logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Akhirnya SAH

Memasuki kamar utama milik Andra dan Mimi. Sepasang suami istri yang masih misteri dengan rencana gila mereka. Tetapi kali ini Andra merasakan sesuatu yang berbeda saat melihat wajah istri yang selama ini mendampinginya itu, berdiri dengan tatapan tajam menghunus ke arahnya.
“Kamu sudah apakan saja Kiara semalam?” suara dingin terdengar dari bibir Mini yang berwarna merah darah.
Andra tersenyum tidak menanggapi amarah Mimi. Mendekati istinya dan mulai memberikan kesenangan yang Mimi suka hingga warna di bibir Mimi pudar. Sejenak tidak ada yang bicara. Mereka terlalu sibuk dengan aktifitasnya hingga terdengar ketukan di pintu.
Pelayan memberitahu jika semua persiapan pernikahan sudah siap. Keduanya lantas bergegas merapikan diri. Andra yang belum siap secepat kilat mandi dan berganti pakaian. Jantungnya berdegup kencang, menantika momen pernikahannya hari ini.”
Berbeda dengan Mimi, wajahnya terlihat cemberut tidak bersinar sama sekali. Andra mendekati istrinya, “Sayang, kamu kenapa? Kog nggak seperti waktu aku nikah dengan Nia dulu. Ini kan permintaan kamu juga.”
“Beda dong, Mas. Entahlah, aku sangat khawatir sekali kali ini. Nia beda dengan Kiara. Dia wanita ular, tidak mencintai kamu.”
“Apa kamu pikir Kiara juga cinta ama aku? Udahlah, jangan banyak pikiran. Ingat kesehatan kamu, aku sayang kamu Mimi,” ucap Andra memeluk Mimi dengan erat.
“Aku takut, takut sekali jika kamu tinggalin aku, Mas,” ucap Mimi hampir terisak.
“Stt … sudah jangan nangis. Nanti luntur semua make upnya. Tidak akan aku tinggalin kamu, percaya sayang.”
Mereka akhirnya keluar dari kamar, karena ketukan di pintu kembali terdengar. Mimi dan Andra berjalan menuju ruang makan. Tidak terlihat Kiara di sana, Mimi geram dan memanggil pelayan, “Bik, cepat panggil Kiara! Lama amat nih anak. Baru juga mau jadi pengantin, udah mau melawan kayaknya.”
Andra yang melihat istrinya berteriak hanya terdiam. Duduk di samping Mimi, dan menggenggam erat tangan istrinya itu. Tidak berapa lama, Kiara datang dengan mengenakan gaun yang indah pembelian Mimi. Semuanya sudah mereka persiapkan tanpa menungu persetujuan dari gadis itu. Mereka mulai makan pagi dengan suasana dingin tak satupun yang mengeluarkan suara.
Acara pernikahan Andra dan Kiara yang menjadi istri ke tiga, dilakukan di dalam rumah. Mereka mengundang penghulu yang sudah datang sejak satu jam lalu. Beruntung tidak banyak Job untuk acara pernikahan, jika tidak mereka pasti sudah ditinggakan.
Setelah selesai acara ijab khobul, para tamu saksi pernikahan pulang dengan membawa oleh-oleh dan amplop. Mimi dan Andra sudah tidak mempunyai lagi keluarga. Mereka menyewa para tetangga untuk menjadi saksi. Seperti ketika Andra diminta Mimi untuk menikahi Nia, dahulu. Nia gagal menjadi istri ke dua yang baik, dan ketahuan selingkuh dan meninggal karena kecelakaan bersama prianya.
Mimi membawa Andra dan Kiara ke taman belakang. Tempat itu adalah tempat favorit untuk Mimi setiap hari. Menatap wajah Andra yang sesekali ketahuan melirik kea rah Kiara. Hari ini Kiara Nampak cantik dengan balitan kebaya dan terlihat natural. Berbeda jauh dengan Mimi yang menggunakan riasan tebal dan menyala.
“Mas, mulai sekarang memang sudah sah menjadi suami istri. Tapi ingat semua aku yang atur! Kalian boleh tidur bersama sesuai dengan perintahku, hanya sampai Kiara mengandung anakku nanti,”
Tidak ada yang berani menyela ucapan Mimi, bahkan Andra hanya mencium tangan istri pertamanya itu dengan lembut di hadapan Kiara. Mimi dengan napas terlihat memburu menatap madunya dengan tatapan tajam.
“Ingat Kiara! Posisi kamu hanya orang yang melahirkan anak aku dan Mas Andra. Kamu harus tahu, aku tidak bisa hamil karena punya kanker yang mematikan. Jika sampai kamu ingkar, bahkan sampai matipun aku tidak rela kalian bersama.”
Seketika Kiara menatap wajah Mimi tanpa kedip. Terkejut mendengar pengakuan istri pertama Andra yang tidak pernah dia bayangkan sama sekali. Meraih tangan kiri Mimi, yang menganggur dan memegangnya dengan erat.
“Mbak Mimi sakit? Sakit apa? Sudah berobat?” rentetan pertanyaan dari Kiara bukan menambah Mimi bersimpati. Tangan putih mulus yang sudah ada cincin kawin itu, dihempaskan dengan keras. Membuat Kiara hampir saja terjatuh. Untung segera ditolong Andra dengan cepat. Hal ini membuat Mimi bertambah geram dan menatap ke arah Andra.
“Mas Andra, maunya apa? Oh, sudah mulai membela gadis kecil ini rupanya,” ucap Mimi dengan nada sinis menatap Andra.
“Sabar, sayang. Kamu sedang emosi, mungkin kecapekan. Ayo kita ke kamar saja,” ucap Andra sambil memberikan kode supaya Kiara diam.
Merekapun masuk ke dalam kamar, suara Mimi terdengar sangat keras memenuhi isi kamar. Andra yang berusaha menenangkan dirinya hampir saja kewalahan. Melihat Mimi semakin histeris, Andra mengambil sesuatu di dalam kotak obat tanpa sepengetahuan istrinya. Dia memasukkan ke dalam gelas yang berisi air putih dan memberikannya kepada Mimi, istrinya.
Tanpa ragu, Mimi meminum air pemberian Andra. Beberapa menit kemudian dia tertidur di ranjang dengan pakaian yang masih lengkap setelah acara pernihakan Andra dengan Kiara siang tadi. Dengan menarik napas lega, Andra segera membuka pakaian istrinya dan menggantikan dengan pakaian tidur. Menatapnya sesaat dengan mata mengembun.
“Maafkan aku Mimi, aku tidak bisa menjaga hatiku hanya untuk kamu. Aku sayang sekali dengan kamu, cepat sembuh sayang, love you,” ucapnya sambil mengulum lembut bibir yang dulu membuatnya tergila-gila.
Kemudian setelah berganti pakaian, Andra keluar dan masuk ke dalam kamar Kiara. Membuat gadis itu terkejut karena baru saja membersihkan diri dan berhanti pakaian. Suasana Nampak canggung, tidak seperti tadi malam yang hangat dan nyaman bagi Kiara. Andra duduk di samping ranjang dan meminta Kiara untuk ikut duduk di sampingnya.
“Kiara, maafkan aku. Mimi berbuat kasar seperti itu kepadamu,” ucap Andra sambil menunduk dan meraih tangan istri ketiganya itu ke dalam genggaman tangannya.
“Maksud, Om a-apa?” ucap Kiara gagap dan bingung. Terlihat sikap yang berbeda dari Andra sejak tadi malam.
“Kamu lupa, jangan panggil aku Om, tapi jangan juga Mas,” pinta Andra menatap Kiara dengan intens.
“Lantas apa? Oh, aku panggil kakak aja, gimana?” ucap Kiara malu-malu.
Tangan Kiara yang sejak tadi berada di genggaman Andra, beralih ke bibir pria dewasa itu. Pria yang baru saja menikah dengan Kiara beberapa jam yang lalu. “Good, aku suka itu, sekarang kamu bersiap mumpung Mimi sedang tidur.”
“Mak-maksudnya?”
“Masak kamu kagak tahu, malam pertama pengantin baru,” ucap Andra dengan nada tinggi.
“Tapi-tapi ….”
Belum selesai Kiara bicara, Andra sudah menyambar tubuhnya dengan himpitan. Tidak ada kesempatan untuk gadis yang baru beranjak dewasa itu melepas belitan Andra. Bahkan semakin berontak semakin Andra seperti cacing kepanasan. Hingga pada puncaknya, “Shittt … kenapa kamu kagak ngomong sejak tadi kalau sedang palang merah?” ucap Andra dengan napas memburu.
“Tadi Kiara mau ngomong, tapi Kak Andra keburu ….”
“Agrh … sudahlah! Sial betul aku hari ini,” ucap Andra seraya membereskan pakainnya yang berantakan dan pergi dari kamar Kiara tanpa menutup pintu.
Kiara yang ditinggal sendiri bengong tanpa dapat berbuat apapun. Setelah tersadar akhirnya menutup pintu kamar. Menghempaskan tubuh ke atas ranjang dengan keringat yang dia biarkan kering terkena sapuan AC di dalam kamar.
Sementara Andra sudah keluar dari rumah, dan pergi ingin menuntaskan hasratnya bersama wanita bayaran. Tetapi belum sempat dia menjamah wanita yang dipesan, dia teringat dengan kedua istrinya yang ada di rumah. Selama ini meskipun hasratnya tertahan karena penyakit yang diderita oleh Mimi, Andra tidak pernah bermain dengan wanita yang bukan istri sahnya.
Sementara Mimi yang sudah bangun dari pengaruh obat tidur yang diberikan Andra. Tersadar tidak mendapati suaminya di dalam kamar.
“Ke mana tuh, Mas Andra? Bisa-bisanya aku ditinggal sendirian di dalam kamar. Awas, aku tidak akan tinggal diam jika kamu mengingkari janji, Mas! Akan kubawa sampai mati, jika hal itu sampai terjadi.”
Mimi berjalan sempoyongan ke luar dari kamarnya. Niatnya pergi ke kamar Kiara yang ada di sebelah. Hatinya sudah dipenuhi dengan kobaran api cemburu. Semenjak Andra dan Kiara mengucapkan kata SAH di depan penghulu, sakit dan sesak dadanya. Tidak rela jika Andra tidur bersama dengan Kiara. Padahal awalnya dia sendiri yang mengusulkan untuk menjebak Kiara dengan surat perjanjian.
Langkahnya terhenti ketika mendengar suara yang membuatnya risih. Dia teringat ketika malam pengantin dengan Andra, memutar lagu kesayangannya itu. Lagu tentang cinta, dari Nyndi. Rasa sesak dada Mimi dan kembali ke dalam kamarnya.
“Kuranga ajar Kiara. Beraninya menggoda suamiku. Sudah mulai berani dia sekarang. Dasar cewek kegatelan, kagak tahu terima kasih. Awas kamu Kiara! Aku tidak akan main-main dengan ancamanku!” ucap Mimi dengan nada geram.
Keesokan harinya, Andra yang baru datang dari luar, hanya minum-minum sempoyongan membuka kamar Kiara. Dia tidak sadar, jika Mimi menatap dengan mata tajam ke arahnya.
“Dari mana? Kurang bersenang-senang semalaman?” tuduh Mimi tepat di samping Andra.
Andra mencoba mengerjakan matanya, mengucek berapakali memastikan yang ada di depannya adalah Mimi. “Sayang, kamu sudah bangun? Ayo kita mandi bareng!”
Mimi segera menepis tangan suaminya yang sedang mabuk berat. Membiarkan Andra sempoyongan berulangkali terjatuh dan bangun kembali. Suara racauan yang keluar dari mulut Andra yang tidak berhenti membuat Mimi bertambah geram.
“Awas kamu Kiara! Aku akan buat perhitungan denganmu sekarang juga!” ucapnya sambil memeluk tubuh Andra yang sudah ambruk di ranjang mereka.
Setelah Andra tertidur, Mimi mencoba mencari tahu tentang teman-teman Kiara. Dia menyuruh orang kepercayaan untuk menyelidikinya. Teman yang bisa diajak untuk kerjasama mempengaruhi dan menjauhkan Kiara dari suaminya.

Bình Luận Sách (321)

  • avatar
    Agus Nofian

    kentang banget sih....

    14d

      0
  • avatar
    Ptrciaaya

    sangat baik

    20d

      0
  • avatar
    Ariyaindy

    suka😍😍😍

    25d

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất