dalam hati, ternyata lontaran pernyataannya beberapa hari lalu diambil serius oleh Bundanya. Mampus.
"Bun, kemaren tuh Raden bercanda aja."
Kakak perempuan Raden Arkadewi, menyeletuk, "Noh katanya maunya dicariin, gak mau cari sendiri. Udah kakak cariin, temennya Mas Raihan."
Raden mengurut kening, "Bundaaaa, Raden kemaren tuh bercanda sama Ayah aja. Ayah juga tanyanya iseng , jadi Raden jawab iseng juga," ungkap Raden berusaha berkilah.
"Nggak bisa gitu dong, Den. Bunda juga pengen gendong cucu dari anak lelaki Bunda satu-satunya. Umur kamu udah mau tiga puluh."
"Ya Tuhan, masih dua tahun lagi, Bun, dua tahun," tegas Raden lembut namun penuh penekanan.
Anindya, anak bungsu keluarga Brahmana, terkikik geli, "suruh kawin lo, Bang, kerja mulu sih lo."
Raden mendengus, berdiri berniat meninggalkan tiga perempuan yang sedang fokus menatapnya. Raden tidak peduli badannya remuk redam, pikirannya juga lelah.
"Eh, mau kemana kamu? Nanti Bunda buat jadwal ketemuannya ya, kamu tinggal dateng aja ya," tukas Sukma cepat sebelum Raden memasuki kamarnya. Alih-alih Raden yang menjawab, adiknya Anindya yang menjawab 'inggih' diikuti suara tawanya.
Raden memasuki kamarnya, melepas setelan kemeja dan kaos dalamnya. Ia mengambil handphone-nya di saku celananya. Membuka aplikasi chat dan mencari grup yang berisi dua temannya dari masa kuliah –Oktarima dan Dzaki yang sama-sama bekerja dalam satu farmasi, dia awam masalah wanita dan Okta adalah pengecualian. Hidupnya terlalu serius mengejar cita-cita.
Raden Bayu Lesmana
Gue mau dijodohin
Oktarima Ayu
Please, gue lagi terlalu capek buat bercanda
Dzaki Putra
Dia lagi mabok ya, Ta?
Oktarima Ayu
Hahahaha, gue heran sama isi kepala dia
Raden Bayu Lesmana
Serius, gue gaktau harus gimana. Kemaren emang bokap nyuruh gue nikah, gue nyeplos aja minta dicariin. Eh, bangsat malah beneran
Dzaki Putra
HAHAHAHAHA. MAMPUS LO.
Raden Bayu Lesmana
Serius, Jek. Gue gak butuh bacot lo.
Dzaki Putra
Terus terus cewek lo cantik gak, Den?
Raden Bayu Lesmana
Ini si Okta mana sih?
Dzaki Putra
Mana gue tau, bucin kali. Besok bacot bareng aja, Den, gak asik kalo gak bully langsung
Raden Bayu Lesmana
B A C O D
Oktarima Ayu
Udah malem deh, tidur lo berdua.
Lo juga, Den, merem! Proyek lo banyak, gue gak nerima ketidakprofesionalan.
Raden tersenyum geli membaca kolom chatnya, khususnya di balon chat Okta. Dia selalu menjadi wanita yang perhatian padanya di segala situasi. Hhhh, andai saja ia bergerak lebih cepat dari Adimas.
Persetan.
Sejujurnya, Raden tidak tahu bagaimana jika ia benar-benar menjalin komitmen. Raden bukan lelaki yang takut menikah, hell NO. Tapi sungguh Raden memang belum ingin menikah dalam waktu dekat, masih banyak life goals yang belum ia penuhi.
Raden mengamati langit-langit kamar sembari berbaring di atas tempat tidur. Sebenarnya mudah saja bagi Raden untuk menolaknya tapi ia tak bisa. Banyak pertimbangan jika ia menolaknya dan terlalu cepat bagi Raden untuk menolaknya.
Toh, di foto yang tadi bundanya tunjukkan tak terlalu buruk.
Suara ketukan pintu menginterupsi kegiatannya. Bundanya, Sukma, masuk membawa teh hangat di dalam cangkir. "Mandi dulu kamu, jangan langsung goleran nanti ketiduran."
"Iya, Bun."
Sukma mendekati Raden dan duduk di sebelah kepalanya. "Bunda, gak maksa kamu buat dateng kok, sayang. Kalau kamu gak mau biar Bunda bilang ke Tante Helmi."
Raden mendongak menatap bundanya. "Coba aja dulu, Bun."
"Kamu yakin?"
Raden menggumam.
Sukma menghela nafas lega lalu tersenyum lembut. "That's why. Mom always love you, sayang." Sukma mengusap rambut Raden dan mencium salah satu pipinya.
See, Raden can't reject what his mom want.
"Kamu mandi ya. Udah Bunda buatin teh. Jangan tidur telanjang dada, entar masuk angin." Sukma berdiri dari duduknya, berjalan keluar kamar Raden.
"Bunda."
Sukma berhenti dan menengok.
"Tadi siapa nama ceweknya?"
Sukma tersenyum kecil, "Kalya Haru Nasution."
Raden mengangguk dan Suka melanjutkannya langkahnya.
Setelah kamar tertutup rapat. Raden mengambil handphone-nya.
Raden Bayu Lesmana
Cariin info cewek yang mau dijodohin gue, Jek. Namanya Kalya Haru Nasution.

Bình Luận Sách (3)

  • avatar
    KeysaAmalia

    sangat baguss

    16/02/2022

      0
  • avatar
    Ferry Septiardy

    mantul

    25/01/2022

      0
  • avatar
    Setiawan

    bagus sekali

    25/01/2022

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất