logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Menyerah

Bibir Kiara terkunci ketika mendengar pembicaraan Mimi dan Andra. Tapi mungkinkah kedua orang tuanya memang sudah sudah berbohong selama ini. Rasanya dia tidak percaya jika selama sembilan belas tahun mereka menyembunyikan kenyataan. Kakinya melangkah dengan berat menuju ke dalam kamar. Ruangan yang selalu membuat selalu berkeringat ketakutan setiap malamnya. Membayangkan jika nanti menjadi istri dari Andra yang terlihat sangar menatap pada tubuhnya.
Pintu kamar dibuka, tidak ada gairah sama sekali Kiara membaringkan tubuhnya di ranjang yang empuk dan mematikan lampu. Kamar yang gelap, segelap hatinya kuat menghadapi cobaan. Bersyukur saja masih ada yang mau menampung dirinya, meskipun dengan syarat yang sangat berat, menjadi istri muda. Selama ini Kiara tidak menjalin asmara dengan laki- laki manapun. Karena sadar akan kondisinya seorang gadis miskin.
Ketika mata terpejam, dia teringat dengan kedua orang yang selama ini mengasihi dan menyayangi dirinya. Ternyata semua itu hanya palsu. Setetes air mata mengalir pelan membasahi pipinya yang putih mulus. Meskipun tidak memiliki wajah cantik namun tubuhnya tidak dapat dipungkiri, menarik perhatian para lelaki yang mengenalnya.
Tiba-tiba terdengar pintu kamarnya terbuka. Suara langkah kaki mendekat ke ranjang. Namun sayang Kiara tidak dapat melihat siapa yang datang karena lampu sudah ia matikan. Tubuhnya juga terasa sangat berat untuk diajaknya bangun. Hanya diam itu yang dia lakukan, karena mulutnya dibungkam oleh kedua tangan yang kekar.
“Belum tidur?” suara serak yang lirih pernah ia dengarkan.
Terdengar saklar lampu tidur dinyalakan. Nampak sosok pria berdiri di depan ranjang dengan gagah. Kiara sangat terkejut ketika tahu siapa yang sudah masuk ke dalam kamarnya saat ini. Andra dengan mengenakan piyama tidur yang terbuka bagian depan. Perutnya yang datar terlihat sangat jelas dan menodai mata Kiara yang selama ini tidak pernah melihat pria tanpa penutup.
“A ... a-ada apa Om masuk ke kamarku?” tanyanya gugup, namun terasa tubuhnya tidak mampu bergerak.
“Sedikit memberi pelajaran buat kamu, yang sudah dengan lancang pergi tanpa pamit,” jawab Andra dengan tegas.
“Apa? Jangan, Om! Jangan ...! Bukannya aku tidak pamit, melihat kalian bermesraan aku tidak mau ganggu aja,“ ucap Kiara bergetar dengan menutup wajah dengan kedua tangan.
“Hahaha ... makanya nurut sama kami, kamu juga tidak akan kesulitan hidup. Besuk kita nikah jangan membuat aku marah lagi!”
Kiara terkejut dan langsung bergerak untuk duduk. Namun sayang, tangan Andra dengan cepat menahan tubuh Kiara supaya tetap dalam posisi tidur terlentang di ranjang. Kiara ketakutan dengan menggigit kedua tangannya.
“Apa Om, besok?”
“Iya, asal kamu tahu. Jika kamu tidak segera aku nikahi, tidak ada lagi orang yang akan melindungi kamu.”
“Aku belum siap Om.”
“Siap atau tidak, kamu harus siap! Apa kamu tadi tidak mendengarkan apa yang dikatakan istriku?” ucapnya cukup membuat Kiara tersudut.
“I-iya Om, aku bisa apa jika memang ini memang jalan hidupku,” keluh Kiara tanpa sanggup menggerakkan tubuhnya.
“Kamu tahu aku tidak sembarangan dalam memilih calon istri. Kemarin Mimi yang mencarikan istri buatku, tapi kali ini bukan hanya dia yang memilihmu, tapi aku juga aku. Harusnya kamu bangga masih ada orang kaya yang mau dengan tubuh jelekmu itu.”
“Ma-maksud Om Andra apa? Aku tidak mengerti,” tanya Kiara sambil berusaha menggerakkan tubuhnya yang tertindih tubuh kekarnya Andra. Dia mau teriak tapi percuma. Rasa ketakutan sudah mendominasi hati dan pikirannya.
Andra mulai menyentuh rambut Kiara dengan lembut. Matanya menatap tubuh yang tertutup dengan selimut seakan ingin melahapnya. Deg-deg-an jantung Kiara, menerima sentuhan hangatnya. Air mata yang tadi mengembun berganti dengan rasa takut yang hebat.
“Jangan takut, menangislah jika itu bisa mengurangi beban yang ada di dalam hatimu,” lirih terdengar suara Andra membuat Rara sedikit terkejut. Sangat jauh berbeda dengan yang dilakukan di taman belakang.
Entah magnet apa yang membuat Kiara jatuh ke dalam pelukan Andra. Awalnya hanya ingin beristirahat dengan tenang, kini tumpah air matanya karena mengingat nasib buruk yang menanti di depannya.
“Sini! Menangislah sepuasmu, aku akan menjagamu. Sebentar lagi kita akan menjadi suami istri. Meskipun itu hanya di atas kertas. Ingat kamu sekarang milik kami, jangan coba-coba untuk lari!” ucap Andra dengan nada rendah.
Kiara tidak mampu lagi berkata, karena tangan Andra segera mendongakkan kepalanya dan dengan lembut menyentuh bibir. Kedua bibir menempel dengan hangat tanpa ada penolakan. Perlahan menerima semua perlakuan Andra dengan hati berdebar. Kepala Kiara tertahan dengan kedua tangan Andra hingga sentuhan itu semakin menuntut untuk dibalas.
Pikiran yang buntu dan bingung saat itu sudah tidak dapat cerna kembali. Perlakuan lembut darinya membuat sedikit melupakan kesedihan Kiara. Rupanya Andra memanfaatkan keadaan ini. Kiara begitu nyaman berada di dalam pelukannya bahkan gelora yang ada di dalam sudah membuncah tidak dapat di kendalikan lagi. Semenjak dia tinggal di rumah itu memang terasa ada yang berbeda dengan jiwanya.
“Nikmati saja aku akan membuat kamu sedikit melupakan kesedihan kamu,” ucapnya sangat lembut bahkan tidak sama dengan kemarin saat bersama dengan istrinya.
Hanya anggukan yang dapat ia lakukan karena bibirnya langsung menyambar bibir Kiara tanpa memberi kesempatan untuk menjawabnya. Tentunya ia sangat menikmati perlakuan dari pria dewasa ini sungguh seperti narkoba yang membuat selalu kecanduan.
Tangan yang kekar itu tidak pernah lepas memeluk yang pelahan mulai menyentuh sesuatu yang membuat sangat terkejut. Rasanya seperti malam-malam lalu yang selalu membuatku berkeringat. Rasa yang sama dan itu sangat nyata bukan hanya mimpi.
“Om ... ??”
“Tidak perlu banyak bicara nikmati saja dan diam!”
Kiara begitu terhanyut ke dalam pelukan pria dewasa ini. Begitu menangkan jiwanya yang sedang dilanda kesedihan. Andra yang akan menjadi suami Kiara begitu pintar membuat hati gadis itu merasa diaduk-aduk dengan kenyaman yang diberikan. Mereka tanpa sadar saling menuntut untuk melanjutkan. Di dalam hati Kiara Andra sudah membuat rasa yang berbeda di dalam hatinya tidak bisa dihentikan. Tidak ada paksaan semua dilakukannya dengan penuh kelembutan.
Tidak sedikitpun Andra memberi kesempatan untuk bicara. Kiara juga tidak bisa menolaknya bahkan akan selalu menginginkannya. Hingga merasakan lelah dan tertidur di dalam pelukan Andra. Dia tidak perduli lagi dengan kondisinya, hanya ingin terlelap dalam mimpi dan tidak ingin bangun kembali.
Keesokan harinya Kiara terjaga di bawah selimut tebal karena ada sentuhan lembut yang menyapa bibirnya yang masih dingin.
“Bangun! Sudah siang, kita bersiap ke catatan sipil mendaftarkan pernikahan kita.”
“Hah ...! Se-sekarang Om?” tanya Kiara dengan pupil masih kecil.
“Iya aku tidak mau melakukan hal bodoh jika belum sah menikah dengan kamu.”
“Hah ... apa om? Aku tidak paham.”
“Sudah ayo mandi dulu pasti Mimi sudah menunggu sejak tadi, aku juga mau mandi,” ucapnya tidak lupa menyentuh lagi bibir Kiara sangat lama. “Ma-maaf aku tidak bisa menahannya jika melihat kamu,” ucap Andra sambil mengacak rambut Kiara dengan gemas. Andra kemudian menggendongnya menuju kamar mandi.
“Aku bisa sendiri Om,”pinta Kiara berusaha lepas dari gendongan Andra.
“Jangan membantah! Atau kamu ingin aku melakukannya lebih dari ini?” ucap Andra tepat di telinga Kiara.
Dalam hati Kiara menjerit, antara perasaan suka dan tidak suka. Apalagi mereka belum sah menjadi pasangan suami istri. Kiara membayangkan bagaimana reaksi dari Mimi, istri pertama Andra jika melihat sikap suami di belakangnya. Kiara tidak punya pilihan, hanya bisa bisa pasrah menikmati semua perlakuan dari Andra yang benar-benar lihai dalam memikat perempuan dengan rayuan mautnya.
Sesampainya di dalam kamar mandi, Kiara dibiarkan sendirian membersihkan badan. Demikian pula dengan Andra. Dia memilih membalikan badan saat Kiara mulai aktifitas mandi hingga selesai.
“Mengapa Om Andra nungguin aku?”
“Jangan GR, itu biar kamu cepat saja selesainya. Supaya kita cepat sah nantinya.”
Kembali Andra memeluk erat calon istrinya setelah berpakaian lengkap, ia bahkan melupakan istri pertama yang sudah siap meledak di kamar sebelah. Segera Andra meninggalkan Kiara yang sedang berhias tipis di depan cermin. Dia keluar dengan keadaan rapi.

Bình Luận Sách (321)

  • avatar
    Agus Nofian

    kentang banget sih....

    13d

      0
  • avatar
    Ptrciaaya

    sangat baik

    20d

      0
  • avatar
    Ariyaindy

    suka😍😍😍

    25d

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất